ABOUT ME

Senin, 27 April 2015

Sponsorship untuk Blog Personal

Assalamu'alaikum.

Alhamdulillaah, lomba Selfie Story kemarin sudah selesai. Saya mau bilang makasih dan maaf yang sebesar-besarnya kalau dalam pelaksanaannya ada banyak kekurangan. Soalnya baru tiga kali ngadain lomba blog (lumayan) gede gini dan gandeng sponsor brand besar. Speaking of sponsor, blogpost ini adalah dalam rangka memenuhi janji saya sama beberapa teman yang nanya di balik layar seputar gimana caranya sih bisa dapet sponsor untuk blog kita (blog personal).

Siap mendengar penjelasan dari sayah? #dilindesonthel

Seperti biasa, saya nggak bakat jadi guru. So, saya nggak mau ngajarin apalagi kasih teori. Saya share aja pengalaman seputar sponsorship ini. Semoga bisa diadaptasi dan dimodifikasi sesuai kreatifitas. Dengan sentuhan usaha, doa dan keberuntungan, mungkin banget teman-teman bisa dapat sponsor untuk blognya lebih keren dari saya. Da' saya mah ... (Udah, mak! Itu udah basi!) Okesip.

Pada jaman dulu kala ....

Emak Gaoel tidak sengaja berkenalan dengan seseorang dari sebuah perusahaan provider dan produsen telekomunikasi melalui event Social Media Festival. Dari sana semua bermula. Saya sendiri orang yang percaya tahayul kalau makin banyak kenal orang, makin banyak rejeki. Apa pun bentuk rejekinya, dan kapan pun Tuhan punya mau memberikan rejekiNya, saya nggak usah tunggu-tunggu. Yang penting tambah terus teman dan jalin hubungan baik. Mari kita mulai dari sana.

1. Mengenal orang/pihak yang tepat.

Saya punya keyakinan yang selalu saya pegang sampai saat ini, Tuhan mengirimkan orang-orang ke dalam kehidupan kita untuk alasan-alasan tertentu. Kadang mereka datang dengan cara yang tidak biasa. Kadang kemunculan mereka seperti tidak ada artinya dan hanya lewat begitu saja di depan kita. Mulai deh kenalan dengan banyak orang. Banyak ngobrol sama siapa aja. Mama saya punya satu kebiasaan yang sejak bebeapa waktu yang lalu saya contek. Setiap beliau keluar rumah, Mama selalu mencanangkan sedikitnya berbicara dengan 10 orang yang ditemuinya. Bisa sekedar menyapa, bertanya apa kabar sampai ke hal-hal yang lebih serius. Tanpa memilih siapa orang tersebut, pokoknya mulai berkomunikasi.

Kerja sama saya dengan sebuah perusahaan provider telekomunikasi selama ini dimulai dari kegiatan Social Media Festival 2012. Waktu itu Kampung Fiksi akan mengisi acara di sana. Mbak Nuniek sebagai salah satu panitia penyelenggara menghubungi saya, menyambung ketertarikan pihak provider tersebut untuk menjalin kerja sama dengan Kampung Fiksi. One thing lead to another, sampai sekarang hubungan itu terus berlanjut. Thank you, Mbak Nuniek! ^_^


Kenapa akhirnya bisa jadi kerja sama dengan blog personal saya? Itu jawabannya panjaaang dan lamaaa, dan ujung-ujungnya adalah menjaga hubungan baik. Kalau kira-kira udah lama nggak tegur sapa via e-mail, saya nggak sungkan-sungkan kirim e-mail yang isinya cuma nanya apa kabar. Dengan begitu, mereka juga bisa dapat notifikasi kalau "Hey, iya ya, kan kenal sama dia selama ini." Anggap aja mereka sibuk, dan kita mengingatkan kalau hubungan ini masih ada. *apalah apalah*

2. Punya modal.

Kalau udah dapat satu nama orang yang bisa dihubungi untuk mengajukan permohonan sponsorship, saatnya mereview ulang Strength yang mau kita ajukan ke mereka. Ibaratnya, mau ngajak bisnis bareng, modal gue ini. Untuk kerja sama dengan blog tentu benefit yang ingin didapat sponsor umumnya adalah trafik tinggi yang mengarah ke website mereka atau yang memberi buzzing signfikan di event yang sedang mereka adakan.


