Assalamu'alaikum.
Setelah sharing tentang raising bilingual kid di sini dan sini, banyak teman yang nanya-nanya seputar gimana sih ngajarin anak bilingual di rumah? Apa orang tuanya harus jago banget ngomong bahasa asing? Apa semua anak bakalan bisa dapat hasil yang serupa?
Baeklah, mari kita kupas dari kecemete emak-emak yang sudah menjalankan program bilingual di rumah selama hampir 10 tahun terakhir ini. Sebelum ada yang nyinyir ini anu itu ono segala rupa, tentu saja ini cuma sharing pengalaman aja. Bukan terus ini bisa jadi bahan acuan, apalagi pegangan kayak artikel-artikel parenting dari pakar tumbuh kembang anak, yaa. Walaupun saya menjalankan program bilingual di rumah juga hasil dari kepo baca banyak artikel parenting. Tapi aplikasinya menyesuaikan sama kondisi dan kemampuan saya dan anak.
First of all, ini yang paling penting sebelum set-up bilingual environment untuk anak di rumah: tujuannya apa? Saya pribadi, punya beberapa goal dengan menjalankan program bilingual di rumah. Pertama, memudahkan komunikasi anak-anak saya yang tinggal di Indonesia dengan para sepupunya yang sebagian besar tinggal di luar negeri. Kasihan, kalau udah gede-gede nanti, harusnya bisa seru-seruan bareng, tapi terkendala bahasa. Kedua, dengan memilih bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di rumah, saya berharap anak-anak kelak mendapat beberapa kemudahan dalam mengakses pendidikan yang tidak terbatas lokasi dan bahasa. Mereka akan punya lebih banyak pilihan nantinya. Sebab gak sedikit saya dengar, "Pengen kuliah di luar negeri, tapi bahasa Inggrisku jeblok." Duh, sayang banget. Padahal, kalau dibiasakan berbahasa Inggris sejak kecil, halangan bahasa bisa dilewati, jadi bisa fokus ke masalah lain. Biaya misalnya. Wkwkwkwk. Gue banget. Yang penting niat, biar pun budgetnya belum ada juga. :')
Terus hal penting lainnya adalah: jangan berharap hasil instan. Nggak ada yang namanya anak langsung bisa cas cis cus (baik itu pakai bahasa ibu atau bahasa asing). Semua berproses dan hasilnya tergantung disiplin dan konsistensi. Jadi, kalau ngobrol cuma sekali seminggu pakai bahasa Inggris dan sisanya pakai bahasa Indonesia, ya pasti bahasa Indonesianya lebih bagus. Begitu juga kebalikannya.
Yang ketiga, mulailah sejak dini. Nah, ini kadang masih ada pro-kontra di kalangan orang tua dan pakar. Katanya, kalau masih kecil jangan bilingual dulu, sebaiknya bahasa ibu dikuasai dulu supaya nanti gak bingung anaknya. Saya mau jelasin panjang-panjang juga gak PD kaena bukan pakar anak. Tapi yang terjadi sama anak-anak saya alhamdulillah, nggak ngalamin yang namanya delay speech atau terlambat bicara. Padahal memakai dua bahasa di rumah kami lakukan sejak mereka lahir. Memang ada beberapa masalah kecil, seperti kosa kata yang lebih terbatas dibanding anak-anak seusia mereka, tapi bisa diakalin dengan cara lain, kok.
Ngomong soal aplikasi bilingual ke anak bayi, jangan ngebayangin kayak apaan ya bahasa asing (Inggris) yang saya pakai ke mereka. Waduh, saya juga gak jago-jago amat ngemeng wasweswos. Bukan apa-apa, mulut suka pegel. Btw, sebelum lebih jauh bahas ini, saya mau garis bawahi satu hal: bahasa ibu dan bahasa kedua di keluarga kami berimbang, karena kami bagi tugas. Jadi jangan nganggep kita keluarga song nginggris, trus gak cinta bahasa Indonesia, ya. Balik lagi ke tujuan awal, soalnya. Masing-masing keluarga punya tujuan berbeda dalam mendidik anak-anaknya.
Kalau bahasa Indonesia, karena kita tinggal di Bekasi, otomatis lingkungan sudah mendukung. Keluar rumah, orang-orang bicara pakai bahasa Indonesia. Ke rumah nenek/kakek, mereka juga komunikasi pakai bahasa Indonesia. Di sekolah, guru dan teman-teman pun biasanya berbahasa Indonesia. Makanya saya lebih concern untuk menumbuhkan percaya diri anak-anak dalam berbahasa Inggris.
