ABOUT ME

Kamis, 31 Oktober 2013

Review Buku Anakku Sehat Tanpa Dokter


Safina dan buku Anakku Sehat Tanpa Dokter

Judul: Anakku Sehat Tanpa Dokter
Penulis: Sugi Hartati, S. Psi
Editor: Herlina P. Dewi
Penerbit: Stiletto Book
Tebal: 192 halaman

Saat buku ini sampai di tangan saya dari Stiletto, hal pertama yang saya cek adalah latar belakang pendidikan dan profesi penulis. Dengan judul yang lumayan bikin telinga tegak, saya perlu tahu apakah si penulis datang dari lingkungan medis atau bukan? Ternyata Sugi Hartati bukanlah seorang dokter. Beliau seorang sarjana psikologi yang juga seorang ibu dengan 3 orang anak. Lalu bagaimana seorang ibu bisa menulis buku "petunjuk" kesehatan untuk anak? Tanpa dokter pula? Saya pun mulai membuka halaman demi halaman buku ini dan membacanya.


Buku ini bukan buku yang memprovokasi orang tua untuk anti dokter, tenang saja. Hahaha! Ternyata isinya lebih ke sharing pengalaman beberapa orang tua dalam menghadapi anak ketika sakit. Dan di bagian depan buku pun sudah tercantum disclaimer kalau buku ini tidak serta merta bisa dijadikan acuan medis. Dan informasi pengobatan yang tertulis pun hanya terbatas pada penyakit yang umumnya diderita anak, khususnya balita. 

Tapi untuk sebuah buku yang berisi sharing pengalaman, boleh dibilang buku ini cukup padat. Saya menemukan banyak hal terkait dengan kesehatan anak, dan itu tidak semata hanya seputar terapi atau ramuan tradisional. Ada nilai edukasi yang bisa didapat oleh para orang tua yang membaca buku ini. Yang paling membuka mata saya adalah di Bab Berpikir Cerdas. Dikatakan kalau paradigma yang membudaya di masyarakat kita adalah kalau sakit harus minum obat. Padahal di luar negeri, penggunaan obat sangat dibatasi dan diawasi dengan ketat, terutama untuk pasien anak-anak. Saat anak menunjukkan gelaja flu dengan demam masih di bawah 40 derajat Celcius, biasanya kita langsung memberinya paracetamol. Seolah-olah paracetamol menjadi obat wajib yang harus ada dalam kotak P3K kita. Padahal sebenarnya, demam di bawah 40 derajat masih bisa ditanggulangi tanpa paracetamol. Itu hanya contoh kasus saja. Masih banyak contoh kasus medis yang berangkat dari paradigma ini. 

Buku ini mengajarkan kita untuk menjadi orang tua yang lebih cerdas. Melihat penyakit anak secara menyeluruh, menganalisanya jauh ke belakang untuk mencari penyebab, dan mencari solusi yang tepat dan cepat, tanpa langsung memberinya obat-obatan atau ke dokter. Karena untuk beberapa anak, penyakit yang umum terjadi biasanya bisa sembuh hanya dengan cara menunggu, seperti diare yang diakibatkan oleh salah makan. Yang perlu kita mengerti adalah: sebagian besar penyakit berasal dari makanan yang kita konsumsi. Sehingga, untuk bisa hidup sehat dan "jauh" dari dokter sebenarnya harus dimulai dari gaya hidup sehat dan makanan rumah yang juga sehat. 

Di buku ini kita juga diajarkan beberapa teknik akupresur, mengenal gejala penyakit pada anak, food theraphy dan juga contoh menu penunjang kesehatan. Pokoknya komplit! Buku ini jadi pegangan saya sekarang kalau anak sudah menunjukkan gejala sakit yang umumnya menyerang mereka. Jadi saya tidak perlu panik dulu untuk buru-buru ke dokter dan kasih anak obat dulu, kalau mereka sakit perut atau temperatur badan agak hangat. Yang jelas, buku ini mengajarkan saya, kalau mencegah itu lebih baik dari pada mengobati. Terima kasih, Stiletto! ^_^

14 komentar:

  1. jadipenasaran, apalagi anak saya sudah langganan dokter nih ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba dibaca deh mabk...lumayan membuka wawasan kita... :)

      Hapus
  2. buku seperti ini memberi wawasan baru para ortu agar bisa mengambil tindakan tepat ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbak, selama kondisinya bukan emergency buku ini bisa digunakan..:)

      Hapus
  3. Aku belum baca nih bukunya. Jadi penasaran soal yang demam di bawah 40 dercel itu belum perlu parcet, karena anaknya temanku belum sampai segitu sudah kejang kalau tidak ditangani. Mungkin beda anak beda kondisi ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau udah ada kejang, udah gak bisa dikategorikan kondisi sakit yg umum kayanya mbak, ya harus ke dokter.. :)

      Hapus
  4. Terimakasih mbak atas reviewnya. Semoga memberikan manfaat buat pembacanya. Good luck

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mbak Sugi, wah penulisnya langsung komen euy...
      bukunya bermanfaat lho..:)

      Hapus
  5. Bagus reviewnya mbak.. jadi anak itu jangan sering2 ke dokter yaa, biar sistem imunnya dulu yang bkerja..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mas irwan...kira2 begitulah...:)
      terima kasih yaa..

      Hapus
  6. harus lebih rasional ya mbak, kalau belum apa2 langsung ke dokter nanti malah dikasih AB

    BalasHapus
  7. mak..kenapa aku pokusnya ngeliat yang bawa buku itu ya..
    menggemaskan bangeud sih *njiwel pipinya
    *dari tadi lagi copas pose nya safina tapi ga mirip 2 :p

    BalasHapus
  8. Kalo anak sakit, rewelnya itu yang ga nahan :p
    Akhirnya dokter dan AB obat rewelnya....hiks

    BalasHapus
  9. Layak dikoleksi dan dibaca bukunya..trims mbak infonya...salam blogger!

    BalasHapus