Aku pernah diketawain sama seleb blogger yang keren banget gara-gara suka ngecek Klout Score. Beda kebiasaan sih, dia di langit, aku di sawah. :(
Kebiasaan saya (mungkin buat beberapa blogger keliatan "malesin" banget) selama ini, dalam periode tertentu mendokumentasikan statistik blog (trafik harian, mingguan, bulanan), Klout Score, Alexa Rank, dll. It will become handy one day. 

Saat pengajuan draft proposal, dokumentasi statistik tersebut bisa kita sertakan sebagai "modal" untuk "merayu" pihak calon sponsor agar mau kerja sama.

Jadi, ada nggak ada job, ada nggak ada lomba, ada nggak ada event, update dan blogwalking aja seperti biasa. Supaya "modal" kita sebagai blogger bertambah terus. Suatu saat diperlukan, bisa langsung digunakan.
3. Kenali profil calon sponsor.

Jangan main asal tabrak kirim proposal karena melihat calon sponsor adalah perusahaan besar. Main point dari sponsorship adalah benefit. Kalau mereka tidak melihat benefit yang bisa kita tawarkan untuk mereka, jangan harap proposal dilirik. Apalagi, kalau profil tidak sesuai atau nggak nyambung. Misalnya, food blogger mengajukan proposal sponsorship ke perusahaan otomotif. Sebisa-bisanya ngarang benefit yang kita tawarkan, mereka akan berpikir berulangkali untuk kerja sama. Background udah beda, jek. Ibarat pedekate, udah ilfil duluan karena bukan tipe-nya. 
 
4. Punya konsep yang kreatif.

Kelanjutan dari mengenal profil calon sponsor adalah kreatif mengolah apa yang kita punya dan apa yang mereka punya menjadi sebuah konsep kolaborasi yang menarik untuk mereka.

Waktu mengadakan Lomba Blog Semangat Berbagi Blog Emak Gaoel, saya mengamati dengan seksama timeline Smartfren. Bulan itu adalah bulan Ramadhan dan Smartfren sedang melancarkan campaign #SemangatBerbagi. Nggak pake tunggu lama (karena keburu lewat nanti moment-nya), saya segera menyusun draft proposal untuk membuat lomba blog yang mendukung campaign mereka. Langsung approved! Karena sejalan dengan campaign mereka dan konsep yang saya usung kreatif. *uhuk*

Begitu juga waktu mengadakan Lomba Smart, Gaul dan Kreatif. Moment-nya waktu itu, Smartfren baru saja meluncurkan seri Andromax yang mereka beri tagline sebagai Fun and Smart Gadget. Konsep lomba yang saya tawarkan sejalan dengan tagline produk baru mereka. Kirim draft proposal, langsung approved.

Yang paling gres, Lomba Selfie Story kemarin. Saya mengamati, Smartfren lagi gencar-gencarnya membidik market orang-orang penyuka selfie lewat beberapa produk baru mereka yang mengangkat fitur kamera depan yang kece buat selfie-an. Sempat beberapa lama mikir, lomba apa yang beda? Lomba foto selfie udah biasa dan banyak. Maka saya muncul dengan konsep lomba menceritakan kisah di balik foto selfie. Moment-nya pas banget. Nggak pake lama, proposal disetujui. 

5. Proposal yang kuat.

Ngomongin proposal, proposal, proposal mulu dari tadi. Kayak gimana sih cara bikin proposal itu? Jadi gini, ingat poin pertama tadi, kenal dengan orang yang tepat. Udah dapat jalurnya, siapkan draft proposal. Draft ini masih berbentuk kasar aja, karena baru berupa tawaran untuk kerja sama.

Inti dari isi draft proposal mengacu kepada konsep sponsorship tadi, benefit. Cantumkan di sana bentuk kegiatan yang kita tawarkan, apa benefit yang akan mereka dapatkan, cantumkan kekuatan blog kita, dan berikan target yang menarik. Contohnya, di lomba Selfie Story kemarin saya sok berani ngasih target jumlah peserta 50 orang. Ketar-ketir juga sebenernya, takut nggak tercapai. Tapi bismillaah ajalah. Alhamdulillaah, melampaui target.

