ABOUT ME

Selasa, 31 Maret 2009

Oh, sudahlah.....

Udah beberapa hari ini nulis serius-serius...Gak boleh keterusan ini. Otak bisa keriting. Mari kita santei sejenak, kaya di pantei...(halah)
Enaknya ngomongin apa ya, yang enteng-enteng dan gak menantang otak buat mikir.
Ngomongin anak jelas berat, apalagi kalo lagi sakit. Heeeuuuu....pass!!
Ngomongin duid...apalageeeee!!!! Pass juga!
Ngomongin American Idol....boleh juga...tapi kalo saut-sautan, ujung-ujungnya sebel kalo orang laen beda idola...Iiih, kok dia suka sama yang itu sih? Kerenan juga yang ini...Ya kaaan? Pass lagi!
Ngomongin pasangan (suami/istri)? Wheeeew....mendingan gak usah diomongin...Langsung praktek aja....Heuheuheu....
Ngomongin berat badan yang naek mulu gak turun-turun...huhuhuuuuu....peurih....Gak mau juga ah!
Oh, sudahlah...Mending bobok...Yiiiiuuuugg...???

Jumat, 27 Maret 2009

Musibah

Musibah datang tidak pernah diduga waktunya. Semua juga tahu itu. Tidak ada yang mengharapkan kedatangan musibah. Nilai tambah kita di mata Tuhan adalah bagaimana kita bersikap pada saat mendapat musibah.
Apapun bentuk musibah itu, bersabar dan ikhlas adalah poin paling tinggi yang akan Tuhan berikan pada kita.
Marah dan tidak menerima kenyataan adalah serendah-rendahnya nilai yang kita dapat dariNya saat kita mendapat musibah.
Apa yang kita dapat dari bersabar dan ikhlas? Mengapa begitu tinggi nilainya di mata Tuhan apabila kita bisa melakukannya di saat yang paling tidak memungkinkan? Marah sepertinya adalah sikap yang paling sesuai dengan suasana hati kita saat terpuruk karena musibah. Mencari-cari kesalahan adalah hal yang paling mudah pada saat kita tidak bisa menerima kenyataan bahwa kita sedang mendapat ujian dariNya.
Jangan terperosok lebih dalam, saudaraku...
Bersabarlah, karena janji Tuhan sangat jelas. Dibalik semua kepahitan, Tuhan pastikan ada buah manis yang akan kita cicipi apabila kita bersabar dan ikhlas. Hanya orang-orang yang sanggup berlapang dada di saat sempitlah yang mampu membaca tanda-tanda kasih sayangNya melalui cobaan.
Jangan hamburkan kata-kata amarah saat seharusnya kita bersyukur bahwa Tuhan masih mau memberikan ujianNya pada kita. Itu adalah satu pertanda bahwa Tuhan sedang memperhatikan kita. Sesungguhnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

(Untuk saudara-saudaraku korban jebolnya tanggul Situ Gintung. Doaku menyertai kalian. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari musibah yang memilukan ini. Yakinlah bahwa Allah senantiasa menyayangi umatnya yang bersabar dan ikhlas).

Senin, 23 Maret 2009

Tidak Sampai Kapan Pun...

Kapan kita boleh mengeluh jika bersyukur ternyata lebih nikmat?
Kapan kita boleh mencaci-maki jika tersenyum ternyata lebih indah?
Kapan kita boleh berdusta jika kejujuran ternyata lebih melegakan?
Kapan kita boleh berkhianat jika kesetiaan ternyata lebih manis?
Kapan kita boleh ingkar jika menepati ternyata lebih dihargai?
Tidak sampai kapan pun, kawan....

Sabtu, 14 Maret 2009

O Samo Lah Den!!

Ini dapet dari milis kampus. Gapapa ya gw share? Kocak banged soale...wkwkwkwk...Yang udah pernah baca, ya baca aja lagi kalo mau....

2 Hari setelah peristiwa pemboman Gedung WTC di Amerika dan berkat kegigihan dari CIA dan FBI tepatnya tanggal 13 September akhirnya kotak hitam ( black Box )dari pesawat yg membumi hanguskan gedung WTC tersebut ditemukan. Kotak hitam tersebut adalah hal pertama yang harus dicari ketika pesawat jatuh karena disana terekam percakapan sebelum pesawat tersebut jatuh.

