Judul Buku : Labirin Rasa
Penulis : Eka Situmorang-Sir
Penyunting: Faisal Adhimas
Halaman : 394
Penerbit : Wahyu Media
Congratulation Eka for your new novel, Labirin Rasa! ^_^ |
Blurb
Siapa bilang rasa tak dapat bertualang? Aku melakukannya. Melakukan petualangan di labirin rasa. Ya, untuk 'merasakan' hati dari Pangeran Fajar-ku. Aku berharap Pangeran Fajar-ku akan datang seperti fajar. Menyinari hidupku dengan banyak hal tak terduga. Menumbuhkan jiwaku dan melepaskan dahagaku yang haus akan rasa. Rasa cinta.
Di atas bukit, aku yakin rasa ini memilih dia sebagai Pangeran Fajar-ku. Rasa luar biasa cinta yang terhujam hingga ke hatiku yang terdalam. Tapi apa, ternyata dia yang menghujam rasa luar biasa sakit juga di hatiku. Aku jadi ragu, apakah benar ia Pangeran Fajar-ku?
Terbesit pesan Eyang Kakung di pikiranku. "Kayla, cinta itu membahagiakan. Namun, jika ia sudah mulai jadi beban, lepaskan jika harus melepaskan. Beri waktu. Beri ruang untuk cinta dapat bertumbuh alami hingga ia bisa mengambil keputusan. Karena cinta tak boleh dipaksakan. Ia hinggap bebas di hati setiap orang tanpa bisa diatur."
Baiklah. Ini saatnya aku harus melepas rasa. Namun, apa aku dapat menemukan Pangeran Fajar-ku sesungguhnya? Hanya labirin rasa ini yang mampu menuntunku kepadanya.
Review
Labirin Rasa adalah novel Eka Situmorang-Sir yang
saya kenal akrab di dunia maya. Sedikit banyak saya tahu sosok Eka dari
kicauannya di Twitter dan update statusnya di Facebook. Saat membaca Labirin
Rasa, di beberapa halaman pertama saya tidak bisa menguasai diri saya
untuk tidak menganggap bahwa sosok Kayla (si tokoh utama) terinspirasi karakter Eka. Tapi itu tidak lantas membuat saya langsung
menghakimi kalau novel ini bercerita tentang kehidupan pribadi Eka. Saya tetap
meneruskan membaca novel ini sampai selesai, dan surprise ... novel yang cukup
tebal ini berhasil saya selesaikan dalam waktu 3 hari! Sudah lama saya gagal menyelesaikan membaca novel yang
ketebalannya lebih dari 200 halaman. Saya harus angkat jempol untuk Eka karena
berhasil menghipnotis saya hingga akhir cerita. Ini bukan perkara mudah untuk
seorang penulis, apalagi ini adalah karya perdananya.
Premis Labirin Rasa ini sederhana: seorang perempuan
muda yang berusaha menemukan pangerannya melalui perjalanan ke berbagai tempat
dan menemukan orang-orang yang mengantarnya bertemu dengan
sang pangeran. Klise romantisme yang tidak pernah membosankan untuk
penggemar kisah romance seperti saya.
Karakter Kayla dalam cerita ini sangat menarik. Dia begitu
hidup dalam rangkaian kata Eka. Saya suka caranya menghadapi masalah dengan
tidak cengeng dan perjuangan tanpa lelahnya untuk mencari cinta. Hanya di
beberapa bagian, saya merasa karakter Kayla agak goyang. Misalnya saat Kayla
sinis dengan Instagram dan Path, tapi ternyata dia tidak lupa untuk update Four
Square miliknya. Selain itu proses metamorfosis Kayla yang “brangasan” menjadi
kupu-kupu cantik juga kurang digarap dengan lebih detil selain dengan beberapa
kalimat pengantar tentang akhirnya dia jadi rajin merawat diri dan nge-gym
sehingga dia menjadi cantik. Sebagai seorang perempuan, pengen juga lihat
perjuangan Kayla mempercantik diri, apalagi awalnya sosoknya digambarkan preman
banget. Hihihihi ... Ruben dan Patar, dua laki-laki dalam hidup Kayla, cukup
membayang di mata saya. Tapi sosok Ruben buat saya lebih kuat ketimbang Patar.