Selain target, uraikan juga secara singkat, kewajiban kita yang menguntungkan mereka. Contoh: kita wajib nge-twit campaign mereka sebanyak beberapa kali selama periode kerja sama berjalan. Itu keuntungan buat mereka.

Dalam draft proposal juga cantumkan apa yang kita harapkan dari mereka. Usahakan keduanya tampak seimbang. Jangan sampe mereka meringis melihat kita nawarin ngadain lomba blog (misalnya) tapi statistik blog sendiri cuma dapat pv harian di bawah 100. Terus kita janjikan akan bisa menjaring peserta sebanyak 200, sedangkan followers blog nggak sampai 20. Ingat modal yang saya bahas di poin sebelumnya. Nah, "hitung" modal kita dan minta imbalan yang seimbang. Kalau kita jujur sama diri sendiri sih, biasanya permintaan kita akan seimbang. Minta 3 buah henpon untuk hadiah lomba, insya Allah dikasih-kasih aja sama sponsor kalau memang dinilai seimbang.

Ajukan draft sponsor ke orang yang kita kenal di sana. Biasanya kalau kira-kira proposal bisa disetujui, orang tersebut akan menghubungi kita lagi  untuk membuat proposal dalam bentuk slide presentasi dengan semua printilan pelaksanaan kegiatan yang lebih detil.
6. Pelaksanaan yang rapi.

Setelah proposal disetujui, usahakan jalannya event yang kita selenggarakan jauh dari kekacauan dan kesalahan yang mengganggu. Misalnya, peserta yang gagal paham dan bertanya langsung ke pihak sponsor, padahal harusnya cukup melalui kita sebagai penyelenggara. Ini bisa mengganggu mereka, dan membuat mereka berpikir ulang untuk kerja sama lagi di masa yang akan datang. Kalau saya, sebisa mungkin, untuk urusan printilan itu tidak melibatkan sponsor. Biar mereka dapet mention-nya aja. Bagian sibuknya ekeh. Aku rapopo. Hahahaha.

Satu lagi, kadang perlu juga untuk "terampil" memberikan sesuatu tanpa diminta atau melebihkan dari yang diminta, nantinya akan ada balasannya. Anggap aja bonus. Kalau mereka senang, mudah-mudahan di masa yang akan datang kita juga senang. Hehehe.


7. Post-event.

Begitu kegiatan selesai dilaksanakan, bukan berarti usai sudah hubungan ini. *halah* Kalau bisa, setting pertemuan dengan sponsor untuk evaluasi. Akan lebih bagus lagi kalau inisiatif datang dari kita, menunjukkan kalau kita serius menggarap kerja sama ini. Yang udah-udah sih, sponsor biasanya adalah pihak yang nggak mau terlalu ribet. Diajak meeting, biasanya malah cuma minta laporan aja via e-mail. Hihihihi. Tapi bukan berarti mereka nggak appreciate ajakan untuk menge-evaluasi.

Kalau evaluasi via e-mail, diskusi aja, apa yang menurut mereka kurang dalam pelaksanaan kegiatan kemarin, lalu berikan alasan kuat kenapa itu bisa terjadi. Intinya, pada poin ini, kita sedang menabung kesempatan untuk bekerja sama lagi di kemudian hari. 

8. Laporan yang rapi.

Buatlah laporan yang rapi dan mengacu kepada proposal yang sudah kita ajukan sebelumnya. Target di proposal, apakah tercapai atau tidak. Kewajiban-kewajiban kita, apakah ditunaikan dengan sempurna? Benefit yang kita janjikan untuk para sponsor, apakah sudah dilakukan semua? Buat selengkap mungkin dan sekreatif mungkin. Saya biasa membuat laporan dalam bentuk slide. Pake acara slide warna-warni segala. Hahaha. Udah ciri khas, soalnya. *ulas gincu pink*