Dari hasil rekaman tersebut terlihat bahwa masing- masing pilot yang menakbrak gedung WTC tersebut tidak mengenal satu sama lain. Dari rekaman tersebut terdengar percakapan tersebut ;

Pilot A : Where are you come from ?
Pilot B : Malaysia.
Pilot A : Malaysia ? ( karena dia juga berasal dari negeri yang sama maka beliau akhirnya menggunakan bahasa yang sama ) Malaysia kat mana?
Pilot B : Negeri Sembilan
Pilot A : Negeri Sembilan ? ( Surprise karena dia juga berasal dari Negeri Sembilan yang notabene berasal dari daerah Minangkabau yang akhirnya dia putuskan untuk memakai bahasa Minang ) O Samo lah Den!!!!

Lalu percakapan terputus. CIA dan KGB langsung bertepuk tangan karena akhirnya mereka menemukan bukti bahwa dalang dari peristiwa WTC tersebut adalah Osama Bin Laden...!!! Emang Hebat orang Padang!!!!! Dia yang dalang pemboman ee Osama Bin Laden yang jadi tersangka!!! orang Padang tak Bodoh...hanya kurang paham!!!!

Kamis, 12 Maret 2009

Kapan Bicara, Kapan Mendengar

INI BAGUS, BAGUS INI...BACA DEH...BAGUS BANGED BUAT MASUKAN...
(Diambil dari Republika Online, ditulis oleh Aa' Gym)


Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Artinya, kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara. Mendengar harus dua kali lebih banyak, agar ucapan kita jadi lebih bermakna. Semoga Allah Yang Maha Mendengar menggolongkan kita sebagai orang-orang yang merasa didengar oleh-Nya.

Saudaraku, merasa didengar oleh Allah adalah keutamaan yang akan menghalangi kita dari maksiat lisan. Kata-kata kita sering menjadi dosa karena kita tidak merasa didengar oleh Allah.

As-Sami' adalah salah satu asma Allah yang berarti mendengar. As-Sami' terambil dari kata sami'a yang artinya mendengar. Menangkap suara atau bunyi-bunyi dapat diartikan pula mengindahkan atau mengabulkan. Jadi, Allah Maha Mendengar segala suara walaupun semut hitam yang merangkak di batu hitam di tengah belantara yang kelam. Logikanya jelas, bagaimana Allah tidak mendengar sedangkan Ia adalah pencipta semut, yang dengan izin-Nya ia merangkak di kegelapan malam.

Allah pasti mendengar apapun yang disuarakan oleh makhluk-makhluk-Nya, dalam bisikan yang paling halus sekalipun, dan dalam hiruk pikuk kegaduhan. Allah pun Maha Mendengar orang yang hatinya selalu berzikir, walau di tempat tersembunyi atau di pangkalan pesawat terbang yang sangat bising. Hikmah apa yang bisa kita dapatkan dari sifat As-Sami' ini? Hikmahnya, kita harus berhati-hati dalam menjaga lisan. Jangan bicara kecuali benar dan bermanfaat, karena setiap patah kata akan didengar oleh Allah dan harus kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak. Karena itu, kita harus selalu berpikir dan menimbang sebelum bicara. Bertanyalah selalu, pantaskah saya bicara seperti ini? Benarkah perkataan ini kalau saya ucapkan? Karena ada perkataan yang benar tapi tidak tepat situasi dan kondisinya. Islam mengistilahkan kebenaran dalam perkataan sebagai qaulan sadiida. Apa syaratnya?

Pertama harus benar. Benar di sini mengandung arti bahwa perkataan yang kita ucapkan harus sesuai dengan realitas yang terjadi, tidak menambah-nambah ataupun mengurangkan. Abu Mas'ud ra berkata: bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Biasakanlah berkata benar, karena benar itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke surga. Hendaklah seseorang itu selalu berkata benar dan berusaha supaya tetap benar, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang as-siddiq (amat benar) (HR. Bukhari Muslim) Kedua, setiap kata itu ada tempat yang tepat dan setiap tempat itu ada kata yang tepat. Di sini tepat, tapi di tempat lain belum tentu tepat. Dengan orang tua tepat, tapi dengan anak belum tentu tepat. Dengan guru tepat, tapi dengan murid belum tentu tepat. Jadi dalam berbicara itu tidak cukup benar saja, tapi harus pandai pula membaca situasi dan objek yang kita ajak bicara.

