ABOUT ME

Senin, 25 April 2011

Bapak Tua Berbaju Korpri

Sudah lama sosoknya saya lihat setiap saya mengantar dan menjemput anak saya Fadhil, dari dan ke sekolahnya. Pakaian yang selalu dikenakannya adalah yang paling menggelitik saya. Tidak pernah berganti, sampai saya sempat berpikir, jangan-jangan dia cuma punya satu helai baju itu yang menempel di badannya. Janggut putih, kurus, mendorong gerobak berisi barang bekas yang dipungutnya dari tempat sampah di rumah penduduk sekitar sekolah anak saya, bapak tua ini tampak santai saja dengan kemeja korpri lusuhnya yang tak pernah berganti itu.
Sudah lama juga saya ingin memanggilnya dan mengajaknya bercakap-cakap. saya selalu tertarik dengan sosok lelaki tua yang terlihat struggle dalam kerasnya hidup, entah mengapa. Somehow, saya teringat papa saya, walaupun (alhamdulillaah) nasib papa saya jauh lebih baik darinya.
Hari ini saya berhasil bertemu dengannya lagi dan langsung memanggilnya. Dengan terheran-heran dia mendorong gerobaknya berhenti di dekat mobil saya. saya pun turun dan berjalan menghampirinya. Sebenarnya aneh juga dia bisa tersenyum pada saya, padahal kami tidak saling mengenal sebelumnya.
Saya sapa dia dengan salam. Dia menjawab dengan tetap tersenyum.
Bercakap-cakap di pinggir jalan dengan dilihat oleh beberapa tukang becak dan orang tua murid yang lain tidak menyurutkan rasa penasaran saya akan sosoknya.
Pak Suhudi dengan baju Kopri kebanggannya

Jumat, 22 April 2011

Justin Bieber, NKOTB dan A Picture In My Wallet

Ini bocah emang kiyut banget, sih! Gw aja gemes ngeliatnya, pengen jewer...wkwkwkwk.....

Rasanya sebentar tadi gw jadi ibu-ibu yang nyaris nggak pernah muda waktu terkesima ngeliat berita di tivi. Justin Bieber baru sampe Jakarta sore tadi, dan ratusan anak-anak ABG (Anak Bau Gemblong) nangis-nangis jejeritan gara-gara sang idola berhasil mengecoh fans-nya itu dan langsung kabur pergi dari bandara.
Yang bikin gw terkesima itu adalah pengakuan seorang anak cewek umur SMP gitu yang diwawancara sambil berurai air mata dan sesak nafas gara-gara nangis sesenggukan.
"Aku sampe bela-belain bolos hari ini, nggak belajar buat UN, demi untuk bisa ngeliat Bieber, mas...," katanya dengan nelangsa.
Wkwkwkwk, pengen ngakak sebenernya, tapi gw kasian juga ngeliatnya. Hiks...Gw sampe terheran-heran dan tertakjub-takjub sama daya magnet si Justin Bieber ini. Buset deh, sampe segitunya, ya anak-anak ini mengidolakan dia? Ckckckck...
Yang bikin gw heran sebenernya, kemana emak si anak cewek itu, ya? Anaknya nggak belajar buat UN demi buat nongkringin Justin Bieber dateng di bandara. Kalo gw emaknya, no matter how 'gaul' I am, nggak bakalan ada ijin buat bolos dalam minggu-minggu ujian kayak gini. Gila apa? Emang si Bieber mau bagi-bagi nilai gratis di konsernya ntar? 

Selasa, 19 April 2011

January 50K (#23): Salah Sendiri Udah Kawin!

publicrecordsresearch.net

“Ketemuan dong, Ky…,” ujar Sandra dengan nada memelas.
Decky tidak habis mengerti bagaimana Snadra bisa jadi perempuan yang desperate seperti pagi tadi saat mengucapkan kalimat itu padanya melalui telepon.
“Ada apa, San? Gue agak-agak nggak enak mau ketemuan sama lo sekarang, setelah inget gimana Reza kayanya kesel banget sama gue waktu di rumah lo itu,” kata Decky masih tidak mengerti.
“Justru itu, gue mau ngomongin itu,” jawab Sandra dengan suara pelan dan lemah.
Decky mengernyitkan dahi mendengarnya. Sampai sekarang dia masih belum paham benar kenapa Reza bersikap tidak ramah padanya waktu dia datang ke rumah mereka. Dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun waktu itu. Yang pasti, sebelum dia datang pun dia sudah berusaha memastikan kalau Reza ada di rumahnya bersama Sandra.
Andainya Reza cemburu padanya, alasan apa yang bisa membuatnya berpikir demikian? Itu yang Decky tidak paham sampai sekarang. Dia memang tidak terlalu dekat dengan Reza, karena Reza bukan temannya seperti Sandra. Tapi kenyataan kalau mereka adalah suami istri tentu saja harusnya bisa menjadi alasan kuat bagi Decky bahwa Reza tidak pantas cemburu padanya. Harusnya pasangan suami istri itu kan berbagi semua cerita, bukan? Sewajarnya Reza tahu bagaimana perasaannya pada Kayla selama ini melalui cerita-cerita Sandra. Atau jangan-jangan mereka tidak pernah saling bercerita satu sama lain? Ah, itu aneh sekali. Kalau memang begitu kenyataannya, Decky tidak bisa menyalahkan Reza.

