“Lo bohong kan, Ky?”
“Bohong apaan, nih?”
“Lo nggak ketemu Kayla, kan?”
“Eh, emangnya kenapa?”
“Karena gue tau Kayla bukan di Bandung!”
“…”
“Kok lo diem?”
“Lo tau Kayla ada di mana selama ini?”
“Pokoknya gue tau kalo Kayla bukan ada di Bandung!”
Decky mengerutkan keningnya tidak paham dengan pembicaraannya di telpon dengan Sandra itu. Hari itu sehari setelah pertemuan bulanan mereka kemarin. Sandra tiba-tiba menelponnya dan bilang kalau dia bohong. Tahu dari mana Sandra kalau dia bohong? Dan ngapain dia sampai ribet banget cari tahu tentang Kayla?
“San, gue ke rumah lo, ya? Ada Reza nggak di rumah? Kalo ada, gue ke rumah lo sekarang. Mumpung hari Minggu, nih!” katanya pada Sandra.
Biarpun dia cowok lajang, dia cukup tahu manner untuk nggak sembarangan bertamu ke rumah teman cewek yang sudah menikah. Kalau sampai datang ke rumah mereka dan suaminya nggak ada di rumah, itu sama aja cari masalah. Fitnah gampang bertebaran di mana-mana. Dan Decky ogah banget terjebak dalam masalah rumah tangga orang lain. Apalagi rumah tangga teman sendiri. Hiiii, jauh-jauh, deh!
Bukan apa-apa juga. Decky ngerasa kemarin Reza agak sedikit dingin sama dia. Biasanya Reza banyak omong kalau ketemuan sama Decky dan Donny. Seolah-olah takut dibilang tua, dia selalu berusaha untuk masuk ke dalam pembicaraan mereka berdua. Dan Reza sebenarnya teman ngobrol yang lumayan asyik juga. Asal jangan mulai membahas permasalahan kebutuhan hidup yang makin tinggi, bla, bla, bla…Pokoknya asal jangan ngomongin topik bapak-bapak, Reza is fine. Tapi kemarin itu di pertemuan bulanan mereka, Reza diam aja. Nggak ngobrol sama Decky dan yang lain-lain. Dia malah kayaknya berusaha sibuk ngawasin Dio, anaknya, yang jelas-jelas lagi asyik sama babysitter-nya. Decky juga nggak ngerti kenapa Reza sedikit berbeda kemarin. Tapi itu kan bukan masalah dia. Ngapain dipikirin? Kali aja dia lagi ada masalah sama Sandra. Dan jelas banget, itu bukan problem dia. So, Decky biasa aja melihat Reza yang cuek bebek sama mereka semua kemarin. Cuma yang bikin heran, ngapain dia ikut, ya kalau kelakuannya kayak nggak enjoy gitu? Mendingan dia di rumah aja, kali! Ah, bodo amat!
Yang pasti sekarang Decky penasaran banget bagaimana Sandra bisa tahu kalau Kayla tidak ada di Bandung. Dan dia masih nunggu jawaban Sandra.
“San? Gue ke rumah lo, ya?” tanyanya lagi.
Sandra kok diem aja, sih?
“San?!”
“Eh, ya udah, ke sini aja…,” jawab Sandra ragu.
“Ada Reza nggak di rumah?” tanyanya lagi.
“Sekarang lagi ke bengkel, sih! Tapi bentar lagi juga pulang.”
“Jadi boleh ya gue ke sana?” tanyanya meyakinkan diri.
“Iyaaa, dateng aja sekarang cepetan!” jawab Sandra akhirnya.
Decky memutuskan hubungan. Bersiap-siap untuk berangkat ke rumah Sandra. Asli, penasaran banget mau dengar cerita Sandra soal Kayla. OK, harusnya dia cuek aja. Bukannya dia sudah memutuskan untuk move on waktu dia berbincang-bincang dengan Bu Kay? Kenapa juga sekarang dia balik lagi jadi Decky yang stuck sama Kayla?