Ketiga, kita harus bisa mengukur apakah kata-kata kita itu melukai atau tidak, karena sensitifitas tiap orang itu berbeda-beda. Dan terakhir, pastikan perkataan itu bermanfaat. Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya" (HR. Bukhari Muslim). Hikmah kedua adalah kita harus belajar mendengarkan. Mendengar belum tentu mendengarkan. Mendengar hanya sekadar menyerap suara lewat telinga. Sedang mendengarkan tidak sekadar menyerap suara, tapi juga menyimak dan mengolah apa-apa yang kita dengar. Karena itu, dengan mendengarkan kita akan faham, dan dengan faham kita bisa berubah.

Ada orang yang mendengar tapi konsentrasinya pecah, itu pun tidak bisa dikatakan mendengarkan. Mendengarkan erat kaitannya dengan keterampilan untuk fokus. Cahaya matahari yang difokuskan dengan suryakanta bisa membakar kertas dan bahan lainnya. Kalau kita konsentrasi, maka informasi dan ilmu akan fokus, hingga semangat kita akan menyala. Kalau semangat sudah menyala, tidak akan ada yang bisa menghalangi untuk sukses. Karenanya, dalam mendengar informasi harus fokus dan tuntas, jangan setengah-setengah. Dari itu, kita harus belajar belajar mendengarkan, menyimak, dan memfokuskan diri untuk memahami. Dengan pemahaman yang benar insya Allah kita bisa bertindak benar dan proporsional. Dari asma Allah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa kita harus lebih banyak mendengar daripada banyak bicara.

Mendengar harus dua kali lebih banyak, supaya sekali berkata maknanya bisa lebih besar. Karena itulah Allah SWT menciptakan dua telinga dan satu mulut. Hisap informasi sebanyak mungkin, lalu olah, dan keluarkan dengan kata-kata yang sarat makna. Banyak bicara akan banyak mengeluarkan kata-kata, hingga peluang tergelincir akan semakin besar. Bila ini terjadi maka peluang untuk celaka jadi semakin besar. Benarlah apa yang disabdakan Rasulullah SAW, "Barang siapa banyak bicara, niscaya banyak kesalahannya; barang siapa banyak kesalahannya, niscaya akan banyak dosanya; dan barang siapa banyak dosanya, maka neraka menjadi lebih utama baginya" (HR. Abu Nu'aim) Semoga Allah menuntun kita menjadi orang bijak, yang banyak mendengar sedikit bicara. Wallahu a'lam bish-shawab.

Sabtu, 07 Maret 2009

wasai SIM!!!!


Setelah bertahun-tahun gak punya SIM mobil (walopun gak sering-sering juga nyetir mobil), akhirnya hari ini ngurus juga ke Polres...(lokasi dirahasiakan). Dengan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah berbekal ketebelece (apaan sih ini arti sebenernya?)dari pak polisi, Mr. J (nama disamarkan), akhirnya berangkatlah ke Polres yang dimaksud. Kenapa PD? Kale gak PD, orang udah bayar 5x lipat dari biaya yang seharusnya. Widiiiih...kudunya SIM gw dianterin ke rumah tuh, scarra gw bayar buat VVIP. Saking PD-nya, anak yang masih baby n menyusui ditinggal aja di rumah. Yakin cuma sebentar. Paling lama dua jam paling.

Apa daya, manusia berencana, Tuhan berkehendak lain. Sampe disana disuruh tunggu aja sampe nama dipanggil untuk foto, abis itu SIM bisa langsung jadi. Terbuai janji manis Mr. J akhirnya dua jam duduk manis menanti panggilan. Kok ya gak dipanggil-panggil neh? Si Nenek di rumah udah nelpon ngasih tau my baby dah nangis kelaperan minta ASI. Waduh...

Clingak-clinguk ke loket pemanggilan yang dikerubungin calo, gak PD mau nanya, takut dimarahin tante Polwan. Akhirnya memantapkan hati untuk bertanya juga. Mr. J udah gak bisa nolong lagi. Dia cuma bisa nolongin sampe tahap administrasi alias berkas gw harusnya dah ada di loket lengkap dengan hasil ujian teori (yang pastinya lulus) yang gak pernah gw ikutin itu. Hwiiihihihihi....