Wajar aja, mungkin karena Ruben udah nongol dalam cerita sejak awal, sedangkan
Patar baru muncul di pertengahan menuju akhir.
Setting cerita yang mengambil tempat di banyak kota sukses
bikin saya sirik berat sama keberuntungan Kayla. Pengen juga bisa lari dari
satu kota ke kota kota lain untuk menenangkan hati, dan ketemu sama orang-orang
yang mau bayarin saya hotel dan jalan-jalan ke Lombok. Saking banyaknya
kota yang diceritakan, saya sampai merasa sangat padat informasi tentang banyak
tempat setelah membacanya. Seandainya setting tempat lebih sedikit mungkin Eka
lebih leluasa dan smooth menggarap keindahan setting tersebut dan memasukkannya ke dalam
cerita. Tapi saya tetap menjura dengan keberanian Eka membuat
tokoh yang fearless seperti Kayla dan membawanya ke banyak tempat.
Alur cerita Labirin Rasa ini maju dengan pace yang lumayan
cepat dan energik, sehingga mungkin itu yang membuat saya tak bisa lama-lama
meninggalkannya. Karena halaman berikutnya mungkin sudah lain lagi ceritanya.
Dialog-dialognya segar, khas Eka yang saya kenal. Beberapa bagian membuat saya
ngakak-ngakak sendiri. Sense of humor Eka tergambar melalui dialog yang
dibangunnya. Fresh kayak orange juice!
Kalau digambarkan lewat grafik, ceritanya sendiri sudah
menanjak tajam sejak bab-bab awal, dan terus menanjak hingga hampir ¾ bagian.
Mungkin karena begitu banyak tempat dan kejadian yang terjadi sehingga banyak
sekali kejutan dalam cerita ini. Saya merasa agak sedikit overwhelmed karena
begitu “padatnya” kejadian dan tempat yang diceritakan, but somehow I enjoyed
it. Eka tahu kelebihannya, sehingga walau begitu banyak
yang ingin diceritakannya, dia menceritakannya dengan ringan dan enjoyable.
Kekurangan yang paling mengganggu sebenarnya adalah typo yang
bertaburan dan justru makin parah di bagian-bagian akhir. Sayang sekali memang.
Sebab saya sempat mengatakan pada Eka kalau typo itu takdir, saat saya baru
membaca 20 halaman pertama. Tapi kalau sampai akhir typo masih juga ada,
mungkin ini bukan takdir lagi. Hiks. Semoga ada kesempatan bagi Eka untuk
memperbaikinya, melalui cetak ulang mungkin? Aamiin!
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Book Review Labirin Rasa. Jumlah kata (diluar blurb) 6o4 words, semoga masih tolerable. :D
yes bener banget, kelebihan utamanya memang dikecepatan alurnya itu, ga terasa sudah abis aja dibacanya :D Jempol deh buat Eka. Sakseus selalu.
BalasHapusyup, bener banget...kalau nulis buku tebel, alur cepet udah paling bener deh, daripada keburu ditinggal tidur...eka kerenlah..:)
HapusSaya belum baca novelnya, semoga menang ya mba, lombanya :)
BalasHapusseru lho ceritanya...
Hapusmakasih yaa...:)
Wah3x reviewnya okpu nih, gimana bunda gak minder, lha wong bunda ini paling gak bisa bikin review, tapi untuk Eka yang ketawanya renyah itu, bunda harus ikutan ah, ni lagi baca bukunya, lom selesai. Btw, boleh donk sekalian ngucapin selamat disini ya untuk Jawara Satu #10daysforASEAN.
BalasHapusah bunda Yati yg okpu, ngereview buku tulis aja kesan2 kita setelah baca bukunya..apa yg disuka dan tidak....kalau aku sih begitu, gk mau susah2...hihihihi
Hapusmakasih ya bundaa..alhamdulillaah, rejeki...:D
Wow, review yang apik dari seorang novelist dan blogger keren! Saya baru menamatkan novelnya, Mak, belum bikin reviewnya, semoga sempat. :)
BalasHapusSukses ya, Mak cantik!
ayo mak Alaika, bikin reviewnya...
Hapuskalau aku sih suka sama ceritanya...
sukses ya mak..:)