ABOUT ME

Rabu, 30 Desember 2015

Give Away Akhir Tahun Blog Emak Gaoel

Assalamu'alaikum.

Yang masih kerja hari gini mana suaranyaaah? Kaciaaann. Saya dong, udah mules libur kelamaan. -_- Udah segala macem dikerjain dan dibuat di rumah sama bocah, ternyata libur masih lama. Heuh. Karena kamu harus tahu, kebahagiaan kecil seorang mamak stay at home macam saya ini salah satunya adalah bisa punya waktu dikiit aja pas anak-anak di sekolah. Eh, itu mah saya, ya. Gak tau emak yang laen. :p


Bulan ini beneran nggak produktif banget ngeblog. Saya sibuk sama urusan Crafting for Charity (halesyan). Alhamdulillaah, walaupun nggak serame tahun lalu, tetep ada aja yang pesan kartu ucapan buatan saya. Lumayan masih ada yang bisa disumbangkan ke Komunitas Lebah untuk kegiatan Cerdas Tanpa Batas. Selain itu, saya lagi semangat mau mulai project typography Al Qur'an mulai bulan ini. Ambisi besarnya sih, setahun ke depan bisa selesai 30 Juz. Tapi ya kita liat aja ntar, dah! Hihihihi. Kalau inget itu, bahagia. Tapi begitu liat blog lagi, balik lagi galaw. Ini blog bisa mati suri kalo kelamaan ditinggal. Apa kabar trafik harianku? Apa kabar DA? Apa kabar PA? Apa kabar Klout Score? Hiyalaaaah. Mumet amat, mak! Getok, nih!

Doain, ya. Ini project ambisisus sebenernya, tapi mudah-mudahan berhasil selesai tahun 2016. :')

Wekekekek. Alhamdulillaah, saya nggak galaw kok sebenernya sama angka-angka penilaian sistem blog dan socmed itu. Rejeki mah ada aja, nggak cuma lewat ukuran sistem begituan doang. Yang bikin galau saya sebenernya, Blog Emak Gaoel kok udah lama nggak bikin give away, ya? Bikin lagi aja? Ya, udah ayoklah!

Give away kali ini simpel aja, deh. Nggak ngerepotin temen-temen buat bikin postingan yang pake link keluar sampe 15 biji, deh. Janji! Malah, nggak usah bikin postingan aja sekalian. Cukup ninggalin komen di postingan ini. 

Eaa! Yang satu parfumnya kebalik! :)))

Hadiahnya imut, tapi nggak murahan, bener! Ada dua parfum untuk dua pemenang. Caranya cuma ninggalin komen di postingan ini, tuliskan kesan-kesan dan pesan-pesan untuk Blog Emak Gaoel, pengennya tahun 2016 nanti Blog Emak Gaoel ngapain? Curhat soal jodoh juga boleh. Terserahlah. Ditunggu sampai tanggal 3 Januari 2016, ya! Pengumuman pemenang akan diumumkan tanggal 5 Januari 2016. Sok atuhlah, curhat bebas di kolom komentar saya. *balik leyeh-leyeh lagi*

Kamis, 24 Desember 2015

Masalah Yang Muncul Saat Anak Bilingual Belajar Membaca

Assalamu'alaikum.

Di balik waw wew wow teman-teman saya melihat Safina yang cas cis cus ngomong bahasa Inggris, sesungguhnya dia sedang menghadapi tantangan di fase usianya sekarang ini.

Membaca dan memahami apa yang dibaca masih merupakan kendala buat dia baik di sekolah dan di rumah. Saya sudah paham kalau masalah ini akan datang cepat atau lambat. Ini adalah salah satu problem umum untuk anak-anak yang dibesarkan dalam dua bahasa (bilingual). Apalagi untuk anak-anak Muslim yang juga harus mengenal huruf arab. Tambah banyak bentuk simbol huruf yang harus dihafal dan dipahami pengucapannya. 