Berikut percakapan dengan tante Polwan di loket
Tante Polwan (TP) : knapa bu?
gw : bu, nama saya kok belum dipanggil-panggil yah?
TP : ya tunggu aja, bu!
gw : saya udah dua jam nunggu, tapi belum dipanggil. Tolong deh diliatin berkas saya udah masuk belum?
TP : minta fotocopy KTP-nya sini! (dengan nada tidak sabar)
gw : lho, kan udah saya kasih waktu beli formulir?
TP : ya sini lagi, biar lancar....
gw : (mikir, maksute opo biar lancar? kok biar lancar minta fotocopy KTP lagi?)
ya deh...tapi tolong ya, bu? saya punya bayi di rumah udah nangis-nangis minta ASI...
TP : ya, sabar aja ya bu (dengan nada tidak sabar ?#@!#@#@4)

Singkat cerita akhirnya namaku dipanggil juga. Jepret! Difoto. Print sidik jari n tanda tangan. Eh, bener lho kata Mr. J, kalo udah difoto nunggunya sebentar aja pasti udah jadi (thank's eniwei buat Mr. J). Simsalabim! Lima menit saja diperlukan untuk mendapatkan SIM yang sudah lama diidam-idamkan itu.

Sampe di tangan, kupandang SIM itu dengan penuh keharuan. Oh, SIM-ku...betapa berat perjuanganku untuk mendapatkanmu. Lalu mataku tertumbuk pada tulisan di pojok kanan atas SIM itu. Disana tertulis dalam huruf kapital : C. Waaaakkkksss!!!! Gw kan mo bikin SIM mobiiiil!!!! DODOOOOOLLLL!!!!!

Kisah selanjutnya....
@#!#@$#$%^*&&(&%%$ ^&^%#!@~@#$$%!!!!!

Akhirnya jadi juga SIM A gw!!!!!

Dedicated to Qori, teman seperjuangan nungguin panggilan foto. Nasibmu lebih parah dariku, adikku...hihihihi...Dan tentunya dedicated juga buat Bang E yang kebagian muka asem gara-gara kelamaan nunggu...waakakakak...ya maap!

Kamis, 05 Maret 2009

Surat UntukNya

Tuhanku yang Maha Baik,
Kau adalah Penyayangku nomor satu.
Kurasakan limpahan kasih sayangMu dari segala penjuru.
Tak hentinya Kau lumuri aku dengan cintaMu.
Namun tak henti jua aku meminta lebih padaMu.
Mengapa aku harus menjadi manusia yang begitu serakah, Tuhan?
Kutahan godaan untuk menjadi begitu peminta kepadaMu.
Namun semakin keras aku mencoba, semakin banyak aku ingin meminta dariMu.
Apa yang salah dengan diriku, Tuhan?
Kurang akrabkah kita selama ini, Tuhan?
Terlalu jarangkah kita berbicara dari hati ke hati, Tuhan?
Ataukah aku yang terlalu sibuk meminta kepadaMu hingga aku lupa berterima kasih?
Selalu kuucapkan syukur atas segala limpahan rahmatMu.
Namun hanya berupa kata-kata yang meluncur tak bermakna dari rongga mulutku.
Tak kujelmakan rasa syukurku dengan berbagi pada hambaMu yang membutuhkan.
Kunikmati sendiri kasih sayangMu hanya untukku.
Tak heran, lambat laun aku menjadi begitu serakah dan egois, Tuhan.
Sudah terlalu salah kiranya aku selama ini.
Maafkan aku, Tuhan...

Makasih, Tong!!

Awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadirannya di rumahku. Keberadaannya tidak terlalu penting untukku. Tidak menguntungkan, namun juga tidak merugikan. Fungsinya yang tidak terlalu jelas bagiku membuat aku bingung mau kuapakan benda yang satu ini. Jadi kubiarkan saja dia di rumahku sebagai pajangan belaka.

Sampai suatu hari aku mendapatkan kenyataan terpahit dalam hidupku. Laksana mimpi buruk yang menjelma menjadi nyata. Di rumahku ada tikus!!!

Tikus adalah satu-satunya binatang yang tidak bisa aku tolerir keberadaannya. Kamu boleh menyorongkan kecoa ke depan hidungku. Aku masih bisa bertahan. Kamu juga boleh coba ulurkan cicak ke arahku. Paling-paling aku hanya membuang muka. Tapi jangan sampai aku melihat tikus melintas di depanku. Bisa dipastikan jeritanku akan membangunkan warga satu kampung dan loncatanku akan mengalahkan gaya slam dunk Michael Jordan, saking tingginya. Tak perlu aku ceritakan disini latar belakang mengapa aku sampai begitu takutnya dengan tikus. Tidak penting juga rasanya.

