Lebaran tahun ini memang dahsyat untukku....Ehm, ralat...Ramadhan kali ini memang dahsyat untukku. Banyak cobaan, banyak ujian. Bikin sadar kalau Tuhan memang beneran sayang sama aku. Duh, makasih ya Allah, masih nyempetin nyolek aku di antara kesibukanMu di atas sana. Aku jadi merasa diperhatikan. :)
Dari sekian banyak cobaan, cobaan hati adalah yang paling berat buatku. Menahan untuk tidak marah, tidak iri, tidak dengki, tidak usil, tidak reseh, tidak sombong, tidak sabar, tidak ikhlas...huaaaa....Mudah-mudahan aku lulus menghadapinya.
Suka takut jadi orang munafik. Ketawa melihat orang sombong, padahal ternyata diri sendiri sombong. Geli melihat orang pamer, padahal nggak sadar suka pamer juga. Iri melihat keberhasilan orang dan mencibir, sewot dengan kesalahan kecil yang sepele dan lain-lain. Wuaaawww....nggak gampang jadi orang baik di mata Tuhan ternyata. Tapi nggak boleh menyerah. Tuhan Maha Baik, Dia pasti sabar menunggu hambaNya untuk berubah menjadi lebih baik, asal kita jangan berhenti mencoba. Yakiiin!
Selamat hari raya, ya. Maafkan kalau aku pernah bikin kesal kamu semua. Walaupun aku bisa bilang itu nggak sengaja, tetap saja itu jadi dosaku karena sudah buat kamu jengkel sama tingkahku.
Maaf terbesar untuk Mama dan Papaku. Maaf, belum juga bisa meringankan beban kalian.
Untuk suamiku. Maaf, belum juga bisa menjadi istri yang baik dan penurut untukmu.
Untuk anak-anakku. Maaf, belum juga bisa menjadi ibu yang penyabar dan lemah lembut untuk kalian.
Untuk saudara-saudaraku. Maaf, belum juga sempat mendatangi tempat kalian untuk bersilaturahmi karena alasan sibuk, sibuk dan sibuk nggak jelas.
Untuk teman-temanku. Maaf, belum juga bisa menahan diri untuk tidak tertawa di atas penderitaan kalian, dengan alibi cuma bercanda.
Maafkan akuuuu!!! Huhuhuhuuuu....
ABOUT ME
▼
Minggu, 12 September 2010
Senin, 06 September 2010
Berbeda Untuk Bersama (Dalam Pernikahan)
Berapa banyak dari anda yang sering kesal setiap hari menemukan tube pasta gigi anda peyot-peyot tak beraturan karena pasangan anda yang memakainya terakhir memencet tube itu dari arah tengah, sedangkan anda terbiasa memencetnya dari ujung tube agar terjaga bentuknya? Menyebalkan ya saat bagi anda itu adalah sesuatu yang mengganggu. Berapa banyak dari anda yang sering jengkel karena pasangan anda ternyata suka sekali menunda-nunda suatu urusan sampai ke menit-menit terakhir, sedangkan anda adalah orang yang sangat ingin semua urusan beres secepatnya? Heran, kenapa dulu waktu memutuskan menikah hal-hal sepele yang mengganggu macam ini tidak pernah terpikir untuk diselesaikan, ya? Ah, namanya juga cinta. Tai kucing aja bisa jadi rasa coklat kata Jamal Mirdad. Heheheee...
Saya termasuk salah satu yang 'kecele' setelah menikah dengan suami saya. Hidup bersama untuk awalnya menjadi seperti sebuah kejutan listrik kecil-kecilan setiap harinya. Eh, nggak nyangka ternyata dia kalau tidur nggak bisa diem. Eh, nggak pernah tahu kalau dia merokok ternyata harus minum air putih dulu. Eh, kok baru ketahuan ya kalau dia mau jalan itu ribetnya setengah ampun? Dan banyak eh-eh lainnya lagi.
Kalau sudah begitu apa lantas langsung mencari penyelesaian ekstrem seperti berpisah? Lah, kok jadinya 'lebay' banget ya? Saya pribadi mencoba untuk membicarakannya dengan pasangan saya pada awalnya. Walaupun saya sadar sekali kalau sebuah kebiasaan itu sulit sekali untuk diubah apalagi dihilangkan. Paling tidak kita harus kompromikan, karena salah satu sudah merasa terganggu. Setelah duduk bersama, ternyata dia juga punya komplain yang sama dengan saya. Ada beberapa kebiasaan saya yang ternyata juga mengganggu untuknya.
Alhamdulillah, pada akhirnya, setelah pernikahan berjalan memasuki hitungan tahun, beberapa kebiasaan dia yang mengganggu saya sudah mulai berkurang. Dan saya pun berusaha untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi kebiasaan 'terburu-buru' saya yang ternyata agak mengganggu dia. Hehehehe...
Dari sana saya belajar sesuatu tentang perbedaan dan cinta. Ternyata menyikapi sebuah perbedaan itu kuncinya hanya satu : Cinta bo! Tidak seharusnya sebuah perbedaan menjadi sebuah awal perpecahan. Semua bisa dihadapi dengan baik dan toleransi yang tinggi jika ada kasih sayang dalam menyelesaikannya.
Lantas kalau ternyata perbedaan itu masih tetap membawa perpecahan juga bagaimana dong, ya? Ahahaaa, buat saya sih sederhana saja. Kembalikan ke cinta lagi. Benarkah kita cinta? Cinta kadang suka 'nyaru' dari kasihan atau tidak enak. Tidak usah menutup mata. Banyak sekali pernikahan yang terjadi atas dasar kasihan atau tidak enak. Kasihan, dia sudah begitu banyak berkorban selama pacaran. Tidak enak, undangan sudah keburu disebar. Walaaah, jangan ya... Terlalu banyak yang dipertaruhkan dalam sebuah pernikahan. Banyak sekali pihak yang tersakiti kalau pada akhirnya akan berujung pada perpisahan.
Berani memutuskan menikah, berarti berani berkorban demi cinta. Harus bisa menyamakan persepsi untuk masa depan berdua, plus anak nantinya. Tidak mungkin rasanya menemukan dua persepsi yang sama persis ada dalam dua kepala yang berbeda. Cara berpikir masing-masing kita pasti berbeda. Menemukan titik tengah di antara dua persepsi itu adalah sebuah kompromi yang harus selalu kita hadapi dalam pernikahan. Saya pribadi, pada akhirnya, berusaha menikmati proses kompromi tiada henti itu. Hidup tidak hidup kalau tidak ada perbedaan. Bayangkan kalau kita semua sama dalam berpikir, alangkah membosankannya. Belum lagi kalau ternyata kita sama-sama menemukan dead-end untuk sebuah masalah, susah kan kalau tidak ada pemikiran yang berbeda?
Apapun itu, kembalikan perbedaan kita dengan orang-orang yang kita cintai pada titik awalnya, yakni cinta. Insya Allah, cinta adalah sebuah harapan untuk kebaikan, maka cinta pula yang nantinya akan menjadikan perbedaan itu sebuah ruang untuk selalu bersama menghadapi kehidupan.
***
sumber gambar dari http://media.bigoo.ws/content/image/cartoon/cartoon_76.gif