Tapi Decky berusaha meyakinkan dirinya kalau ini sama sekali bukan langkah yang salah. Ingat kata bu Kay, mencari itu bisa lewat mana saja. Siapa tahu, memang harus lewat Kayla juga dia menemukan jawaban pencariannya. Itu kan memang yang paling mungkin sejak awal. Justru pakai jurus muter-muter ala bu Kay itu bukannya malah lebih lama jadinya nanti? Ah, pokoknya dia bisa dapat jawaban. Itu yang paling penting.
Sandra sendiri sebenarnya sedang nekad, main-main api dengan mengijinkan Decky datang ke rumahnya siang itu. Reza jelas-jelas sudah mengultimatumnya untuk menjauhi Decky. Sekarang justru dia mengijinkan Decky untuk datang ke rumahnya. Dan Reza sedang tidak ada di rumah pula.
Sandra bohong waktu bilang Reza sedang ke bengkel tadi. Reza sebenarnya sedang pergi main golf dengan teman-teman kantornya. Dan itu bisa sampai malam. Biasanya sih begitu. Sandra nekad, sebab dia pikir tidak mungkin juga mereka berdua membahas masalah Kayla ini di depan Reza. Rasanya nggak nyaman aja kalau sampai nanti Reza bisa membaca gelagatnya saat berbicara dengan Decky. Bukan apa-apa, Sandra masih ragu apa dia sudah bisa melupakan perasaaannya pada Decky atau belum. Faktanya, sampai sekarang dia masih saja terganggu dengan kenyataan kalau Decky masih ingin bertemu Kayla. Setelah bertahun-tahun kehilangan jejak.
Sandra masih merasa dia perlu tahu apakah Decky masih menyimpan perasaan yang sama ke Kayla setelah sekian lama. Ini memang bukan urusannya sama sekali. Paling tidak itu yang pasti ada dalam pikiran Decky. Tapi baginya, ini menjadi masalahnya juga, karena pernah ada perasaannya menyelinap di antara cinta mereka berdua dulu. Sandra hanya ingin tahu, bagaimana hatinya akan bereaksi nanti seandainya dia mendengar sendiri kalau Decky masih ingin menjalin hubungan lagi dengan Kayla. Apakah dia akan ikhlas? Atau malah kemrungsung nggak karuan? Atau haruskah dia ikut merasa senang, seandainya dia bisa menolong Decky untuk bertemu dengan Kayla? Semuanya baru bisa terjawab kalau Decky berbicara padanya nanti.
Decky sampai di rumah Sandra satu jam kemudian. Disambut oleh Dio yang berlari-lari kecil membukakan pintu depan. Menyalami tangan Decky dan menciumnya. Decky tersenyum melihat tingkah anak laki-laki lucu itu. Suatu saat..ya, suatu saat nanti, entah kapan, dia juga ingin punya anak yang lucu dan sehat seperti Dio. Sandra dan Reza benar-benar beruntung, pikirnya dalam hati. Tapi itu bukan fokus utama hidupnya sekarang ini. Yang paling penting sekarang, Siska, adiknya, menyelesaikan kuliahnya yang tinggal skripsi itu. Setelah itu, dia baru bisa memikirkan dirinya dan hidupnya sendiri.
“Masuk, Ky!” Suara Sandra dari ruang tengah terdengar.
Decky masuk dan duduk di sofa ruang keluarga yang lumayan luas itu. Reza adalah seorang sales manager untuk wilayah pulau Jawa di perusahaannya. Kehidupan mereka amat sangat lebih dari berkecukupan. Sandra beruntung tidak perlu menunggu lama setelah dia menikah untuk Reza menjadi mapan dalam karirnya. Karir Reza justru melejit dan melesat cepat setelah dia menikah.
“Reza mana? Belum balik?” tanya Decky.
