ABOUT ME

Senin, 19 September 2016

Risiko Punya Anak Jahil dan Kreatif

Assalamu'alaikum.

Mungkin beberapa fans temen-temen udah pada tau gimana Safina (7 tahun), anak perempuan saya, sejak kecil sering banget nanya yang aneh-aneh dan ngerjain orang serumah berkali-kali. Dia ini dari umur 3 tahun udah keliatan bakat jahil dan kritisnya. Semua yang di rumah udah sering kebagian keisengannya. "I'm the master of prank, mom!" katanya. Bangga. Hhhh ....

Ngagetin orang yang baru masuk rumah dari balik pintu udah gak keitung lagi berapa kali. Yang blo'on, saya masih aja sering kaget. Mbok ya, belajar dari pengalaman gitu, lho maaak! Punya anak usil itu harus waspada 24 jam. -_- 


Pernah sekali waktu, saya lagi anteng banget kerja di meja makan. Saya taunya Safina lagi main di lantai atas sama si mbak. Suasana sepi. Tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang menjalar pelan di betis saya. Spontan saya menjerit kenceng banget dan nendang bawah meja. Wuastagaaah, jantung rasanya mau puput. Tekanan darah langsung ngedrop, lemes total, jendral! Terus kedengeran suara ketawa cekikikan dari kolong meja. Anak jail itu lagi ngikik-ngikik di sana. Untung gak ketendang tu anak. Langsung saya sidang, becanda boleh tapi jangan keterlaluan. Kalau mukanya yang ketendang tadi, kan berabe. :( Dan wakti-wanti paling utama adalah, "Don't ever try to prank Atuk, Jidah and Kakek! Got it?" 

Dia ngerti sih dibilangin. Tapi hasrat jahilnya kayanya gak bisa dibendung, terutama sama kita sekeluarga di rumah (termasuk si mbak, sering jadi korban juga). Kirain makin gede, bakal makin berkurang. Yah, seenggaknya mulai belajar pencitraan gitu, kek. Ternyata tidak! 


Itu baru keisengan dia ngerjain kita di rumah. Belum lagi kalau dia mulai nanya-nanya kritis tentang sesuatu yang kayanya sebenernya sepele, tapi entah kenapa sampai di dia, ada aja yang ditanyain dan bikin saya mingkem, bingung cari jawabannya.

Konon, anak model Safina gini dikategorikan sebagai anak yang tingkat kreativitasnya agak sedikit di atas anak-anak seusianya pada umumnya. Dan menghadapi anak kreatif memang gak bisa sama dengan menghadapi anak yang normal pada umumnya. Harus bisa cari jalan lain untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya gampang buat dijelasin. Karena biasanya mereka punya perspektif beda dari kebanyakan orang. 

Contohnya kemarin, saya lagi coba ngajarin dia tentang apa yang harus dilakukan kalau ada orang asing yang membujuk untuk ikut.

"What would you do if a stranger pull your hand and make you come with him or her?"
"Wait. Is the stranger a guy or a woman?"
"It could be a guy or a woman. A stranger is someone you don't know."
"I know that!"
"Then? What would you do?"
"Run!"
"And scream so people will help you, OK?"
"Wait. People who help me, do I know them?"
*perasaan mulai gak enak*
"Maybe no. Just scream so people near you can help."
"But, if I don't know them, then they're also strangers, right?"


Atau lain hari dia juga pernah nanya ke saya soal kosmetik. 

"Double Wear All Day Glow. Why does it say Glow?"
"Because it makes your face glowing."
"IN THE DARK?! AWESOME!"
Yakale, muka mamakmu bercahaya dalam kegelapan. Macam senter. -_-

Mungkin ya, mungkin lho, ini genetik juga kali, yak? Tapi bukan dari saya, ah. Pasti dari bapaknya, nih! Jadi inget tiga tahun yang lalu, waktu saya baru menang lomba blog ASEAN, pak suami ngomong, "Wah, hari ini patut kita rayakan!" Saya udah GR, mau merayakan kemenangan saya, tapi pura-pura nanya, "Merayakan apa?" Terus dijawab, "Merayakan harga pete turun!" Heu euh, suamiku pemuja pete. -_- Kalau sama saya, mungkin kesamaan Safina itu ada di tukang tidurnya. :p



Safina sering juga nunjukin trik aneh-aneh kayak di video ini. Dapet dari mana? Dari mana lagi kalo bukan dari Youtube. Hahhaha. Yang ini sukses bikin saya ngakak njengkang. 




