ABOUT ME

Minggu, 10 Juli 2016

Anakku Jagoan Kandang

Assalamu'alaikum.

Baru beberapa minggu yang lalu anak saya, Safina (7 tahun) ngomong, "Mom, sometimes I don't know what to do or say when I'm in the crowd." Safina ini, dulunya bisa dibilang jagoan kandang. Di rumah bawel dan petakilan, sampai di luar pemalu dan penakut banget. Kayak anak kurang PD. Kadang suka gemes sendiri karena kita tahunya dia sebenarnya pintar dan bisa. Saya yakin, banyak orang tua yang juga menghadapi masalah yang sama. Dulu, Fadhil (abangnya Safina) juga begitu. Sekarang, alhamdulillaah keduanya udah mendingan banget. Ini nggak ujug-ujug, lho. Saya tahu, membangun rasa percaya diri anak nggak bisa instan. Selain itu, banyak hal yang mempengaruhi juga. Saya coba share beberapa hal yang saya lakukan untuk membangkitkan keberanian anak-anak saya saat berada di tengah orang banyak. Tahapan mereka memang belum terlalu luar biasa kayak anak-anak yang memang suka tampil, ya. Ya, itu tadi, kan banyak hal yang mempengaruhi. Minimal, sekarang kalau ditanya orang, mereka udah berani menjawab tanpa menyurukkan kepala ke ketiak emaknya. Hihihi.

Anak jagoan kandang? Di rumah bawel, tapi di luar "cemen"?



 Anak terlalu pemalu ketemu orang lain selain keluarga inti?


Anak cenderung takut berada di tengah orang ramai?


Coba beberapa langkah ini. 


Pahami dulu, perlu waktu dan kesabaran untuk mengajar dan menanamkan rasa percaya diri ke anak. Diceramahin aja nggak akan berpengaruh, justru membuat mereka makin tertekan. Coba diulik dulu, kenapa mereka takut ketemu orang asing? Kenapa minder ketemu teman sebaya? Mungkin mereka merasa kurang dari teman-temannya? Kalau mereka punya minat dan bakat, eksplor di sana, supaya mereka punya kelebihan yang bisa mereka banggakan. Misalnya main musik, menggambar, dan lain-lain.


Jangan paksa mereka untuk bisa langsung berani di tengah orang banyak. Perhatikan mimik wajahnya, apakah mereka terlihat khawatir saat kita dorong-dorong untuk mau bergabung dengan anak-anak lain? Kalau iya, jangan dipaksa. Temani dulu.


Kadang ini kesalahan orang tua, begitu sudah sampai rumah, ngomel. "Heran deh, kamu di rumah pemberani banget, giliran di luar kok penakut gitu, sih?" Nggak usah diomelin aja, mereka udah tertekan lho itu. Hiks.


Cari tahu minat dan bakatnya, yang mereka merasa kuasai. Safina sekarang sudah tahu kalau kemampuannya dalam berbahasa Inggris adalah kelebihannya. Dulu dia menganggap itu justru bahan cemoohan karena banyak yang "nanggep" dia bicara bahasa Inggris dan jadi tontonan. Dulu dia nggak tahu kalau sesungguhnya orang-orang sedang mengagumi kemampuannya. Di rumah sering saya bilang, jangan malu karena itu bukan hal yang memalukan. Justru mereka suka sama dia karena kemampuannya itu. Lama-kelamaan, sedikit demi sedikit, kepercayaan dirinya mulai tumbuh. Kalau dulu diajak bicara bahasa Inggris, mulutnya langsung terkunci (which is jujur emang bikin gemes emaknya, karena saya tahu sebenarnya dia mengerti), sekarang dia sudah berani menjawab dengan spontan.


Kalau anak mendadak mogok di depan orang banyak, jangan diketawain sambil bilang, "Hahaha, emang nih, jagoan kandang!" Heuheueheu, gimana mau PD, emaknya sendiri ngenyek. :(


Ini cocokkan lagi sama kelebihan yang dimiliki anak. Misalnya, anak udah bisa menghitung sampai 20, pancing dengan ajakan, "Dek, tante itu pengen denger lho adek berhitung sampai 20." Karena dia tahu dia sudah bisa, dengan dipancing begitu begitu mudah-mudahan keberaniannya muncul. Lagian kan nggak lucu juga kalo nggak ditanya atau dipancing, ujug-ujug dia ngitung sampe 20. Ya, gapapa juga sih, cuma agak aneh aja. Hihihihi


Anak perlu dipuji atas prestasinya. Semua orang tua pasti senang memuji anaknya di depan orang banyak. Tapi bijaksana sedikit. Kadang memuji anak secara berlebihan di depan orang lain, malah bikin si anak salah tingkah. Suasana bisa berubah canggung, dan sistem defensif anak jadi terbentuk. Yang wajar aja.


Sering-sering ajak anak ke acara yang membuatnya banyak ketemu orang. Nggak harus acara tersebut mereka yang jadi pusat perhatian, kok. Ajak ke acara pengajian atau arisan sesekali. Atau ke kantor papanya. Buat latihan ketemu lingkungan dan orang baru.

Sekali lagi ....


Hasilnya nggak bisa instan. Butuh waktu, usaha, konsistensi dan ...


kesabaran.


Selamat mencoba. Semoga berhasil. Kalau pun ternyata anak ternyata kelihatannya lebih merasa nyaman untuk sendiri, mungkin memang sudah karakternya introvert. Hanya yang perlu diberitahu kepada mereka, mereka harus punya kepercayaan diri dalam mengemukakan pendapat ke orang lain. ;) 

This article is also posted on my fanpage, here.