9. Etika mencari sponsor ala Emak Gaoel (Bonus).

Ini penting banget. Saya sering ditanya, siapa contact person yang bisa dihubungi untuk mengajukan sponsorship ke perusahaan yang sebelumnya pernah kerja sama dengan saya. Jujur, nggak semua saya kasih tahu. Saya pilih-pilih banget. Karena ini bisa menyangkut hubungan saya dengan mereka juga. Contohnya gini, dulu waktu KEB mengadakan gelaran Srikandi Blogger yang pertama, saya mupeng juga pengen bisa kerja sama dengan sponsor acara tersebut. Bisa aja saya nanya ke salah satu makmin yang sudah saya kenal baik. Tapi saya urungkan niat itu. Karena saya sendiri tahu kalau saya belum punya apa-apa untuk ditawarkan ke mereka. Saya belum punya modal, belum punya konsep. Bisa jadi saya akan buat malu makmin yang memberi nama contact person tersebut, kalau ujug-ujug saya ngirim e-mail ke mereka yang isinya, "Saya mau mengajukan prosposal kerja sama. Saya dapat nama anda dari makmin KEB." Siapa elu? Ya, kan? Balik lagi, deh. Apa-apa sebaiknya jangan short-cut. Lebih baik kenal baik dulu, baru cari-cari selah untuk mengajukan kerja sama. Kalau model kenal calon sponsor pake acara potong kompas begitu, saya mah yakin, hubungan juga nggak akan berlangsung lama. 

Hokeh, kayanya udah semua. Mudah-mudahan mencerahkan. Kalau ada yang mau ditanya atau ditambahkan, mangga atuh. Tengkyu. 

Sabtu, 25 April 2015

Pemenang Lomba Blog Selfie Story Contest

Bismillaah. Assalamu'alaikum.

Sudah beberapa kali menggelar lomba blog dan give away, baru kali ini saya pusing setengah ampun menentukan pemenang. Menggandeng Dzulfikar dan Kang Benny jadi bala bantuan pun, malah tambah galau. Hahahaha. Kami bertiga sepakat, tulisan peserta (terutama yang masuk 50 besar) semua bagus. Seminggu lebih kami bertiga ngulik-ngulik tulisan mereka dari berbagai sudut. Sampai akhirnya bisa menentukan 3 pemenang, dalam hati ada sedikit rasa nelongso, karena tidak bisa memenangkan semuanya, padahal selisih nilai benar-benar tipis sekali. 


Saya hanya berharap, semoga kisah-kisah inspiratif yang teman-teman tulis dalam rangka untuk ikut Lomba Selfie Story ini juga diniatkan untuk berbagi, sehingga menang atau pun tidak, setidaknya sudah memberikan manfaat dan pelajaran bagi yang membacanya. Pada akhirnya, soal rejeki ada di tangan Allah. Kami bertiga hanya berupaya semaksimal mungkin untuk mengantarkan rejeki tersebut ke tangan mereka yang berhak mendapatkannya. #usapaermata

Terima kasih sebesar-besarnya untuk 163 peserta yang ikut lomba ini dan antusias sekali membagikan informasi seputar lomba. Semoga, dengan banyaknya peserta lomba kali ini, membuat pihak sponsor bersedia meneruskan kerja sama ini. Kan enaak, bisa sering-sering ngadain lomba. Hihihihi.

Saya banyak belajar saat menilai tulisan para peserta. Banyak mengenal teman baru. Banyak menangis dan banyak tertawa. Dan banyak terpana juga melihat hal-hal unik yang diangkat sebagai cerita di balik foto selfie mereka. Saya pribadi tidak pernah menilai selfie sebagai sesuatu yang negatif. Ada usaha di balik sebuah selfie. Ada kisah yang tidak bisa kita tebak di balik sekumpulan orang yang tampak bahagia dalam selfie. Kalau tidak diceritakan, kadang prasangka membuat selfie tampak hanya sebagai ajang narsis. Semoga lewat lomba ini, cara berpikir kita terbuka untuk tidak terlalu mudah meluncurkan prasangka buruk.

Kita bisa memilih untuk mengira di balik sebuah selfie dengan latar pantai yang indah sebagai: tukang pamer atau kegigihan seseorang menabung untuk bisa pergi berlibur ke sana. 

Kita bisa memilih untuk mengira di balik sebuah selfie sekumpulan anak sekolah berseragam sebagai: anak-anak korban social media atau sekumpulan anak muda yang sedang berjuang dalam pendidikannya. 

