ABOUT ME

Selasa, 25 Oktober 2016

Cara Emak Gaoel Melindungi Asset Digital dan Aman Bertransaksi Online

Assalamu'alaikum.

Sejak aktif jualan dari rumah, saya jadi akrab dengan yang namanya transaksi online. Dan berhubung punya usaha di rumah, saya juga jadi rajin online shopping. Mulai dari belanja remeh-temeh kayak baju, sepatu dan kosmetik, sampai belanja art supplies buat keperluan membuat pesanan lettering art pelanggan saya. 


Emak Gaoel  lagi ngelapak

Tempat belanja online pun udah berbagai macam yang saya coba, mulai dari online shop kelas Instagram, e-commerce, sampai belanja langsung ke website produsen produk. Alhamdulillaah, sampai sekarang aman-aman aja. Belum pernah kena tipu (jangan sampe, deh). Paling keluhan-keluhan kecil aja yang suka muncul, kayak barang yang dipesan terlambat sampai atau lupa konfirmasi pembayaran. 

Metode pembayaran online yang biasa saya pakai biasanya masih model konvensional alias transfer via ATM. Walau begitu, saya selalu ngarepnya pelanggan saya kalau bisa sih transfer pake internet banking karena lebih cepat.

Hand-drawn by Emak Gaoel

Berdasarkan pengalaman jadi pembeli online dan pelaku bisnis yang dijalankan secara online, saya coba ngasih tips nih ya, gimana caranya bertransaksi online yang aman.

Sebagai Pembeli

1. Amati kredibilitas online shop. Penting banget untuk tahu track record online shop yang kita tuju. Jika model online shop personal seperti yang banyak bertaburan di Instagram dan Facebook, paling gampang membaca komen di tiap update-nya. Biasanya, pelanggan yang tidak puas atau merasa tertipu tidak akan sungkan untuk complain terbuka di comment. Atau, lihat screen capture testimony pelanggan yang biasa dishare oleh owner. Ini juga sebenarnya ada kemungkinan dibuat-buat alias ngarang, tapi normally, pemilik bisnis yang lurus dan happy, mereka akan dengan berbunga-bunga mention akun pembeli tersebut. 

2. Manfaatkan rekomendasi teman atau orang yang kita kenal. 

3. Online shop yang bergabung di e-commerce biasanya memiliki jaminan aman transaksi lebih baik, karena ada pengawas (dalam hal ini, e-commerce) yang berwenang menahan dana kita sampai barang yang kita pesan sampai di tangan. Mereka adalah perantara antara kita dengan online shop. Sekarang sudah banyak sekali online shop yang bergabung ke banyak e-commerce. Ini layaknya seperti pasar dengan lapak-lapaknya. Kita belanja, bayar ke pemilik lapak (bukan penjual), terima barang, barulah penyewa lapak menerima uang pembayaran kita.

4. Simpan yang rapi semua bukti pembayaran dan percakapan transaksi dalam bentuk screen capture atau foto.


5. Jika menggunakan kartu kredit untuk bertransaksi, usahakan untuk melakukannya di website atau e-commerce terpercaya. Simpan baik-baik kode tiga angka di belakang kartu kredit (CVV) dengan baik. 

6. Hati-hati saat memberi informasi nomor handphone kita saat bertransaksi online. Idealnya sih, punya satu nomor khusus untuk bertransaksi online. Apabila tiba-tiba nomor handphone yang kita gunakan untuk bertransaksi tidak dapat diakses, sebaiknya segera diurus ke Grapari, Gerai Indosat, XL Center atau customer care provider yang kita gunakan. 

7. Lindungi PC atau handphone yang kita gunakan untuk browsing dan bertransaksi online dengan Anti Virus. 

8. Jangan malas membaca notifikasi yang masuk ke handphone kita, supaya bias monitor jika ada transaksi mencurigakan. 

Sebagai Penjual

1. Jika sebagai penjual kita belum bergabung dengan e-commerce atau memang memutuskan untuk independent aja, usahakan kita memiliki satu rekening bank yang memang khusus untuk keperluan berjualan. Jangan digabung dengan rekening pemakaian pribadi. Ini akan memudahkan kita untuk melacak dana yang masuk dan keluar. 

