Melipat dan Menghakimi

Gara-gara kemaren ngutak-ngatik hobi lama demi ikutan GA-nya Mak Lusi, jadi aja keterusan pengen maen kertas lagi. Saya jadi buka-buka Youtube, liat-liat tutorial origami. Dan berakhir dengan membuat banyak lipatan-lipatan di kertas warna-warni.
Waktu selesai membuat satu bentuk, rasanya puas banget. Tapi bukan cuma itu. Setelah berhasil membuat beberapa bentuk yang menurut saya tingkat kesulitannya tinggi, saya jadi dapat kesimpulan lain yang sama sekali nggak ada hubungannya sama seni melipat kertas dari Jepang ini. Apa itu? Simak aja dulu, ya! Saya ceritain satu per satu.

Bow (Pita Origami)

Waktu mau bikin pita dari kertas ini saya pikir ini rada ribet dan pake lebih dari satu lembar kertas. Tapi begitu saya buka tutorialnya di web ini, saya jadi seneng sendiri. Ternyata bikinnya nggak ribet dan lumayan cepet! Dan yang paling surprise, cuma butuh satu lembar kertas origami saja! Membuat satu buah pita ini hanya memakan waktu 3 menit!

Heart Shaped Bookmark Origami

Yang satu ini saya lihat cara bikinnya dari Youtube. Awalnya saya pikir ini pasti gampang. Dan seperti pita di atas, saya juga sempat pikir ini terbuat dari dua lembar kertas. Ternyata dugaan saya dua-duanya salah. Step by step lipatannya lumayan tricky dan harus teliti. Dan ternyata juga hanya memakai satu lembar kertas saja. But once you get it, you get it! Pada akhirnya gampang juga sih, cuma awal-awalnya aja harus agak sedikit struggle. :D

Heart Shaped Box Origami

Yang satu in favorit saya. Begitu lihat bentuk jadinya, saya langsung bertekad untuk bisa membuatnya. Bentuk jadinya simpel banget, tapi ternyata bikinnya pabaliut. Saya sempat hampir nyerah di satu titik, tapi saya keukeuh pengen bikin sampai selesai. Akhirnya berhasil juga, walaupun hasilnya nggak serapih yang dicontohin di videonya. -_-

Box Bertingkat Origami

Box ini hampir saya tinggalin, nggak mau bikin pas liat hasil akhirnya yang ribet banget. Ini pasti susah banget bikinnya. Tapi saya jatuh cinta lihat tumpukan warna-warninya. Akhirnya waktu anak-anak udah tidur, saya coba juga bikin. Ternyata nggak susah! Hanya pas assembling (menyusun) beberapa kotaknya yang agak ribet. Weh, untung nyobain. Hihihihi.... Ini videonya.

Rose in A Cube Origami

Yang satu benar-benar menipu saya. In fact, pas saya bikin inilah saya dapat "pencerahan" yang mau saya ceritain nanti. Saya nggak langsung buat dulu origami yang satu, karena saya pengen liat dulu videonya. Kalau ribet, saya tinggalin. Ternyata gampang keliatannya. Akhirnya saya cobain sendiri, dan berhasil! :D

Soccer Ball Origami

 Dan yang ini adalah yang paling bikin saya jungkir balik pas assembling bagian-bagian kecilnya. Saat lihat bentuknya yang sederhana banget (cuma bola doang) saya nggak nyangka kalau membuatnya akan makan waktu sampai 2 hari! Saya terpaksa menyelesaikannya karena anak saya udah keburu lihat dan pengen maenin. Good thing I didn't give up. I did it anyway, walaupun yah, pake selotip sana-sini. Wkwkwkwk... Ini videonya.

Jadi, setelah membuat beberapa origami tadi, saya mikir, "Ih, ternyata yang keliatannya gampang, belum tentu gampang buatnya. Dan yang keliatannya ribet, ternyata nggak sesusah yang dibayangkan." Saya jadi sebel sama diri saya sendiri. Kenapa? Karena sering banget saya menilai lebih dahulu sesuatu yang baru keliatan sebatas mata aja. Padahal yang saya lihat belum tentu proses penciptaannya semudah kelihatannya. Dan kalau saya terkagum-kagum dengan sesuatu, saya cenderung suka mikir pasti bikinnya susah dan harganya mahal. Padahal yang kelihatannya mahal dan glamor bling bling itu, bisa jadi buatan massal dan harganya kodian. -_-

Heuheuheu,saya juga jadi inget, kadang saat membaca tulisan-tulisan sederhana di blog orang, saya suka (tanpa sadar) menilai kalau menulis tulisan seperti itu. "Saya juga bisa!" kata saya dalam hati tanpa mencobanya terlebih dahulu. Kemarin saya baru coba sebuah tantangan prompt dari G. Beberapa teman juga membuat cerita dari prompt itu dan hasilnya bagus-bagus. Saya harus coba sendiri menulis satu cerpen dari prompt yang sama utuk dapat sebuah kesimpulan lain: Satu bahan di tangan orang yang berbeda akan menghasilkan sesuatu yang berbeda juga dalam hal kualitas.

Satu lagi yang saya dapatkan setelah main-main origami ini: Apa pun hasilnya, saya harus bisa menghargai prosesnya. Karena hasil akhir dari sebuah penciptaan karya sangat tergantung kepada tingkat ilmu yang dimiliki, dan perjuangan dalam menyelesaikannya. Jadi sebelum saya berani menilai/menghakimi sesuatu, saya memilih untuk meneliti dulu dan memahami luar dalam, seperti apa proses yang sudah dilalui oleh si pencipta karya. Karena kalau pun pada akhirnya saya menemukan kekurangan, kritik yang saya lempar akan fair untuknya. Saya tidak membabibuta menunjuk kelemahan di sana-sini, tanpa saya tahu latar belakang pengetahuan dan pengalaman serta perjuangannya. Sebab kalau hal itu saya kembalikan ke diri saya sendiri, akan terasa sakit bagi saya.

Demikian cerita dari pat pat melipat origami tadi. Wkwkwkwkwk....