Ini beberapa kata bahasa Inggris yang konsisten saya ucapkan ke anak-anak waktu mereka masih bayi. Mereka nggak bisa mengucapkannya, tapi saya yakin banget mereka mendengar dan mengingat. Makanya, tiap hari saya ngemeng aja sama mereka.
1. Sapaan sehari-hari: Good morning, good night, how are you, hello.
2. Ungkapan sayang dan pujian: I love you, good job, excellent.
3. Ungkapan sopan-santun: thank you, excuse me, please.
4. Ungkapan penyemangat: let's go, you can do it.
Selama hampir dua tahun, kata-kata tersebut yang selalu saya ucapkan ke anak-anak setiap hari. Komunikasi masih satu arah, soalnya mereka juga baru bisa ngomong, "Baaa ... baaa ... baaa ...," terus pup. -_-
Ngajarin nama binatang, warna dan nama-nama benda sekitar gak? Waduh, itu mah kalo inget aja. Hahahaha. Ntar-ntar aja deh. Kadang kalo lagi inget dan gak males, suka juga ngenalin beberapa nama binatang, warna dan angka. Tapi gak tiap hari.
Anak-anak saya mulai lancar bicara sekitar usia 15 bulan. Dua tahun baru lancar banget. Dan mereka langsung bisa memakai ungkapan-ungkapan di atas dengan benar, yang selama ini hanya mereka dengar lewat saya sejak bayi.
Apa hasilnya akan sama untuk semua anak? Mak, dua anak saya aja beda-beda. Si sulung sekarang lebih pasif berbahasa Inggris. Secara tulisan dia mengerti, tapi nggak terlalu minat untuk bicara bahasa asing. Dia lebih memilih komunikasi pakai bahasa Indonesia dengan kami. Nggak ada paksaan. Yang kecil, cewek, entah ngikut bawel emaknya atau emang udah bawaan orok, sejak bisa ngomong, cascescos banget pakai bahasa Inggris gak bisa berenti. -_- Si kecil ini keliatannya emang lebih verbal anaknya. Sampai pas umur baru 5 tahun, dia udah bisa ngarang cerita dalam bahasa Inggris. Sekarang hobinya, ngoceh ngasih tutorial main Minecraft. Pemahamannya dalam bahasa Indonesia gimana? Alhamdulillaah, baik-baik sajaa. Kan sekolahnya pakai bahasa Indonesia dan kalau ngomong sama bapake juga pake bahasa Indonesia. Sebisa mungkin berimbanglah.
Nggak takut nanti anaknya suka nyampur-nyampur kata kalo ngomong? Macam Agnez mo atau Cinta Laura gitu? Hehehe. FYI, mencampur dua bahasa dalam satu kalimat itu bukan gaya-gayaan, bukan trend, dan bukan keren juga. Dan itu juga bukan cuma Agnez mo dan Cinta Laura doang yang begitu. Itu adalah masalah semua anak yang tumbuh dalam lingkungan bilingual. Gimana cara ngatasinnya? Kalau saya di rumah, karena anak-anak udah mulai gede, sudah bisa koreksi kalau mereka mulai campur-campur ngomong. Biasanya penyebabnya itu ya tadi, kosa katanya yang masih kurang.
Intinya, saya lebih bersedia mendampingi dan membantu menyelesaikan "masalah-masalah" kecil mereka karena memakai dua bahasa, demi kebaikan mereka di masa depan. Ini saya ambil dari sebuah web tumbuh kembang anak:
Anak-anak yang mempelajari dua atau
lebih bahasa kemungkinan memerlukan waktu lebih lama untuk mulai bisa
bicara dan mengembangkan kemampuan bahasa yang menyeluruh. Tapi hasil
akhirnya adalah mereka mengerti kebudayaannya sendiri, meningkatkan rasa
percaya diri, rasa komunikasi yang lebih besar, dan bisa jadi mempunyai
kemampuan berpikir yang lebih kompleks (Rosenberg, 2002)
Lebih awal anak belajar kedua bahasa, lebih mudah baginya untuk mempelajari masing-masing bahasa dan mendapatkan aksen yang alami. Semakin besar usia anak, semakin sulit baginya untuk menguasai bahasa tersebut dengan lancar.
Dari pada tiba-tiba mengajarkan dan berusaha membuat anak berbicara bahasa lain, lebih baik pelan-pelan memperkenalkan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan mencampurkannya dalam aktivitas harian.
Jadi, silakan setting goal keluarga masing-masing, sesuaikan dengan cara didik masing-masing dan konsisten. Semoga bermanfaat. :D