2. Menyimpan arsip pembayaran dan juga pengiriman barang dengan rapi. 


3. Kalau pembeli melakukan transaksi pembayaran melalui ATM, minta foto struk transaksi, lalu lakukan cross check dengan memeriksa mutasi pada rekening bank. Soalnya, bukan sekali juga saya baca berita penipuan, penipu mengirim foto struk abal-abal.

4. Jangan males print buku rekening. Hihihi. Ini catatan penting buat saya juga nih. Perlu banget rajin print out transaksi di buku rekening bank (kalau nggak aktif internet banking kaya saya), untuk mencocokkan transaksi yan sudah dilakukan. 


Belum lagi kalau ngomongin akun social media yang kita pakai saat ini. Masih kaitannya dengan belanja online, akun social media biasanya selalu kita gunakan untuk cari-cari barang kebutuhan. Penjual juga memanfaatkan Instagram, fanpage dan Facebook untuk berjualan. Apa kabar kalau akun socmed kita kena hack, ya? Atau yang lebih parah, e-mail tempat semua login akun socmed kita yang di-hack? Huaa, pengen nangis gak? Secara semua itu termasuk asset digital kita, kan ya. :(

Untuk asset digital ini, saya termasuk orang yang rada parnoan. Karena sehari-hari saya gak lepas dari akun social media, mulai dari Facebook fanpage, Twitter, Instagram dan juga Google+. Dulu, semua akun tersebut memakai satu email login. Tapi setelah belajar banyak dari pengalaman teman-teman yang pernah menjadi korban hack, saya coba memisahkan beberapa email login untuk akun socmed saya. 

Untuk email utama, saya memilih domain email yang menyediakan opsi pengamanan berlapis dengan menggunakan security code yang dikirim melalui SMS ke nomor ponsel saya. Setidaknya, ada usaha lebih untuk menjaganya.  Tapi kalau provider e-mail kamu nggak menyediakan fasilitas semacam itu, bisa lakukan tindakan pengamanan lain seperti rajin mengganti password untuk masuk ke akun socmed. 

Satu lagi yang saya lakukan untuk menjaga aset digital saya, nggak mau pakai fasilitas “Remember this password?” di device yang saya gunakan. Soalnya suka keenakan juga, jadi males inget-inget password kalau pakai itu. Kalau nggak pakai, kan mau gak mau jadi harus ketik password tiap mau login. Semacam latihan otaklah. :p 

Secara umum berikut tips untuk melindungi asset digital kita: 

Never ever share your password to other people. Nggak usah ya share password ke orang lain, biarpun judulnya kenal dan percaya. Tapi kalau sudah kejadian, segera ganti passwordnya.
Gunakan satu email untuk satu akun. Punya lima akun? Idealnya sih punya lima email.
Selalu ganti password minimal 3-6 bulan sekali.
Perbarui keamanan akun secara berkala. Ini bisa dibarengin dengan penggantian password. 
Hindari membuat password menggunakan tanggal lahir. Sebaiknya buat password dengan berbagai macam karakter, yang terdiri dari huruf besar/kecil, angka, symbol. Semakin rumit password, semakin susah untuk dibobol tapi tetap harus yang mudah diingat ya 
Verifikasi 2 langkah. Ini yang saya sebut diatas sebagai pengamanan berlapis.  Ketika kita log in dari gadget yang berbeda, nantinya akan ada sandi khusus yang akan dikirimkan melalu ponsel untuk verifikasi apakah benar pemilik akun yang melakukan log in.
Email Alternatif. Ini juga salah satu cara pengamanan akun yang sebaiknya diisi, karena apa? Ketika nantinya akun terlanjur dibobol orang, email alternatif ini bisa mempermudah memulihkan.
Berhati-hati ketika menggunakan wifi gratis. Jangan membuka akun penting seperti akun perbankan/mobile banking, karena bisa jadi jalur tersebut digunakan untuk membobol data.
Hati-hati dengan semua situs yang akan dibuka, apalagi situs yang dianjurkan untuk dibuka. Pastikan bahwa situs tersebut adalah resmi, bukan situs abal-abal.