Senin, 18 April 2011

Perjalanan Blackbook: Sedikit Bocoran (#4)

Lay out novel Blackbook...aku sukaa..wkwkwkwk..narsis sendiri..hihihihi....

Nggak afdol rasanya gombal-gombal minta orang-orang beli Blackbook tanpa ngasih teaser atau sedikit cuplikan kenapa novel ini layak dibeli. Cieh…
Kisah ini pada dasarnya adalah sebuah cerita tentang persahabatan. Kamu punya sahabat yang dari kamu kecil sampai saat ini masih saling berhubungan, bahkan menjadi sangat dekat seperti saudara kandung sendiri? Indah, ya? Aku pribadi punya beberapa sahabat seperti itu sampai saat ini. Bagiku sahabat adalah anugerah dari Tuhan saat kita tumbuh dan bergaul dengan dunia kita. Berbeda dengan saudara yang, suka atau nggak, kita harus menerima kehadiran mereka, sahabat lebih kepada pilihan hati kita. Agak-agak mirip dengan baju, tas dan sepatu, sesuai selera. Walaupun tentu saja sahabat tidak bisa disamakan dengan barang-barang itu. Hihihi…

Jumat, 08 April 2011

Perjalanan Blackbook: Cover Hitam? Syappa Takut! (#3)

Hitam dengan sedikit 'ketombe' putih, wkwkwkwk....

Sekarang aku mau cerita-cerita tentang cover Blackbook sama teman-teman semua. Semuanya berangkat dari judul. Kenapa judulnya Blackbook? Karena kisah ini berpusat pada sebuah buku harian bersampul hitam yang ditulis oleh tiga orang sahabat yang akhirnya terlibat cinta segitiga dan terjerumus dunia narkoba. Kenapa penulisannya disambung? Aku sendiri berusaha untuk menampilkan sedikit nilai filosofis dari “kesalahan” grammar itu. Bahwa menjadi seorang remaja itu tidaklah mudah. Kita kerap melakukan kesalahan, walaupun seringnya kita menyadarinya setelah terlambat. Itu manusiawi dan remajawi (remajawi? Wkwkwkwk…) sekali. Jadi aku memang sengaja menuliskan judul secara tersambung seperti itu.

Rabu, 06 April 2011

Perjalanan Blackbook: Mereka Bilang Blackbook Itu... (#2)


Melanjutkan kisah Perjalanan Blackbook dalam berburu endorsement, ya! Waktu suamiku bilang untuk mencoba meminta bunda Pipiet Senja memberi endorsement, aku langsung tersadar dalam bahagia. Ah ya, ya, bunda Pipiet adalah salah satu yang mengikuti tayangan Blackbook waktu dulu aku publish di Kompasiana. Beliau selalu setia memberi komentar dan masukan, mengingat aku masih begitu ‘hijau’ dalam menulis.
Dengan sedikit perasaan was-was kucoba menghubungi bunda Pipiet melalu SMS. Subhanallaah, beliau langsung merespon dengan sangat antusias. Khas bunda Pipiet yang selalu ceria. Maklum, manini gaul. Wkwkwkwk…Berhubung bunda Pipiet sudah pernah membaca Blackbook, beliau langsung mengirimkan endorsement-nya melalui SMS. Semudah itu? Asli, begitu saja. Saya bersyukur, ternyata masih ada orang-orang yang menyandang nama besar yang masih mau memberikan dukungannya kepada pemula seperti aku.

Perjalanan Blackbook: Dari Folder Usang Menjadi Novel #1

katanya orang-orang covernya keren.. ^_^

Hari ini tanggal...eerrrgh, sebentar (ngecek kalender), 6 April 2011, akhirnya novel perdanaku yang pernah aku ceritakan di sini terbit! Yes, TER-BIT! Seperti matahari, dan kabar ini juga aku dapat pada pagi hari saat matahari TER-BIT! Hihihihi...
Alhamdulillaah! Ini penantian panjang buatku. Kisah Blackbook yang sudah jadi novel ini sudah lama "nginep" di laptop rusak punya suamiku. Kira-kira sudah sejak tahun 2006 atau 2007. Kemudian sekitar tahun 2008 aku beranikan diri untuk launching kisah itu di blog Kompasiana sebagai cerita bersambung. Benar-benar nekad sebenarnya waktu itu. Aku malah sampai minta petunjuk khusus dari beberapa orang yang aku pandang lebih berpengalaman dalam dunia tulis-menulis di Kompasiana, bunda Pipiet Senja salah satunya.
Waktu itu Blackbook masih berantakan banget. Ibarat perempuan muda yang baru bisa dandan, sedikit menor di sana, dan sedikit berantakan di sini. Tapi aku nekad, jalan terus, hantam aja. Bagiku waktu itu yang penting cerita ini bisa selesai sampai tamat dulu. Sampai akhirnya dengan nafas ngos-ngosan Blackbook bisa mencapai bagian terakhirnya pada postingan ke-18. Aku masih ingat sekali, waktu itu total jumlah halaman Blackbook hanya 55 halaman A4 saja. Dan rasanya aku sudah paling mentok menulis demikian panjang.