Masalahnya adalah, bicara dan membaca tentu berbeda cara untuk mempelajarinya. Membaca dan menulis mengharuskan Safina untuk tekun mengamati bentuk huruf, menghafal bunyi atau pelafalannya dan bagaimana menyambungnya menjadi kata. Belum lagi memahami arti katanya. Mumet pasti buat anak seumur dia. Dan saya adalah Mama Anti Bikin Depresi Anak, karena mama yang depresi tidak baik untuk kesehatan seluruh anggota keluarga. Hihihi. Saya nggak mau mentang-mentang Safina udah mulai terampil komunikasi dalam dua bahasa, terus membaca dan menulisnya juga harus dua bahasa sekaligus. Dan semua harus dikejar barengan. Whew! Kasian anak guwweeh. 

Masalah yang Dihadapi Safina dan Solusi Ala Emak Gaoel

1. Tertukar bunyi/lafal huruf antara pelafalan dalam bahasa Indonesia dengan Inggris. 

Misalnya, huruf A pada bahasa Indonesia dilafalkan "a", sedangkan pada bahasa Inggris dilafalkan "e". Perlu beberapa waktu untuk Safina memahami kalau bunyi satu huruf bisa berbeda dalam bahasa lain. Ini perlu latihan konstan, tapi jangan dipaksakan. Gimana caranya konstan tapi nggak maksa?
Kalau saya biasanya menyempatkan belajar pelafalan huruf bahasa Indonesia saat sedang belajar pelajaran sekolah. Jadi di pikiran dia akan berasumsi kalau yang sedang dia lafalkan adalah bunyi dalam bahasa Indonesia, karena sekolahnya selalu memakai bahasa Indonesia. Sedangkan untuk menghafal bunyi huruf dalam bahasa Inggris, biasanya saya selipkan saat membaca buku cerita atau membaca tulisan yang ada di dalam game yang sedang dimainkannya. Karena selama ini, saat di rumah dan bermain bersama saya atau tidak, dia selalu memakai bahasa Inggris aktif. Sehingga asumsinya terbentuk untuk melafalkan dalam bahasa Inggris. Ini saya lakukan dengan disiplin, tapi tidak dengan frekwensi tinggi. Artinya, cukup dua sampai lima menit dalam sehari, asalkan terus-menerus.


2.  Cenderung tahu arti kata dalam salah satu bahasa.

Untuk kasus Safina, dia lebih cenderung tahu arti kata dalam bahasa Inggris ketimbang dalam bahasa Indonesia. Untuk mengimbanginya, saya selalu berupaya untuk menjelaskan setidaknya satu kata per hari dalam dua bahasa. Misal, dia sedang sering mendengar kata "villager" dari game yang sering dimainkannya. Saya jelaskan kalau dalam bahasa Indonesia, "villager" berarti "orang desa". Dan biasanya pertanyaan berlanjut, "What's 'desa'?" Dari sana percakapan akan berkembang, dan kalau dia masih melontarkan pertanyaan lanjutan, artinya dia akan belajar lebih dari satu kata hari itu. Tapi kalau tidak, ya udah. Saya hanya melanjutkan dengan mencontohkan tulisan satu kata tersebut.
Untungnya, Safina di rumah adalah anak yang aktif sekali bertanya dan diskusi dengan saya. Heu euh, kalau di luar rumah dia pemalu banget. Gemes sebenernya, tapi balik lagi, saya nggak mau maksa anak. Paling saya coba cari solusi-solusi kreatif ala-ala saya aja untuk menyiasatinya. Salah satunya dengan membuat home video kayak gini untuk memancingnya agar lebih percaya diri berbicara.



3. Lama memahami rangkaian kata dalam kalimat.

Iya jelas aja. Untuk menghafal kata aja udah harus berjuang, ditambah lagi harus mengerti makna dalam beberapa kata di satu kalimat. Belum lagi kalau kalimatnya panjang. Yang suka bikin saya rada stress dikit itu kalau udah baca soal pertanyaan esai di sekolahnya. Untuk anak kelas 1 SD, pertanyaan sudah banyak yang berbentuk seperti soal cerita. Minimal ada tiga sampai lima kalimat panjang sebelum pertanyaan dilontarkan. Bujubuneng!
Kasian sebenernya sama anak-anak ini, makanya Safina nggak terlalu saya push untuk dapat nilai bagus di sekolah. Bukan saya cuek dengan pendidikannya. Tapi buat saya, lebih baik dia menikmati proses belajarnya ketimbang tertekan untuk bisa dapat nilai tinggi di sekolah. Hey, buat yang anak-anaknya pinter di sekolah, no offense, ya. Tiap anak berbeda. Maybe my kid just needs different way of learning. Balik lagi, itu tanggung jawab saya untuk menemukan cara yang paling efektif untuk dia. Cara saya belum tentu manjur untuk anak lain.



