ABOUT ME

Minggu, 31 Juli 2011

Perayaan di Blog Emak Gaul

Halo, halooo!

Selamat menjalankan ibadah puasa untuk teman-teman yang menjalankannya, ya! Semoga Ramadhan kali ini lebih baik dari yang sebelumnya dan setelahnya kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Aamiin!

Selamat ulang tahun juga untuk anakku, Fadhil, yang ke-8! Kemarin dia ulang tahun tanggal 28 Juli. Wihiii, anakku udah gede ternyata. Udah minta disunat. Hahahahaa....

Wiih, seru banget renovasi blog emak ini. Saya sempat nyaris pingsan gara-gara sotoy masang-masang widget terus tau-tau semua komentar hilang! Huaaa...Untung ada malaikat penolong. Wkwkwkwk...

Sesuai janji, saya mau mengundi semua nama follower blog ini untuk mendapatkan sebuah buku dari saya. Hiks, maaf ya, jatahnya cuma sebiji. Abis kalau semuanya kebagian, gila aja, siapa yang nalangin? Doain aja deh, rejeki saya lancar dan lapang, moga-moga bisa bikin giveaway bagi-bagi mobil. Aamiin!!!!

Sampai saat ini sudah ada 105 follower blog Emak Gaul dan ke-105 nama inilah yang akan masuk daftar undian. Follower yang baru bergabung harap bersabar untuk acara giveaway selanjutnya, OK! Karena saya males luar biasa untuk nyalin nama-nama follower ke tulisan ini, jadi mohon percaya aja deh kalau semua nama akan saya masukkan ke dalam undian. Ini lagi bikin kertas kecil-kecil buat digulung trus dikocok kayak arisan RT itu. Ngaahahahaa...

Insya Allah, besok atau lusa udah ada nama pemenangnya. Tungguin aja yaaa.. :)

Salam keren dari Emak Gaul yang keren tiada tara.

Jumat, 29 Juli 2011

Arisan Krompyang!!!



Sore itu semua peserta arisan sudah lengkap berkumpul di atas tempatnya masing-masing. Berjejer manis dengan tubuh bersih, berkilau, wangi dan kesat. Semua asyik bercakap-cakap mengenai hadiah arisan kali ini. Terlihat jelas semua antusias untuk memenangkannya. Mengingat arisan-arisan yang terdahulu selalu dimenangkan oleh satu pihak yang sama, pihak yang lain menjadi semakin terpacu untuk memenangkan arisan kali ini.

Ketua arisan mulai buka suara. “Ehem..Ehem..!” Dia berdehem berusaha terdengar berwibawa. “Sudah bisa kita mulai, ya?” tanyanya kepada seluruh peserta arisan.

Para peserta mengangguk-angguk setuju dan siap mendengarkan ketua arisan membuka arisan sore itu. Sesekali terdengar cekikikan dari arah peserta kembar tapi tak sama di pojokan. Tatapan ketua arisan yang kurang senang akhirnya berhasil membuat si kembar tapi tak sama itu terdiam sambil tersenyum simpul.

“Oke. Malam ini seperti yang sama-sama telah kita sepakati bersama bulan lalu, jangan sampai pemenangnya sama seperti yang sudah-sudah. Arisan kita ini berdasarkan pilihan terbanyak pada cerita yang paling bagus. Jadi saya berharap kali ini kerahkan seluruh kemampuan kalian, gali kembali ingatan kalian dan pilihlah yang terbaik. Walaupun saya juga berharap menang, saya akan tetap memilih cerita terbaik. Tapi mudah-mudahan bukan kamu lagi ya pemenangnya. Maaf lho…” kata ketua arisan itu sambil mengerling pada peserta yang ada di tengah-tengah.

Selasa, 26 Juli 2011

Why Life's So Unfair?



Ini sebenarnya pertanyaan buat diri sendiri, sih. Saya nggak bisa boleh bohong kalau seringnya hati mencelos dulu baru ikut senang saat mendengar kabar baik yang didapat oleh seorang kerabat. Apalagi kalau kabar baik juga sesuatu yang sudah lama saya idam-idamkan juga. Hiks, sesaat sempat mikir, "why is life so unfair to me? Aku kan udah lama pengen punya mobil kayak gitu, kok dia yang dapet duluan, sih? Jahat, jahat, jahat...Benci, benci, benciii!" Wkwkwkwk...sorry, ini rada didramatisir, kok. Aslinya...lebih lebay lagi. Huahahaha, nggak deng!

Tapi bener nggak kamu suka gitu juga? Kalau nggak, wah salut deh sama manajemen hatimu. Itu artinya kamu sudah bisa menempatkan diri di posisi orang lain setiap saat. Itu sulit sekali, lho! Saya jadi malu sendiri dengan ke labil an saya ini. Kadang suka merasa sedikit munafik saat mengucapkan, "Selamat, yaaa... So happy for you!" dengan senyum yang dibuat selebar mungkin menghias wajah. Berusaha mengeluarkan suara dengan tone yang lebih tinggi agar terdengar ikut excited, padahal dalam hati, menjerit perih. Wkwkwkwk...