Jadi, pertanyaan saya, “Gak ribet kan?” Kalau untuk keamanan, harusnya nggak ribet, dong ya? Bottomline, punya banyak asset digital dan bertransaksi online itu harusnya memudahkan kita karena lebih praktis. Tinggal bagaimana kita bijaksana memperlakukan asset-asset digital kita dan menjaga kemanannya. ;)




Kamis, 20 Oktober 2016

Paket Lengkap dari Allah untuk Keluarga Emak Gaoel

Assalamu'alaikum.

Saya suka inget sama omongan almarhumah Nenek saya kalau udah denger anak-anak sama cucu-cucunya ketawa ngakak-ngakak sampe ngompol-ngompol pas kumpul keluarga besar, "Jangan kelewatan ketawanya. Sebentar lagi ada yang nangis." Dulu dengernya sih umur saya masih sekitar 8 tahunan, segede Safina sekarang, tapi inget terus sampai sekarang. Soalnya, Mama saya dan adik-adiknya, yang notabene waktu itu juga udah emak-emak, abis dibilangin gitu sama Nenek (ibu mereka), malah cekikikan. Kan saya heran, dih emak sama tante gue kok kelakuannya kayak bocah gitu, sih? Wkwkwk.


Intinya, sejak kecil saya jadi berusaha untuk menahan-nahan ekspresi dan reaksi supaya gak lebay. Kalau senang, ya baca Alhamdulillaah. Kalau sedih, baca Innalillaahi. Gak perlu sampai ngakak ngompol di celana, atau nangis gerung-gerung sambil korek-korek tanah. Karena (ini baru paham sekarang-sekarang ini, sih), semua kebahagiaan dan kesedihan kita itu datangnya dari Allah. Dikasih rejeki, itu dari Allah. Dikasih musibah, itu juga takdir dari Allah. Jadi nggak usah berlebihan menanggapinya, cukup kembalikan lagi ke Allah. Betul, cuy?


Ngomong soal rejeki dan musibah, dua bulan terakhir ini komplit saya sekeluarga dikasih sepaket sama Allah. Bulan September kemarin, bisa dibilang kami sekeluarga sedang bahagia-bahagianya. Semua sehat, anak-anak semangat sekolah, Papanya kerja dengan penuh dedikasi (duile) dan orderan lettering saya juga lagi banyak-banyaknya. Intinya, dikasih rejeki sama Allah gak kira-kira. Nggak lama abis itu, sekalian menghadiri pernikahan sepupu saya, kami sekeluarga pun pergi ke Bandung sekadar piknik yang jarang kami lakukan. Senangnya tiada terkira, keluarga kecil kami tidak ada kekurangan suatu apa. Allah Maha Baik.


Tepat seminggu setelah kepulangan kami dari Bandung, Fadhil mengalami kecelakaan. Nggak tanggung-tanggung, tulang selangka-nya (di bagian bahu) patah, karena jatuh dari sepedanya sepulang sekolah. Dia harus dioperasi segera. Saat itu saya kayak keselek biji kedondong. "Masya Allah, saya bikin dosa apa, ya?" pikir saya dalam hati. Kok jadi Fadhil yang kena? :( Istighfar dulu. Songong beud, mikir dosa apaan. Ya banyaklah maak, dosa lu! Hih!


Kaget, banget, pastinya. Tapi saya dan suami berusaha tenang supaya Fadhil juga nggak jadi trauma. Yang paling penting, saya berusaha supaya dia nggak menyalahkan siapa-siapa terutama dirinya sendiri atas kejadian itu. Saya tau banget tabiat anak sulung saya yang hatinya super lembut itu. Waktu saya jemput setelah kecelakaan, dalam perjalanan menuju rumah sakit, saya bisa merasakan dia sedang merasa bersalah. Buru-buru saya ingatkan sama dia, "Fadhil, this is not your fault. Don't worry, I don't blame you, nobody will! This is supposed to happen, just pray to Allah." 