4. Dikte menjadi "siksaan" sekaligus "permainan" yang mengasikkan.

Gimana itu, deh? Waktu awal mulai sekolah beberapa bulan yang lalu, Safina sempat mengeluh sama saya soal dia nggak suka kalau gurunya menyuruh mereka sekelas menulis dengan cara dikte. Buat anak-anak yang sudah lancar membaca tentu saja itu tugas yang mudah, tapi buat Safina lain hal. Dia berjuang keras untuk bisa menulis kata per kata yang diucapkan gurunya. Sering saya temui kesalahan eja di buku tulisnya. Sekali lagi, saya paham perjuangannya. Dalam hati cuma bisa mendoakan dan mencari jalan keluar.
Akhirnya saya menemukan solusi asik untuk menghadapi masalah ini. Tiap hari, minimal satu kata dalam bahasa Indonesia dan Inggris akan saya diktekan huruf per huruf untuk dituliskan oleh Safina. Jika itu kata dalam bahasa Indonesia, saya lafalkan ejaan dalam lafal abjad Indonesia. Kalau kata tersebut dalam bahasa Inggris, saya lafalkan dalam lafal abjad Inggris. Nggak banyak-banyak, satu kata aja masing-masing. Kadang dalam seminggu satu kata itu diulang terus. Seenggaknya, perlahan tapi pasti, dia mengingat susunan abjad untuk kata tersebut.


Beberapa solusi di atas sudah ada beberapa yang memperlihatkan hasil. Sekarang Safina lebih lancar saat mengerjakan PR-nya dari sekolah. Walaupun masih harus saya bantu sesekali. Dan sejak minggu lalu, Safina punya diary yang ditulisnya setiap hari, dalam bahasa Inggris. Buat saya, ini kemajuan yang luar biasa. Mungkin banyak anak di luar sana yang sudah lancar membaca sejak balita. Tapi saya berusaha untuk tidak terintimidasi dan sebisa mungkin membangun kondisi yang tidak menekan Safina juga, supaya proses belajarnya tetap menyenangkan.

Sebenarnya masih ada beberapa masalah seputar proses belajar membaca Safina, sih. Tapi saya lupa. Hahaha Ntar deh, kalau inget lagi, saya bikin sambungannya. Intinya, nggak ada masalah yang tidak dilengkapi dengan solusi. Jadi orang tua kreatif itu bukan pilihan lagi untuk jaman sekarang, melainkan kewajiban. Semoga ke depannya dia akan memetik buah dari kegigihannya memakai dua bahasa sekaligus sejak kecil. Ibaratnya, Safina sedang menanam benih saat ini Dia lagi bersusah payah menjaga benihnya agar tumbuh dengan rutin menyiram dan memberi pupuk. Suatu saat kelak, dia sendiri yang akan memetik hasilnya. Semoga.  

Hi, my daughter's name is Safina. She's seven years old and still learning how to read, in Indonesian and English. 
She's struggling, and I'm proud of her! ^_^ 


Baca artikel saya yang lainnya seputar anak bilingual di SINI

Sabtu, 19 Desember 2015

Selalu Ada Waktu untuk Bermain Bersama Anak

Assalamu'alaikum.

Kata pakar anak, bermain dengan anak-anak bisa membuat tingkat stress orang dewasa turun. Saya udah lama banget meng-amin-kan ini. Sejak punya anak, dari bayi, kalau sedang bermain dengan mereka perasaan saya selalu jadi lebih enteng. Lupa utang dan cicilan. Hahaha! 