Tapi sekarang saya sudah punya solusi jitu ala emak gaul untuk masalah ini. Peringatan sebelumnya, seperti biasa, solusi dari emak gaul amat sangat penting untuk ditelaah ulang sebelum diaplikasikan. Hahahaha...

Minggu, 24 Juli 2011

Mama Penulis, Anak Belum Tentu Suka Nulis (Oleh-oleh dari Seminar dan Workshop Menulis Anak)


Sabtu kemarin, 23 Juli 2011, bertepatan dengan Hari Anak Nasional, saya dan keluarga pergi menuju ke Plaza Fx di bilangan Sudirman, Jakarta. Tiga hari sebelumnya secara tidak sengaja saya menemukan info dari @PlotPoint tentang acara yang mereka adakan, Workshop dan Seminar Menulis Untuk Anak. Jujur saja, awalnya yang membuat saya tertarik untuk mendaftar ikut adalah karena salah satu pembicaranya adalah Clara Ng, salah satu penulis nasional yang saya look up to. Saya tidak bisa bohong mengatakan kalau niat awal saya memang ingin sekali bertemu dengannya. Sampai sehari sebelumnya niat itu masih belum berubah juga. Semata karena saya sudah hampir pasrah dengan ketidakpedulian Fadhil (8 tahun), anak sulung saya, pada bacaan apalagi tulisan.

Dengan kondisi memiliki seorang ibu yang sehari-harinya membaca dan menulis, bahkan menerbitkan buku, Fadhil jadi memang seperti memiliki gen saya lebih sedikit dibanding gen papanya. Hihihihi, ini tuduhan tidak berdasar. Tapi memang saya sudah sedikit pesimis dengan ketidaksukaannya akan membaca dan menulis.
Saya pikir-pikir ulang, akan ada gunanya juga nggak sih saya ikutkan dia ke workshop ini? Toh, selama ini di rumah pun saya selalu mengajaknya untuk ikut kegiatan saya membaca dan menulis. Bahkan saya tunjukkan padanya buku-buku saya sambil bertanya, "Kamu nggak pengen bikin buku kayak mama?" Walaupun jawabannya berupa anggukan, tetap saja pikiran dan minatnya tidak teralihkan dari NDS dan televisi. Frustrating...

Kamis, 21 Juli 2011

Manusia dan Alasan, Seperti Tom dan Jerry




Banyak penulis besar memiliki rumah peristirahatan yang cantik, luas, nyaman, mewah, berada dekat pantai atau pegunungan yang sejuk. Pada kenyataannya, rumah peristirahatan itu (kalau kita suka bilangnya sih Villa, ya...) bukanlah tempat beristirahat untuk mereka, melainkan tempat bekerja. Mungkin yang lebih pas kalau disebut rumah singgah, kali ya?

Penulis-penulis luar negeri setahu saya pasti punya villa di daerah pinggir pantai di Spanyol, atau di dekat winery di Napa, California, sana (kayak tauuu aja ada di mana...). Mungkin memang penting ya tempat menulis itu dengan produktifitas mereka, sampai mereka berani investasi dana demikian besar untuk rumah yang hanya sesekali mereka datangi, dan biasanya berada jaaauuuuuh sekali dari keluarga mereka.

Saya jadi mikir, kalau saya punya uang sebanyak mereka, kemana saya akan mengungsi pergi sejenak untuk menyelesaikan project menulis saya, misalnya? Villa Cipanas? Anyer? Mana dong? (Ketahuan banget ni emak-emak jarang jalan-jalan...wkwkwkwk). Saya jadi bingung sendiri. Hal-hal seperti ini kadang sering saya jadikan alasan untuk tidak menulis. Bukan hanya tempat, peralatan menulis pun bisa saya jadikan alasan untuk mengikuti rasa malas saya.

Selasa, 19 Juli 2011

Truman Capote




Jujur bercampur rendah diri malu, saya harus mengakui kalau saya baru mengetahui kalau nama itu adalah nama di balik buku terkenal sepanjang jaman, Breakfast At Tiffany's . Secara tidak sengaja saya menemukan film berjudul Capote saat saya sedang mengganti-ganti chanel televisi saya dua hari yang lalu.

Film yang menceritakan tentang sepak terjang Capote saat menulis novel non-fiksi, karyanya yang fenomenal, setelah Breakfast at Tiffany's, berjudul In Cold Blood itu berhasil membuat bulu kuduk saya berdiri. Capote membuat saya berpikir tentang menulis dan hidup sebagai penulis .