Assalamu'alaikum.
Dulu waktu kecil (malah sampe se"gede" gini) saya takut banget mendebat mama sama papa saya. Maklum, produk era masa jadul, berdebat sama orang tua itu bisa kena kutukan "anak durhaka". Eeeghh, seureum. Mana kalo dikasih pertanyaan, seringnya juga pertanyaan jebakan yang mendingan gak usah dijawab deh kalo mau aman. Kayak misalnya pas pulang kemaleman dari rumah temen trus disambut di depan rumah dengan pertanyaan, "Seneng, ya?" Waduh, jangan dijawaaabb! Jebakan betmen ituh! Dijawab enak, pasti dikira ngelawan. Dijawab gak enak juga, pasti diceramahin, "Kok gak mikir? Gak enak kenapa mau lama-lama di sana?" Eaaa!
Yang kiri akoh, yang kanan anakkoh. :D |
Mungkin karena sering disuguhin pertanyaan model jebakan gitu, saya juga tumbuh jadi anak yang cari aman dengan diam aja. Daripada ngejawab salah semua. Kalo salah semua, nilai bisa dapet nol. #lukateujian. Pokoknya diem udah paling aman, dah! Hihihihi.
Itu baru urusan menjawab pertanyaan. Belum kalau lagi punya pertanyaan yang bikin penasaran banget, tapi bingung gimana cara nanyanya. Biasanya ini seputar masalah hubungan sama temen lawan jenis atau seputar masalah seks yang notabene dulu rasanya tabuuuu banget mau nanya ke orang tua. Akibatnya jelek emang, jadi cari-cari tau sendiri sama temen yang udah jelas-jelas sama-sama begonya. Hahahaha.
Gara-gara tumbuh dalam kondisi seperti itu, pas berumahtangga, saya dan suami sepakat, kita mau bikin keluarga yang demokratis lengkap dengan pemanis yang eksotis. Pokoknya anak-anak bebas mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan apa pun kepada kami orang tuanya. Anak-anak harus merasa nyaman dan aman dalam mengeluarkan pendapatnya. Nggak ada pertanyaan-pertanyaan jebakan, deh. Kita pengen jadi keluarga yang to the point, demokratis, PD, cetar, membahana, jebret. Ya gitu deh, pokoknya.
Dasar kurang trampil, ada aja kejadian dodol akibat saya yang gak siap menjawab atau ditanya sama anak-anak. Soalnya anak jaman sekarang pertanyaan dan pendapatnya suka anti mainstream ternyata! Huaaa! Apalagi sama si Safina yang bawel banget. Fadhil waktu kecil pun juga banyak nanya yang aneh-aneh, tapi karena sekarang udah rada abege, agak kaleman. Kalau si Nana ... eeaa, mamaaa! Ada aja percakapan dudul sama ni anak tiap hari. Kadang bikin "nginyem" gara-gara gak bisa nemuin jawaban jitu. Akhirnya milih makan pete aja, deh. #doyan
Safina ini kemampuan diplomasinya bisa dibilang lumayan menonjol sejak bisa bicara. Otaknya jalan kalau udah punya mau. Waktu umur 4 tahun pernah dia pengen maen henpon saya. Saya nggak kasih. Dia mulai bergerilya.
"You're my best friend forever, Mom." Duh, meleleh dengernya. "You're my best friend forever too, Nana," kata saya. "Can I play with your phone?" Yeee, ada maunya. "Nope!" kata saya lagi. "But you said I'm your best friend!" Langsung jadi drama queen, deh. Heuuu ....
Kadang saking beraninya berpendapat, suka kebablasan juga si Nana.
"You look pretty, Mom."
"Thank you!" Langsung ngaca, benerin gincu.
"Like a baby werewolf," kata si Nana lagi.
Ggggrraauuummmm!
Yang paling sering bikin si Nana kesel adalah kalau ada yang manggil dia "baby". Dari umur 3 tahun udah gak mau dipanggil "baby" dan dibilang "anak kecil". Sok tuaaa bener ni bocah. Udah sok tua, lebay pula.
"I'm not a baby! Don't call me baby!"