Katanya pakar lagi, sering-seringlah menghabiskan waktu dengan anak kecil karena mereka, selain menjadi hiburan penghilang stress, selalu bisa memberikan sudut pandang berbeda yang kadang terlewat oleh orang dewasa. Buat saya pribadi, bermain dengan anak justru banyak memberi manfaat ke diri saya sendiri pada akhirnya. If you want to be a happy person, play with your kids. 

Anak jaman sekarang sulit dipisahkan dari perangkat elektronik. Kenapa harus dipisahkan? :D

Hal yang paling terasa saat bermain dengan anak-anak adalah interaksi berbentuk komunikasi yang terjalin saat bermain. Emang kadang kalau main sama Safina, fisik terkuras, tapi sering banget saya mendapat insight yang di luar duaan dari percakapan kami. Saya jadi bisa tahu apa yang sedang dia rasakan, apa yang sedang dia inginkan, atau malah apa yang dia harapkan dari saya, ibunya. Amazing!

Safina tumbuh tinggi dan sehat. Aamiin. :D

Agak gimana gitu kalau baca status orang-orang di social media tentang betapa sulitnya menemukan waktu untuk bermain dengan anak-anak mereka di jaman yang serba sibuk ini. Heu euh, saya juga nggak menyangkal, 24 jam hari gini rasanya kayak sekedipan mata kalau nurutin semua aktifitas. Tapi saya belajar bahwa prioritas adalah kuncinya. 

Bermain prakarya dengan kertas salah satu kegiatan favorit anak-anak di rumah.

Ditambah lagi, sekarang banyak orang tua yang menyerahkan waktu bermain mandiri anak kepada perangkat elektronik komunikasi seperti tablet, smartphone dan laptop. Saya termasuk salah satunya, jujur aja. Suara sinis tentang orang tua jaman sekarang yang dengan mudahnya menggantikan posisi mereka dengn gadget sebenarnya nggak perlu kedengaran, menurut pendapat saya. I mean, kalau mau anak tidak tersentuh gadget, orang tuanya duluan dong yang nggak nyentuh gadget. Hehehe. Sedangkan mengeluhkan anak jaman sekarang yang kurang banget main di luar di social media, menurut saya paradox banget jadinya.

Sesekali masak bersama. Resep-resep sederhana dan cepat jadi aja, deh! ;)

Saya lebih suka menjadi orang tua yang merangkul kemajuan jaman untuk mendidik anak-anak saya. Saya suka mengenalkan permainan baru di tablet yang bisa membawa manfaat untuk perkembangan mereka. Lagian, saya juga aktif banget di social media, ya kali anak- anak saya larang buat megang gadget. Impossible. Semuanya kembali lagi ke priotas dan keseimbangan. Semua ada waktu dan batasan. Saya selalu atur untuk mereka.

Jalan-jalan ke museum bersama keluarga. Penting! 

Kalau kira-kira udah lama nggak main keluar rumah, berarti sudah waktunya main sepeda di luar atau bantuin Mama bersihin rumah. Kalau misalnya udah lama fokus ke project online (anak saya, Fadhil, lagi suka bikin animasi di laptop), dia harus mengimbangi dengan membaca buku atau kegiatan artistik lainnya seperti menggambar atau crafting. Bottomline, nggak perlu musuhan sama gadget kok untuk bisa menghasilkan generasi yang sehat fisik dan mental. 

Melukis juga jadi salah satu kegiatan bermain yang disukai anak-anak saya. 

Mendidik anak agar jadi generasi sehat itu kan bukan cuma tergantung sama satu aspek aja. Ada banyak yang mempengaruhi. Mulai dari kondisi lingkungan (rumah dan sekolah), hubungan dengan anggota keluarga, kebersihan diri, kegiatan fisik dan yang paling mempengaruhi tentu saja kecukupan gizi.

Berenang? Wuih, tiap hari kalau bisa! Hahaha! 

Alhamdulillaah (berkat gadget) saya juga jadi rada pinter dan paham tentang pentingnya ASI ekslusif untuk bayi. Dua anak saya, walaupun tidak sampai usia 2 tahun menyusui, tapi mereka lulus ASI Ekslusif 6 bulan. Bukan tanpa perjuangan memang, tapi karena saya tahu pentingnya untuk masa depan mereka, saya usahakan segala cara agar terpenuhi. Selepas itu, lanjut dengan mencukupi gizinya dengan banyak makanan dan minuman penunjang gizi sehat.

