ABOUT ME

Selasa, 17 November 2009

Pengalaman ‘Indah’ Di Warung Mie

Sebenarnya ini kejadian yang sudah lama terjadi, sekitar setahun yang lalu. Tapi masih membekas dalam hati sampai saat ini. Siap-siap terharu-biru yah..

Hari itu Sabtu, seperti biasanya adalah jadwal keluargaku pergi mengunjungi rumah mertuaku di daerah Bintaro. Sesampainya di rumah mertua, mereka mengajak kami makan keluar. Kata Mamah (mertua perempuan) yang penggila mie sejati ada tempat makan mie enak di sekitar Bintaro. Aku nurut aja, sebagai menantu yang baik dan manis. Ehem.

Tempatnya biasa saja. Tidak bisa masuk dalam kategori restoran. Mungkin lebih tepat disebut warung makan pinggir jalan. Tapi kalau masakannya enak, tidak ada salahnya dicoba khan? Nama warungnya jelas terpampang didepan warung tersebut, tapi aku tidak mau sebutkan, ah… Nanti kalian juga akan tahu sendiri kenapa.

Kami duduk dan langsung memesan. Rombongan kami sebenarnya tidak terlalu ramai. Cuma ada aku, suamiku, Mamah, Papah dan anakku. Kami berlima memesan makanan yang sama, yakni mie rebus ala …. (judulnya di menu). Setengah jam ditunggu, pesanan belum tiba juga. Kebetulan dapur tempat memasaknya terlihat jelas dari tempat duduk kami, karena berada di bagian depan warung. Warung itu sendiri tidak terlalu ramai pengunjung saat itu. Cuma ada 3 meja terisi, dan meja kami yang paling ramai (walaupun cuma berlima).

Satu jam kemudian, minuman pesanan kami tiba. Kami yang sudah kelaparan menanyakan pesanan makanan kami kepada si pelayan. Dia menjawab sebentar ya, bu. Hmmm…..

Satu setengah jam rasanya sudah cukup untuk bersabar. Akhirnya suamiku berjalan menuju dapur warung tersebut dan menanyakan pesanan kami kembali dengan nada tidak sabar. Sebab anakku sudah mulai rewel kelaparan. Dilihat-lihat, meja lainpun belum ada yang datang pesanannya. Kami memang yang datang lebih dahulu. Bertanya dengan nada tinggi, suamiku hanya ditanggapi dengan senyuman si pelayan sambil tangannya menunjuk ke tembok yang berada di belakang kami.

Owwaalaaah, disana tertulis : “Kalau Anda Tidak Sabar Menunggu, Lebih Baik Batalkan Pesanan Anda”.

Gubraks!!! Baru kali ini aku menelukan warung makan yang suombuongnya kaya begini, nih! Nggak lagi-lagi deh kesana.

Akhirnya memang pesanan kami datang juga 15 menit kemudian, tapi mau rasanya seenak makanan restoran bintang tujuh, tetap saja menelannya dengan pahit. Usut punya usut, alasannya mereka lama memasak mie spesial mereka itu karena mereka memasaknya dengan arang. Lho? Ya sudah tahu arang itu lama menyalakannya, ya sebelum buka warung mbok ya dinyalain dulu itu arang. Huahahahaaaa (ketawa pahit).

NB : terharu gak bacanya? Wkwkwkwkwk…cape deeee….

Semua Bersumpah Demi Allah, Siapa Yang Kamu Percaya?

Melihat kasus Buaya VS Cicak, mendadak nama Allah berkumandang dimana-mana. Pendukung Cicak bertakbir dalam demonya untuk mendukung kedua pejabat anti-Tikus ini. Pak Buaya (Pak kok Bu(aya)? Hehehe) ikutan bersumpah demi Allah dia tidak pernah menerima uang sepeserpun dari Om Tikus, padahal jelas-jelas sudah ada bukti pembicaraan telepon antara mereka dan didengar oleh masyarakat.