"I know. I call you baby, because I wanna show you how much I love you," kata saya. Semacam mendengar lirik lagu apa gitu, yak? Hahahaha.
"You mean, you only love me when I was a baby?"
See, betapa oh betapanya anak ini. -_-
Selain kemampuan berdiplomasi dan drama queen-nya, Nana juga punya kelebihan lain dalam berkomunikasi dengan kami di rumah; kreatifitas tinggi. Kayak waktu dia lagi kesel sama abangnya, dia langsung punya ide, "Mom, let's buy the new brother!" Dikata teh kotak abangnya, bisa beli di minimarket. Atau waktu lagi main pura-pura pesen pizza lewat telpon, dia nanya, "Mom, do you want pizza or pizza delivery guy?" He? Nawarin abang pizzanya ke mama gitu? Eaaak!
Dan daya khayalnya tinggiiii tinggi sekali.
"Mom, I saw a talking horse!"
"Where?"
"In my grandma's house in Ireland."
Ahseek, mendadak jadi keluarga bule gini kitah. Neneknya orang Irlandia. Hahaha!
Yang suka baca status obrolan saya sama Nana, biasanya yang saya share di status itu sepenggal-sepenggal aja, karena biasanya percakapan bisa jadi panjaang dan penuh dialog dan penjelasan. Dari awal emang pengennya anak-anak leluasa mengeluarkan pendapat terutama sama orang tua sendiri. Biar gitu, tetap harus diarahkan, dan mengarahkan anak dengan pikiran kreatif dan imajinatif ternyata menantang juga. #lapjidat
Saya gak nyangka juga, ngasih kebebasan berpendapat ke anak ternyata bisa membawanya ke banyak arah yang gak semuanya positif. Iya, anak jadi berani, tapi harus tau batas dan sopan-santun. Iya anak jadi kreatif, tapi jangan sampe licik/tricky. Iya anak jadi trampil berkomunikasi, tapi jangan sampe jadi orang yang doyan debat gak mau ngalah. Jadi sekarang, tugas berat saya dan suami, mengawal anak-anak ini supaya fleksibel dan tau tempat. Bebas berpendapat, bukan berarti gak liat-liat tempat dan lingkungan. Alhamdulillaah, anak-anak saya ini, di rumah beranian, tapi kalau di luar pemalu banget. Jadi agak ringan mengawasinya. Intinya mah, membesarkan anak yang demokratis justru butuh ekstra usaha dari kita orang tuanya. Karena kebebasan bisa dibawa ke arah mana aja, bahaya kalau sampai salah arah.
Baru minggu lalu si Nana nanya ke saya, "Mom, where's your husband?" Bikin keseleg dengernya. Semacam mau nanya balik, "Ada urusan apa ya cari-cari suami saya?" Hahaha. Akhirnya harus saya jelasin, nanyanya jangan "your husband" atuhlah, neng. Dan penjelasan jadi panjang, karena dia ngotot, papanya itu kan suami mama. Ekstra usaha, kan jadinya supaya dia paham juga, kalo di adat timur, agak aneh aja nyariin bapak sendiri dengan sebutan suami ibunya. *pabaliut* Dan Fadhil juga pernah protes keras sama saya (yang dulu waktu saya kecil pengen banget protes ke orang tua saya tapi gak berani), "Denger dulu dong Fadhil mau bilang apa, baru marah-marah. Mamanya langsung marah-marah aja." Huaaaa, rasanya ngejedag. Tapi saya seneng digituin, karena langsung ketampol dan kapok jadinya kalau mau ngomel-ngomel tanpa alasan. :D
Eniwei, mau nyebelin, mau nyesek, mau bikin mumet, gak sedetik pun saya mau kehilangan moment sama anak-anak cumil ini. I'm gonna miss this moment soon. They grow up so fast. And before I know it, they'll have their own life. :') *cari uban di kepala*
Safina ini kemampuan diplomasinya bisa dibilang lumayan menonjol sejak bisa bicara. Otaknya jalan kalau udah punya mau. Waktu umur 4 tahun pernah dia pengen maen henpon saya. Saya nggak kasih. Dia mulai bergerilya.