Pagi-pagi buta mengejar Car Free Day biar puas main sepeda di jalan raya. Seru!

Soalnya paling mumet jadi ibu itu kalau anak udah jatuh sakit. Daya tahan tubuh anak-anak memang rentan banget kena penyakit. Udara dingin dikit, kena flu. Cuaca panas dikit, tau-tau mimisan. Kebanyakan minum es, tenggorokan sakit. Tantangan besar bagi seorang ibu buat saya justru di bagian ini, menjaga asupan gizi anak-anak saya supaya daya tahan tubuhnya bagus. Salah satu caranya, selain makan makanan bergizi, ada Friso yang mengandung nutrisi yang mampu menjaga daya tahan tubuh anak dari dalam. Soalnya proses pembuatan Friso menggunakan teknik pemanasan yang tidak berlebihan menjaga keutuhan nutrisi dari alam sehingga membantu menjaga daya tahan tubuh agar anak siap mengeksplor dunianya. Istilah kerennya, anak-anak jadi stronger inside dengan Friso.

Coba-coba posisi yoga, yang penting diawasi, biar gak salah posisi, ya. :D

Balik lagi soal bermain bersama anak, soal waktu jangan jadi kendala ya, mak. Soalnya, kalau waktunya dicari, memang susah ketemunya. Untuk menyiasatinya (berdasarkan pengalaman pribadi), kitanya yang harus kreatif. Setiap saat bisa jadi waktu play day dengan anak kita. Kalau lagi main ke rumah neneknya, Safina suka bantuin Nenek menyiram tanaman. Buat kita kegiatan itu membosankan, tapi buat dia menyenangkan sekali. Atau pernah juga, waktu saya lagi sok-sok nyobain pose yoga yang saya lihat dari Instagram, Safina malah lebih semangat untuk mengikuti pose itu. Ujung-ujungnya malah dia lebih jago dari pada saya.  

Ke pantai dulu, biar santaaaai. :D

Beberapa orang tua kadang suka bingung mau mengajak main anak yang sesuai dengan minatnya. Sama, saya juga kadang begitu, kok. Soalnya Safina ini model anak yang suka mencoba apa aja. Tapi tiap anak pasti ada kecenderungannya. Kalau saya perhatikan, Safina cenderung suka bermain yang berhubungan dengan eksperimen dan air. Jadi memang playday dengannya nggak jauh-jauh dari melukis pakai cat air, berenang, menyiram tanaman dan pernah juga hujan-hujanan. Saya coba cek di kuis #FrisoPlayDay. Di sana ditanya, “Apa kemampuan si Kecil yang paling menonjol saat ini?”, “Obyek apa yang paling menarik perhatian si Kecil?”, dan “Kegiatan apa yang paling disukai si Kecil saat berada di rumah?”. Ternyata benar, Safina lebih cocok dengan kegiatan yang banyak berhubungan dengan air. Kegiatan utamanya, harus lebih sering dibawa berenang. Silakan atuh, coba sendiri kuisnya, biar bisa menemukan kegiatan playday apa yang paling cocok, seru dan bisa dnikmati sama anak-anak kita. 

Penting nggak mengajak si Kecil bermain? Pentinglaah! Tapi bermain yang kayak gimana dulu, nih? Yuk, cari tahu di #FrisoPlayDay kuis. ;)

Saya setuju banget sama campaign #FrisoPlayDay yang lagi diangkat sama Friso di website-nya. Soalnya anak-anak sejatinya memang selalu bermain. Apa pun medianya, di mana pun lokasinya, kapan pun waktunya, anak akan selalu belajar hal baru dengan bermain. Yang paling penting, orang tuanya juga harus enjoy bermain dengan anak-anaknya, ya. ;)

Senin, 14 Desember 2015

Crafting for Charity 2015, Fund Raising Blogger/Crafter Jelang Tutup Tahun

Assalamu’alaikum.