Yang pasti hari itu tikus keparat itu melintas di depanku. Tepat melewati lemari pajangan di ruang tamuku. Seperti yang sudah bisa diduga, sontak aku menjerit dan meloncat ke atas meja. Tanganku reflek meraih apapun yang bisa kujangkau untuk kulemparkan ke arah tikus sialan itu. Tanpa tahu apa yang kuraih, langsung kulemparkan dengan sekuat tenaga dan dendam yang membara, benda di tanganku itu.

Gubrak!!! Prang!!! Suara benda pecah terdengar keras. Hening sejenak...Tidak lama kemudian terdengar cericit lemah si tikus dari balik pecahan itu. Ternyata lemparanku telak mengenainya. Dan sekarang sepertinya si tikus pusing tujuh keliling terkena hantamanku varusan. Dengan senyum puas dan penuh kemenangan aku singkirkan tikus itu keluar rumah.

Kembali ke dalam rumah aku membersihkan puing-puing hasil peperanganku dengan si tikus tadi. Dengan penuh khidmat dan rasa terima kasih yang tidak terhingga kupunguti satu per satu pecahan benda penyelamatku itu.

Duh, gentong...Apa jadinya kalau tidak ada kamu, ya?
Makasih, ya, Tong!!

Senin, 02 Maret 2009

Mimpi


Kelak aku berdiri disana...
Tepat di depan pintu mimpiku selama ini...
Apa yang akan kulakukan?
Haruskah aku masuk ke dalamnya?
Mengapa tiba-tiba berat langkahku...?
Bukankah ini yang kuimpikan...?
Ataukah aku salah memilih mimpiku?
Yang dulu kuanggap mimpi terindah...
Ternyata sepertinya bukanlah yang terbaik untukku?
Keraguan datang di hati...
Sepertinya jalanku t'lah salah selama ini...
Bukan ini mimpi yang hakiki yang kuinginkan...
Bagaimana ini?
Masih sempatkah aku merajut mimpi baru kembali?
Mimpi yang benar-benar akan berujung di sana...
Di singgasanaNya...
Karena sepertinya mimpi itulah yang sesungguhnya harus kugapai...

Nyadar?


Mulutmu adalah harimaumu...(kata mpok ijah pake baju rombeng).
Benerr banged tuh...Hari ini ngerasain mulut gw jadi harimau gw...aauuummm!!!!
Jangan suka sembarangan ngomong, apalagi komentar, apalagi (lagi) tertulis. Kadang maksud yang tertangkap jadi beda. Padahal gak niat mau nyinggung orang, eh yang baca malah tersinggung. Bisa gara-gara pake hurup gede, bisa gara-gara pake tanda seru kebanyakan, bisa gara-gara cara ketawa yang aneh (padahal cuma pengen beda aja lho). Wkwkwkwk....(tuh kaaan, aneh ketawanya).

Udah pernah diingetin sama si Abang, hati-hati maen fesbug. Kalo gak pinter-pinter bisa-bisa ada yang sakit hati sama omongan kita. Walaupun kita gak maksud begitchu, tapi orang kan beda-beda penafsiran. Bener juga...

Maaf yah, teman-teman yang suka kebagian komentar-komentar gak penting dari gw. Sumpah, maksudnya cuma becanda doang. Gak ada niat buat nyari ribud, apalagi bikin marah situ. Saya mah emang hobi komentar. Walaupun itu bukan hobi yang bagus kayanya.

Kata Mama, muslimah yang baik adalah yang menjaga ucapannya, gitu... Kalau dia bisa menahan diri untuk nggak komentar atas sesuatu yang menggodanya untuk berkomentar, apalagi yang potensial untuk menjadikan orang lain jadi bahan tertawaan, itulah muslimah yang paling baik. Menahan diri, intinya.

Harap maklum, saya masih dalam proses belajar. Kalau kaya sekolah, masih TK A kayanya (atau malah Play Group?). Masih banyak yang harus dibenahi, masih banyak yang harus dipelajari dan yang pasti masih banyak yang harus dihilangkan, termasuk hobi yang satu ini. Bagaimana menurut anda?

Walaupun ada profesi sebagai komentator (suami gw, hwehehe), tapi itu kan beda yah? Dia mah jelas-jelas ngomentarin bola, siapa yang bisa marah? Lagian penghasilan sampingan juga dari situ...jadi wajib komentar kalo si Abang mah...hihihihi....

Pokoe, minta maap bangeuuud kalo pernah menyinggung perasaanmu, kawans.... Ternyata bisa belajar banyak juga dari si fesbuk inih...(cuit cuiiit).