Dia merasa sedikit kurang nyaman mengetahui kalau Reza belum kembali ke rumah. Walaupun di rumah itu tidak hanya ada mereka berdua –ada Dio dan babysitter-nya juga, kan?- tapi tetap saja Decky merasa kurang nyaman bertamu ke rumah Sandra dan suaminya nggak ada di rumah.
“Belum,” jawab Sandra singkat seolah itu bukan hal yang penting.
Sandra ikut duduk di sofa tempat Decky sedang duduk. Mereka duduk bersebelahan, menghadap ke televisi plasma berukuran ‘lebay’ banget yang tertempel di dinding. Mereka bercakap-cakap sebentar sebelum pembantunya Sandra datang membawakan dua cangkir kopi untuk mereka berdua.
“Aku nelpon ke rumah Kayla semalam,” kata Sandra ketika Decky mulai menanyakan tentang Kayla padanya.
“Trus?” Decky nggak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya yang melompat-lompat deg-degan nggak kira-kira itu.
“Diangkat sama asisten bapaknya. Katanya lagi nggak ada siapa-siapa di rumah itu, sudah sebulan lebih.” Sandra meneruskan ceritanya dengan tenang.
“Trus?” Sumpah ya, kayanya emang cuma itu kata yang bisa diucapkan oleh seseorang yang lagi penasaran.
“Trus gue tanya-tanya soal Kayla sama bapak asisten itu. Untung orangnya baek, soalnya gue bilang gue sahabat lamanya Kayla di kampus. Walaupun tetap masih hati-hati banget ngasih informasi…,” kata Sandra lagi.
“Trus?” Sekali lagi ngomong ‘trus’ mungkin Decky bisa dapet payung cantik!
“Kayla ada di Singapura. Sudah menikah. Bapaknya sedang berkunjung ke rumahnya.” Kali ini Sandra ngomong sambil menatap tajam pada Decky.
Decky salah tingkah diliatin demikian rupa sama Sandra. Ketahuan bohng, itu pertama. Kayla sudah menikah, itu yang kedua. Dua-duanya sukses bikin mulutnya bungkam, nggak tahu harus ngomong apa.
“Jadi lo bohong, kan kemaren?” kata Sandra lagi dengan tajam.
Dari nada bicaranya Sadnra seperti menuntut penjelasan darinya saat ini juga. Decky menghela nafas berat sebelum akhirnya dia bisa mulai menguasai debur perasaannya yang aneh saat ini.
Akhirnya Decky menceritakan semuanya pada Sandra. Tentang pertemuannya dengan bu Kay yang tidak disengaja. Awal yang membawanya sampai bisa ke rumah bu Kay. Tapi Decky tidak menceritakan pembicaraan mendalamnya dengan bu Kay ke Sandra. Bukan apa-apa, menurut Decky, Sandra nggak perlu tahu sampai segitunya juga, deh!
“Jadi selama ini lo masih berharap sama Kayla, Ky?”
“Bukan berharap, san. Gue cuma pengen tau kenapa dia ninggalin gue gitu aja. Apa alasannya? Sedikit aja penjelasan dari dia itu akan membuat hidup gue lebih mudah,” jawab Decky.
“Sekarang lo udah tau keadaaannya, dia udah nikah. Lo gimana?”
“Ya, itu sih lain soal. Masalah dia udah nikah, okelaah…Tapi kan tetap belum menjawab pertanyaan gue, kenapa dulu dia ninggalin gue gitu aja?”
“Kalau gue bilang gue tau kenapa, lo percaya nggak?” tanya Sandra dengan hati-hati.
“Maksud lo?”
“Gue tau kenapa dulu dia ninggalin lo, Ky…” kata Sandra dengan pelan.
“Kenapa?”