Haloo! Emak Gaoel cuti beberapa hari ngeblog, pasti udah tahu kan kenapa? *sok seleb* Heu euh, saya dan beberapa teman penggiat crafting lagi sibuk sama project akhir tahun kami, Crafting for Charity. Buat yang belum tahu, Crafting for Charity adalah kegiatan tahunan kami setiap bulan Desember untuk menggalang dana. Kami menjual hasil kreasi crafting (prakarya) handmade untuk mengumpulkan dana yang akan disumbangkan untuk kegiatan sosial. Cerita awalnya ada di sini.


Tahun ini nggak jauh beda, kok. Saya emang nggak mau non-stop ngeblog terus ngelupain hobi crafting saya. Selain itu, kegiatan ini yang membuat saya jadi rada “waras” dikit di dunia perbloggingan Indonesia yang luar biasa cetar dan dramatis, terutama akhir-akhir ini. Bhihihi. Ini saya lakukan justru karena saya cinta banget sama blogging, jadi perlu banget buat saya untuk menjaga mood dengan melakukan hal lain dulu selama beberapa saat. 

Tahun ini, Crafting for Charity ketambahan tenaga penyumbang ide dan produk. Kalau tahun lalu kami memulainya bertiga (saya, Teh Dey dan Mbak Ria Rochma) kemudian disusul oleh Rina Shelomita. Tahun ini total ada tujuh crafter yang bergabung dalam kegiatan Crafting for Charity. Ada Mbak Susindra yang jago banget bikin bros bunga dan produk sendal ukirnya yang unik, ada Mbak Vivera yang suka bikin asesoris mulai dari gelang, kalung dan bros. Kemudian ada Mbak Irowati yang terampil membuat beragam pouch. Alhamdulillaah, lengkap, ya. 


Tahun ini saya fokus membuat handmade greeting card. Tidak seperti tahun lalu yang juga membuat handmade notes. Soalnya, mulai project-nya tahun ini rada telaat. Huks. Jadi nggak bakalan sempat kalau semua dipegang. 

Alhamdulillaah, tahun ini juga Crafting for Charity meluncur lewat fanpage-nya. Like ya, like ya! Biar lebih rapi dan memudahkan teman-teman untuk memilih produk buatan kami dan bertransaksi. Berhubung fanpage-nya juga masih bau kencur, like dan gaungnya masih malu-malu kunyuk, kami akhirnya ngadain giveaway juga. Siapa aja yang share info yang ada di fanpage Crafting for Charity selama bulan Desember akan kami undi di akhir bulan. Dua pemenang akan mendapatkan produk buatan para crafter di Crafting for Charity. Ikutan atuhlah. Cuma klik share doang, ich! 




Kalau mau lihat-lihat sebagian dari hasil kreasi kartu buatan saya, silakan. Sebagian besar sudah ada yang adopsi. Sebagian lagi jadi best seller (guaya!) karena banyak yang memesan desain tersebut. Kalau kamu ada request untuk quotes atau tulisan yang diinginkan di kartu, saya juga OK aja. Saya mah apa atuh, orangnya emang gampangan. 

Plus, minggu ini akan ada produk baru hasil kolaborasi saya dengan Mak Tanti Amelia yang jago banget menggambar ilustrasi, lho! Sekarang masih dalam proses. Tunggu, ya! Ini keren banget, bener! 




Pokoknya di postingan ini saya emang jualan, buat amal. Hayo dibeli, ya! 50% dari keuntungan kami sumbangkan ke Komunitas Lebah yang akan mengadakan kegiatan Cerdas Tanpa Batas untuk anak-anak yang kurang mampu dan terbatas akses serta fasilitas pendidikannya. Cerdas Tanpa Batas tahun ini akan diadakan  di sebuah desa di daerah Pandeglang, Banten bulan Januari awal nanti. Kalau kamu mau ikut menyumbang buku dan alat tulis juga bisa, langsung kontak Komunitas Lebah-nya. 


Tunggu apa lagi? Tutup tahun dengan beramal. Supaya tahun barunya berkah, cuy! Selamat belanja.

PS: Iklan banget. Vote saya dong di Kerala Blog Express. Hihihihi! Yang vote saya doain dapet rejeki berlipat ganda tahun 2016. Aamiin.