Untungnya anak ini pembawaannya tenang dan sabar banget. Selama di rumah sakit menjelang operasi keesokan harinya, nggak sedikit pun dia mengeluh, menangis apalagi jerit-jerit kesakitan. Padahal, saya nggak tahu sih patah tulang itu sakitnya kayak apa, kata orang-orang sakitnya itu pasti luar biasa. God bless you, my son, for being such a strong boy. 

Singkat cerita, Fadhil baik-baik aja sekarang. Selesai dioperasi, dua hari kemudian dia diijinkan pulang. Kami lega. Akhirnya bisa kumpul lagi di rumah. Mulai sibuk-sibuk lagi dengan kegiatan dan pekerjaan yang tertunda. 


Ternyata rencana Allah beda lagi. Belum ada seminggu Fadhil pulang dari rumah sakit, Safina mulai demam. Dalam hati cuma bisa berdo'a semoga ini nggak serius, cuma batuk pilek biasa aja. Ditunggu-tunggu. demamnya nggak turun-turun. Jujur, langkah saya berat banget menuju rumah sakit mengantar Safina periksa darah. Rasanya ikhlas saya belum terkumpul 100% karena Fadhil baru aja pulang dari rumah sakit dan belum pulih. Masa Safina juga sakit? Mau nelen ludah aja rasanya susah banget. :(

Ternyata Safina harus dirawat di rumah sakit karena kena campak. Lemes aja sih dengernya. Kepikiran Fadhil gimana di rumah. Ada si mbak memang, tapi dia kan masih masa pemulihan paska operasi yang butuh perawatan juga. Terus gimana ini Safina, kok bisa kena campak? Parah gak? By the way, asuransi cover nggak? Waduh, orderan banyak yang kepending.


Lagi galau-galau gitu, tiba-tiba kepala saya kayak ada yang noyor. Mungkin Nenek saya yang noyor (hihihi) kok serem? :p Saya jadi inget lagi sama omongan Nenek saya, soal rejeki dan musibah yang semuanya hanya dari Allah. Kalau Allah kasih seperti ini, berarti saya memang pantas untuk mendapatkannya. I just have to deal with it. Istighfar, istighfar. Hamba Allah yang beriman nggak boleh galau, karena punya Allah tempat mengadu. Setuju. kakak? ;)

Akhirnya, kami sekeluarga menjalani seminggu merawat dua anak sakit, satu di rumah, satu lagi di rumah sakit. Ikhlas karena Allah. Akan ada sesuatu yang indah setelah ini, itu saya percaya. Apa dan bagaimana bentuk keindahan itu, saya serahkan sama Sang Pemberi Keindahan. Sambil instrospeksi diri, ini pasti teguran. Pasti ada (BANYAK) kurang saya dan suami, sehingga kami diberi teguran mendadak seperti ini. Pasti ada kelalaian yang sudah kami lakukan secara sadar mau pun tidak. Bottomline, peristiwa semacam ini harusnya menjadikan kami menjadi lebih baik lagi. 


Alhamdulillaah, hari ini, Safina sudah tiga hari bebas (((BEBAS))) dari rumah sakit. Keadaannya sudah membaik. Fadhil juga luka operasinya tidak mengalami infeksi, tinggal fisioterapi untuk latihan gerak lagi. Perlahan semua kembali ke tempatnya seperti kepingan puzzle mencari rumahnya masing-masing. Terima kasih kami ucapkan untuk doa-doa yang begitu banyak di Facebook dan Instagram untuk keluarga kami, sampai tidak sempat kami balas satu per satu. Semoga Allah membalas kebaikan teman-teman semua dengan sesuatu yang jauh lebih indah.