“Dia dijodohin sama bapaknya. Calon suaminya adalah rekan bisnis bapaknya di Hongkong. Dan dia nggak berani nekad sama lo, karena takut justru lo yang bisa-bisa nggak selamat. Lo tau sendiri kan ajudan bapaknya seremnya kayak gimana dulu?”
Decky terhenyak. Sebenarnya kekagetannya saat ini bukan karena kenyataan kalau Kayla dijodohkan sehingga terpaksa harus meninggalkannya. Dia justru lebih shock karena Sandra tahu semuanya dan menyimpannya selama ini. Apa maksdunya?
“Dari mana lo bisa tau semua ini, San? Dan sejak kapan?” tanya Decky tidak mengerti.
Sandra menyenderkan tubuhnya ke sofa empuk itu. Posisi duduk mereka menjadi terlihat makin dekat dari arah samping. Dia memalingkan wajahnya ke arah Decky. Memandang Decky sedemikian rupa dengan agak lama. Decky ikut berpaling dan menatap Sandra masih dengan tatapan bertanya-tanya dan menunggu.
“Udah lama, Ky…Udah lama banget…” Hanya itu penjelasan yang keluar dari mulut Sandra.
“Lagi ngapain kalian?”
Sebuah suara terdengar dari arah samping sofa tempat mereka duduk. Reza berdiri di sana dengan wajah yang sulit untuk diterjemahkan (kamus?). Pintu depan memang dibiarkan terbuka sejak Decky datang tadi. Mereka tidak mendengar saat Reza masuk ke dalam rumah. Suara mobilnya juga tidak terdengar karena garasi mobil rumah Sandra dan Reza berada di bagian samping rumah yang jaraknya lumayan jauh dari pintu depan.
“Oh, hai, Za! Udah beres urusan di bengkel? Kenapa mobilnya?” Sapa Decky begitu menyadari kalau Reza sudah ada di dalam rumah.
“Aku nggak ke bengkel. Siapa yang bilang aku ke bengkel?” tanya Reza sambil menatap tajam ke arah istrinya yang sekarang mulai terlihat salah tingkah itu.
“Lho? Kata Sandra…,” ucap Decky tidak mengerti.
“Udah berapa lama kamu di sini?” tanya Reza dengan nada kurang bersahabat.
Decky mengerenyitkan dahinya mendengar nada suara nggak enak itu.
“Sejam, deh..kenapa, nih? Kok kayaknya ada yang salah?” tanya Decky lagi.
“Mending kamu pulang aja sekarang…,” kata Reza dingin.
“Hei..hei..ada apa, nih? San?” tanya Decky kepada Sandra, meminta penjelasan.
Walau bagaimana, dia datang dengan baik-baik ke rumah sahabatnya itu. Kalau sampai sekarang Reza mengusirnya, dia merasa berhak untuk mendapatkan penjelasan. Apa salahnya sampai harus diusir seperti itu?
Sandra makin salah tingkah. Air mukanya kelihatan sangat tertekan sekarang. Dan Decky panik melihatnya. Firasatnya mengatakan kalau ada sesuatu yang sangat salah sedang terjadi. Tapi apa itu, Decky sama sekali nggak tahu.
Dan sekarang melihat wajah Reza yang jauh dari bersahabat, rasanya akan menambah masalah aja kalau dia masih menuntut jawaban sekarang juga. Akhirnya Decky mengalah dan melangkah keluar, melewati Reza yang masih berdiri menghalangi jalannya keluar.
“Gue pulang dulu, ya! Makasih, San…Yuk, Za…” kata Decky berpamitan seadanya.
Dia berjalan keluar sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kenapa sih pasutri itu? Aneh banget!
*BERSAMBUNG*
Waduuuhhh... tambah rumit :(
BalasHapusSi Sandra juga seh, ngapain seh pake acara bohong segala Arrgghh....
Za... tenang Za... wlopun lo cemburu tapi jgn salahkan decky ya Za... itu kan bini lu aj yg dodol! esmosi...