Tapi alhamdulillaah, Safina pernah juga kena dikerjain sama bapaknya. Lah, kok alhamdulillaah? Hahaha. Abis kocak, jarang-jarang kena dikerjain tu anak


Enihouw, walaupun challenging banget punya anak kritis, kreatif dan dudul kayak si Safina ini, tapi gak bisa dipungkiri, jadi obat awet muda banget. Sumber bahan ngakak semua orang di rumah selalu dari dia. Walaupun kadang suka bikin kesel abang sama mbak-nya karena usil, tapi beneran deh, gak-ada-loe-gak-rame banget ni anak. :v 

Saran saya buat mamah-mamah muda cantik kayak saya di luar sana, yang punya anak model-model Safina gini, jangan kalah kreatif. Banyak belajar dan latihan biar trampil ngeles kalau kepepet. Hiyahahaha. Dan yang paling penting, nikmatilah keisengan anak, karena itu obat awet muda paling manjur. :v

Sebagai penutup, ini keusilan terbarunya yang sukses bikin saya dan mbaknya jerit-jerit karena dia lempar-lemparin ke kita. Hiiiiyyyyyh!!!! >.<






Selasa, 06 September 2016

Lettering Service: Mirror Lettering di Casa 19 Cilandak

Assalamu'alaikum.

Balik lagi, ini catatan kegiatan lettering service saya. Bulan lalu saya dapat kesempatan untuk mencoba media baru untuk lettering, yaitu di cermin, setelah sebelumnya chalk lettering di tembok cafe Ruangopi. Ami, pemilik rumah kost/penginapan di Cilandak menghubungi saya untuk minta cermin di dapurnya diberi sentuhan lettering. Tadinya saya agak ragu nerima, karena belum pernah coba lettering di cermin sebelumnya. Tapi, ya balik lagi, Emak Gaoel pantang dikasih challenge. Langsung ngubek-ngubek internet, cari tutorial dan referensi. Hihihi.


Setelah dapat beberapa tips, trik dan tutorial, cermin di rumah pun jadi korban percobaan. Beli beberapa jenis cat dan marker yang direkomendasikan oleh beberapa artist mural dan lettering, lalu mulai deh coret-coret di kaca dan cermin rumah. Wah, seru. Wkwkwkwk.


Setelah beberapa kali percobaan dan menemukan alat tempur yang menurut saya paling cocok, baru deh saya berani ke tempat Ami untuk menggarap cermin dapur yang ukurannya lumayan banget, sekitar 1,5 m x 1 m. Sebelumnya di rumah saya udah urek-urek sketsa dulu di kertas. Ami udah kasih quote yang dia inginkan sejak lama emang. Yang bikin rada ribet itu justru bukan masalah teknisnya, melainkan masalah jarak dan cari waktu yang pas. Maklum yah nek, Bekasi - Cilandak itu kalo lagi betingkah bisa kayak New York - Madagaskar. -_-



Peralatan tempur untuk mirror lettering di Casa 19 Cilandak ini lumayan agak ribet. Karena saya masih artist pemula, saya belum punya yang namanya proyektor. Kalau ada proyektor sebenarnya membantu banget, supaya saya bisa langsung eksekusi media vertikalnya (cermin). Berhubung gak pake proyektor, saya harus menyalin sketsa saya ke cermin dengan menggunakan skala. Bayangin ribetnya. Penggaris panjang, cat akrilik, kuas, marker putih, alkohol, thinner, kain lap bersih sampai kapas, semua dibawa ke Cilandak sebagai alat tempur.


Modal utama lettering di dinding, cermin atau media yang letaknya vertikal begini sebenarnya adalah stamina. Pegel, bo! Apalagi kalau letaknya agak tinggi. Sebenarnya bisa diakalin dengan melepas cermin dahulu. Tapi sama aja pegelnya ngerjain di lantai atau di tembok. So, ngapain menambah keribetan lagi dengan bongkar pasang cerminnya, kan? ;) 


Langkah awal adalah membersihkan cermin dengan sapuan alkohol. Berhubung kaca ini letaknya di dapur yang lembab, ternyata udah agak jamuran di bagian pinggir. Saya gak siap dengan kemungkinan itu, jadi gak bisa diapa-apain juga itu jamur. Dihapus pakai alkohol pun nggak mempan. Pake apa ya kalau mau membersihkan jamur di kaca itu? #nanya


Setelah cermin bersih mulai deh saya ukur-ukur skala pakai penggaris, bikin outline huruf, menebalkan huruf, menggambar ilustrasi baru finsihing. Alhamdulillaah, kemarin itu bawa asisten (adik saya), jadi agak ketolong urusan yang manjat-manjat dan bersih-bersihin cerminnya. Hehehe. Total waktu mengerjakan cermin ukuran segitu (termasuk break setengah jam) sekitar 5 jam. Mayan. #pijetpunggung 


Sebenarnya saya masih deg-degan gak tau hasilnya bakal kayak gimana waktu lagi ngerjainnya. Masih belum keluar visualisasinya di otak saya. So, ketika semua selesai, saya juga ikutan norak lihat hasil kerja sendiri. Eh, ternyata cermin cakep juga ya kalau dikasih lettering/mural. Hihihihi . Tapi bukan nggak ada kendala waktu mengerjakannya. Karena cermin itu ngasih bayangan, jadi kadang ukuran bisa nggak precise karena "tertipu" bayangan di cermin. Lumayan buat olahraga mata. 