"You're my best friend forever, Mom." Duh, meleleh dengernya. "You're my best friend forever too, Nana," kata saya. "Can I play with your phone?" Yeee, ada maunya. "Nope!" kata saya lagi. "But you said I'm your best friend!" Langsung jadi drama queen, deh. Heuuu ....
Kadang saking beraninya berpendapat, suka kebablasan juga si Nana.
"You look pretty, Mom."
"Thank you!" Langsung ngaca, benerin gincu.
"Like a baby werewolf," kata si Nana lagi.
Ggggrraauuummmm!
Yang paling sering bikin si Nana kesel adalah kalau ada yang manggil dia "baby". Dari umur 3 tahun udah gak mau dipanggil "baby" dan dibilang "anak kecil". Sok tuaaa bener ni bocah. Udah sok tua, lebay pula.
"I'm not a baby! Don't call me baby!"
"I know. I call you baby, because I wanna show you how much I love you," kata saya. Semacam mendengar lirik lagu apa gitu, yak? Hahahaha.
"You mean, you only love me when I was a baby?"
See, betapa oh betapanya anak ini. -_-
Selain kemampuan berdiplomasi dan drama queen-nya, Nana juga punya kelebihan lain dalam berkomunikasi dengan kami di rumah; kreatifitas tinggi. Kayak waktu dia lagi kesel sama abangnya, dia langsung punya ide, "Mom, let's buy the new brother!" Dikata teh kotak abangnya, bisa beli di minimarket. Atau waktu lagi main pura-pura pesen pizza lewat telpon, dia nanya, "Mom, do you want pizza or pizza delivery guy?" He? Nawarin abang pizzanya ke mama gitu? Eaaak!
Dan daya khayalnya tinggiiii tinggi sekali.
"Mom, I saw a talking horse!"
"Where?"
"In my grandma's house in Ireland."
Ahseek, mendadak jadi keluarga bule gini kitah. Neneknya orang Irlandia. Hahaha!
Yang suka baca status obrolan saya sama Nana, biasanya yang saya share di status itu sepenggal-sepenggal aja, karena biasanya percakapan bisa jadi panjaang dan penuh dialog dan penjelasan. Dari awal emang pengennya anak-anak leluasa mengeluarkan pendapat terutama sama orang tua sendiri. Biar gitu, tetap harus diarahkan, dan mengarahkan anak dengan pikiran kreatif dan imajinatif ternyata menantang juga. #lapjidat
Saya gak nyangka juga, ngasih kebebasan berpendapat ke anak ternyata bisa membawanya ke banyak arah yang gak semuanya positif. Iya, anak jadi berani, tapi harus tau batas dan sopan-santun. Iya anak jadi kreatif, tapi jangan sampe licik/tricky. Iya anak jadi trampil berkomunikasi, tapi jangan sampe jadi orang yang doyan debat gak mau ngalah. Jadi sekarang, tugas berat saya dan suami, mengawal anak-anak ini supaya fleksibel dan tau tempat. Bebas berpendapat, bukan berarti gak liat-liat tempat dan lingkungan. Alhamdulillaah, anak-anak saya ini, di rumah beranian, tapi kalau di luar pemalu banget. Jadi agak ringan mengawasinya. Intinya mah, membesarkan anak yang demokratis justru butuh ekstra usaha dari kita orang tuanya. Karena kebebasan bisa dibawa ke arah mana aja, bahaya kalau sampai salah arah.
Baru minggu lalu si Nana nanya ke saya, "Mom, where's your husband?" Bikin keseleg dengernya. Semacam mau nanya balik, "Ada urusan apa ya cari-cari suami saya?" Hahaha. Akhirnya harus saya jelasin, nanyanya jangan "your husband" atuhlah, neng. Dan penjelasan jadi panjang, karena dia ngotot, papanya itu kan suami mama. Ekstra usaha, kan jadinya supaya dia paham juga, kalo di adat timur, agak aneh aja nyariin bapak sendiri dengan sebutan suami ibunya. *pabaliut* Dan Fadhil juga pernah protes keras sama saya (yang dulu waktu saya kecil pengen banget protes ke orang tua saya tapi gak berani), "Denger dulu dong Fadhil mau bilang apa, baru marah-marah. Mamanya langsung marah-marah aja." Huaaaa, rasanya ngejedag. Tapi saya seneng digituin, karena langsung ketampol dan kapok jadinya kalau mau ngomel-ngomel tanpa alasan. :D
Eniwei, mau nyebelin, mau nyesek, mau bikin mumet, gak sedetik pun saya mau kehilangan moment sama anak-anak cumil ini. I'm gonna miss this moment soon. They grow up so fast. And before I know it, they'll have their own life. :') *cari uban di kepala*
Huehehehe, emang enak punya anak kritis. Jadi polisi kita tuh.