Belum selesai urusan Buaya, Cicak dan Tikus, mendadak muncul Buaya Insyaf yang juga bersumpah demi Allah dia tidak melakukan konspirasi pembunuhan dengan Cicak lain. Buaya insyaf ini mengaku ditekan oleh Buaya-buaya lain untuk mengikuti skenario mereka menjerumuskan Cicak pemimpin anti-Tikus.

Apapun itu, mendadak nama Allah menjadi murah. Begitu mudahnya kita sekarang bersumpah atas namaNya untuk selamat di dunia. Terpikirkah oleh kita, akan selamatkah kita di akhirat kelak? Semua bersumpah demi Allah, siapa yang kamu percaya?

Kamu tanya saya? Saya menjawab, saya percaya Allah. Allah Mahatahu. Manusia boleh tertipu oleh sumpah, tapi Allah tidak akan. Nama Allah jangan dibuat murah, itu Tuhan lho…

Rabu, 04 November 2009

Celebs…Are You Somekind of Gods?

Re-post dari tulisanku di Kompasiana.

Teringat beberapa bulan yang lalu saya pernah menulis status dalam akun Facebook saya : “Bertekad mulai hari ini kalau ketemu selebriti, siapapun, akan memberanikan diri minta foto bareng =P”. Status nyeleneh seperti itu biasanya akan mengundang komentar dari teman-teman. Dan benar saja, sepuluh menit kemudian terkumpul lebih dari sepuluh komentar yang nadanya sama, menertawakan tekad saya yang aneh. Satu dari mereka menanyakan mengapa saya sampai bertekad demikian. Saya menjawab, karena saya merasa jarang sekali bertemu dengan orang terkenal selama hidup saya. Sementara melihat-lihat photo album teman-teman di Facebook, hampir selalu ada foto mereka dengan wajah sumringah dengan orang terkenal atau hampir terkenal atau tidak terkenal tapi sepertinya ingin terkenal (baca : seleb jadi-jadian).

Saya memang jarang keluar rumah karena kesibukan saya sebagai seorang ibu di rumah. Istilah kerennya : “Saya gak gaul geto…”. Jadi kapan saya bisa menemukan selebriti dalam hidup saya? Sedangkan mereka beredar di tempat-tempat yang saya hampir tidak pernah datangi (mall, cafe, movie theatre, dugem spots, etc). Masa saya harus berharap mereka yang datang ke rumah saya? Yang bener aja!

Sampai akhirnya lebaran kemarin saya berkesempatan jalan-jalan keluarga keliling kota Bandung. Mampir sebentar di sebuah Factory Outlet dan mata saya tertumbuk pada sosok yang sepertinya sangat saya kenal (dan belum tentu dia kenal saya) di pojok cafe depan FO tersebut. Didi Petet!! Yess!!! Akhirnya ketemu selebriti juga, walaupun angkatan lama, tapi bolehlaaah. Mendadak saya keringat dingin, ingat akan tekad baja saya beberapa bulan yang lalu yang sudah saya proklamirkan dalam Facebook. Mata saya jelalatan mencari suami, niatnya minta ditemani untuk foto bersama.

Setelah saya utarakan maksud saya kepada suami, dia tersenyum simpul sambil mengatakan : “Yakin? Ayo, deh…”. Lho kok saya malah jadi grogi gene? Please deh ah, ini Didi Petet lho, bukan Ashraf Sinclair. Itu juga beliau sepertinya lengkap dengan keluarga besarnya disana. Dan kelihatan kasat mata, sepertinya beliau bukan orang yang sombong, malah cenderung ramah. Duuh, maju nggak yaaa…?

Suami bergerak gesit mengambil kamera dan menarik tangan saya untuk segera menuju ke tempat beliau duduk. Mendadak saya mules dan reflek melepaskan tangan saya dari suami sambil berkata : “Nggak usah deh, kapan-kapan aja!”. Suamiku bengong.

Kapan-kapan aja? Kapan-kapan itu kapan lagiiii…??!! OMG!! Ini akibat kuper kayanya yah?