Bottomline, for first attempt, I'm happy with the result. The most important thing, Ami and her hubby are also very happy. Walaupun belakangan Ami request tambahan sentuhan warna hitam. Tapi Ami bilang sendiri kalau dia puas. Thank you Ami, for trusting me with this project. Seneng banget karya saya bisa ikut mejeng di rumah cantik itu. Asli, rumahnya keren banget. Love it! 

Buat teman-teman yang pengen rumah atau tempat usahanya saya coret-coret, kontak saya aja via email, FB atau IG, ya. 

Senin, 05 September 2016

Women's Project, Kiprah Empat Macan Ternak

Assalamu'alaikum.

Mulai akrab dengan istilah "Macan Ternak"? Mama Cantik Anter Anak Sekolah? Aish, saya juga udah lama klaim kalau saya masuk dalam golongan ini. Tiap hari mondar-mandir rumah, sekolah, tempa les, minimarket, toko buku de el el de es be. Soal cantik, ya relatiplah, ya. Tergantung tingkat kepede-an si mamak. Hahaha. Yang jelas, mama-mama tukang anter anak tiap hari itu jangan dianggep remeh potensinya.


Contohnya empat teman saya ini. Mereka (Ila, Elga, Dewina dan Diana) adalah empat orang mama yang setiap hari nganter anak ke sekolah dan kadang nungguin anak-anaknya di sekolah. Emak-emak kalau nungguin anak di sekolah tuh ngapain, sih? Buang-buang waktu amat? Yoih, miring bener itu yang punya pendapat kayak gitu. Saya pribadi, udah lama punya pendapat kuat soal mama-mama "tukang nungguin anak di sekolah ini: "Jangan pernah meremehkan potensi perempuan, apalagi kalau udah ngumpul lebih dari dua orang. Big things can happen. Just wait!" 


Ila, Dewi, Elga dan Diana contoh nyatanya. Setelah akrab selama beberapa bulan di sekolah sambil nungguin anak, mereka mulai berpikir untuk melakukan sesuatu yang bisa memanfaatkan waktu menunggu anak-anak di sekolah, bermanfaat buat diri sendiri, plus bermanfaat buat orang lain. Terwujudlah yang mereka namakan Women's Project


Basically, Women's Project ini adalah rintisan usaha mereka berempat di lini muslimah fashion. Untuk saat ini mereka masih berkutat di hijab. Jualan jilbab? Yaelah, biasa banget! Ngik, jangan buru-buru mencibir. Women's Project ini judulnya memang digawangi oleh 4 ibu-ibu, tapi mereka sangat terorganisir dan memiliki plan untuk setiap langkah. Masing-masing, sejak awal sudah punya bagian yang harus mereka pegang dengan serius. Ila dan Diana fokus mengurus fashon side dari Women's Project, mulai dari mencari bahan, memilih warna, menciptakan model hijab sampai belanja ke sana ke mari. Elga fokus memegang semua urusan social media dan online Women's Project. Dan Mbak Dewina kebagian tugas di bagian produksi alias berurusan dengan para penjahit dan mengawasi proses pengerjaan agar hasilnya berkualitas.


So, jadi macan ternak bukan berarti nggak bisa bikin sesuatu yang keren, ya. Buktinyaaa, saya udah coba beberapa produk shawl dari Women's Project. Tiap potong hijab dijahit dengan sangat rapi. Potongan yang rapi, bahan yang memang pilihan dan juga ukuran yang nggak pelit, alias lebar. Tiap beberapa periode mereka selalu rembug-an untuk mencari sesuatu yang baru lagi untuk diproduksi. Yang bikin tambah kagum sama mereka, semua diawali dengan modal pas-pasan, dan sekarang mereka sudah mulai punya beberapa pekerja (penjahit dan tukang potong bahan). Terharu mendengar cerita kalau mereka bisa juga memberi manfaat buat orang lain, memberi lahan pekerjaan untuk yang memiliki keahlian tapi kurang mendapat kesempatan. 


Bocoran aja, akun IG Women's Project sekarang lagi ngadain giveaway supaya bisa mendapat ekpose lebih banyak di social media, terutama Instagram. Buruan, yang doyan gratisan, ikutan. Cuma sampai tanggal 8 September. Siapa tau beruntung, bisa ikut eksis kece pake jilbab produksi para macan ternak ini. Hihihihi. Oh iya, akun IG mereka nggak melulu jualan hijab, kok. Kalau mau dapet inspirasi tutorial memakai hijab berbagai model, juga ada. Selain itu, mereka juga selalu post kegiatan mereka dalam menjalankan bisnis, misalnya waktu lagi rempong belanja kain, atau waktu lagi meeting di sela-sela waktu menunggu anak di sekolah. Jadi seru aja ngikutiinnya. ;)