BalasHapusGue dulu juga sama, jarang protes kalau nggak mau duit jajan berkurang :))))
Anak gue Taruli sekarang tiap protes atau marah, pasti kirim surat :D
btw, Nana itu memang bikin takjud ya. Sama kayak emaknya :)
Waah, englishnya nana keren euy... Saya saja masih blepotan hehe..
BalasHapusMemang bahasa sehari-hari in english ya mbak?
Btw, betul mbak.. Bebas tapi jangan kebablasan... Ada hal-hal yang tetap menjadi rambu yakni syariat. Salam kenal mbak :)
Anak saya juga jago kandang. Di luar rumah tuh kalem, gak pecicilan kayak di rumah.
BalasHapusNana, mau beli kakak model gimana?" hihiii
Lucu banget putrimu ya Mak ;)
Cerdas dan lucu sekali anaknya :) Beruntung, aku gak pernah merasa "harus cari aman" sama ortu. Mereka sih selalu terbuka kalau aku kasih pendapat, dll. Makanya kalau ada apa-apa aku tetep lebih nyaman cerita sama mereka daripada sama temen, hihihi :)
BalasHapusSuka dengan daya khayal Nana, jadi pengen belajar ngayal sama Nana neh.
BalasHapusJuga belajar sama emaknya gimana caranya agar anak cap cus getu ngomong inggrinya ya
Hebat anaknya pinter bhsa inggris ya ma :)
BalasHapusSalam blogger dari sugihfenny.blogspot.com :)
Nana lucuuu yaaa :)
BalasHapusAnak sekarang pinter-pinter dan kritis ya mak. Gak kayak kita jaman dahulu.
BalasHapusAnak saya juga banyak nanya, macam seorang HRD aja....
BalasHapusNanaaa.. oh Nanaaa.. betapa oh betapanya kamu, Na.
BalasHapus*culik niiiih :v
hehehehe...toss duluuu ah...Bo ama obi juga 11-12 deeeh....kalau di rumah, aku dengan udi bener-bener jadi kayak ada satpamnya, karena kalau salah ngomong sedikit bakal ditiru ama anak-anak...And they do have their own free mind! Siap-siap liat-liatan dan come up with answers, sambil nahan ketawa most of the time :). Belum lagi menyeimbangkan budaya di rumah dan di luar...haaah...semangaaat deh pokoknya mak...
BalasHapusSaya sering baca obrolan mak Win dg Nana yg ditulis di facebook. Ngakaknya kadang lama berhenti, hehehe. Tapi jadi mikir lagi, ntar kalau saya punya anak gimana ya... #ikut ngunyah pete..
BalasHapusAduuh... anaknya udah pinter bahasa inggris. imut lagi :D
BalasHapusnana emang keren deh, udah pinter, pinter ngerayu hehehe pasti bangga deh ortunya :)
BalasHapusAih... emak gaoel anaknya pada gaoel juga. HIhi, namanya juga mengasuh anak ya, belibet banget. Pengennya narahin begini, dampaknya begitu. Semoga tetap berada di positif yah... :)
BalasHapusmemberikan kebebasan pada anak emang penting, tapi butung kontrol dan pengawasan dari orang tua. Membiarkan anak bebas berkreasi dan bermain akan membantu tumbung kembangnya maksimal. Meski saya belum merasakan jadi ibu, saya bisa ngomong begini karena sering nulis di web khusus seputar anak dan ibu, :)
BalasHapus