Kita bisa memilih untuk mengira di balik sebuah selfie seorang BMI di tengah keramaian sebagai: BMI yang kebanyakan gaya atau BMI yang sedang berbahagia karena mendapatkan ijin majikannya untuk bisa menunaikan Sholat Ied. 

Kita bisa memilih untuk mengira di balik sebuah selfie sekumpulan mahasiswa Indonesia dengan latar salju berguguran sebagai: mahasiswa kaya yang sedang bersenang-senang di luar negeri atau usaha kerasnya meraih beasiswa untuk bisa belajar di sana.

Kita bisa memilih untuk mengira di balik sebuah selfie pasien di rumah sakit sebagai: narsis akut sampai-sampai lagi sakit pun masih selfie atau sebuah usaha menekan kekhawatiran dengan cara merekam senyum di balik kesakitannya.

Semua pilihan. Yang bisa menghindarkan kita dari berprasangka buruk hanyalah meluangkan waktu untuk lebih banyak mendengar dan membaca.

Eh, kelamaan, deh. Tanpa mengurangi rasa takjub dan terima kasih saya kepada semua peserta lomba, ini dia 3 pemenang hadiah utama Lomba Selfie Story berupa 3 Windows Phone Ascend W1:

Aulia Gurdi


Tanti Amelia


Echa


Dan berikut adalah 3 pemenang yang berhak mendapatkan merchandise dari Smartfren:

Olive Bendon


Wylvera Windayana


Susi Sukaesih


Dan 1 peserta yang juga berhak menerima merchandise dari Smartfren karena isi tulisannya yang kreatif walaupun tidak masuk dalam Top 50:

Sally Octoveny
(Orang mah nyeritain siapa dan apa di foto selfie mereka, Sally kreatff sendiri ngasih tips berfoto selfie supaya hasilnya maksimal. Dia mah gitu orangnya. Hahahaha!)



Selamat untuk semua pemenang. Terima kasih untuk semua peserta. Tetaplah berbagi inspirasi. Percayalah, kami berusaha sekuat tenaga untuk memberikan hasil yang seadil-adilnya, menilai dari semua kriteria dan aspek penilaian dan melepaskan kepentingan mau pun kedekatan internal. Pada akhirnya, kami tidak bisa menyenangkan semua pihak, karena hanya ada 3 pemenang yang bisa dipilih. Mohon dimaklumi, keputusan kami tidak bisa diganggu-gugat. Semoga kita bisa jumpa lagi di lomba-lomba selanjutnya. Doain ajaa rejeki saya lancar. Aamiin. Hihihihi.

Btw, untuk peserta yang masuk Top 50, siap-siap, ya. Kayanya masih ada kejutan lanjutan. Semoga lancar. ;)

Dan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Smartfren dan dua juri yang sudah saya seret-seret ikutan galau. Kerja sama yang menyenangkan sekali.

Catatan: Kepada semua pemenang, mohon mengirim e-mail data diri, alamat, no. HP dengan subyek: Pemenang Selfie Story ke selfiestory48@gmail.com.


Kamis, 23 April 2015

Melawan Takut untuk Lebih Banyak Berbagi

"I think fearless is having fears but jumping anyway."

Kalimat tadi membawa saya ke tahun 2011, saat saya #BeraniLebih melawan rasa takut saya untuk sebuah alasan kuat. 

Alkisah, sekumpulan perempuan sedang hopeless mencari jalan untuk mendapatkan sejumlah dana agar bisa mendistribusikan buku untuk anak-anak tidak mampu di hampir seluruh Indonesia. Kegiatan ini adalah kegiatan mandiri, mereka harus memutar otak mecari jalan keluar.

Pengalaman pertama saya #BeraniLebih melawan takut bicara di depan orang banyak (Workshop Menulis Kampung Fiksi, 2011).

Kesepakatan didapat, karena para perempuan desperate ini tergabung dalam komunitas menulis, maka muncullah ide untuk mengadakan pelatihan menulis berbayar. Masalah lain muncul. Siapa yang akan menjadi pembicara? Tidak ada satu pun dari mereka yang punya pengalaman menjadi pembicara sebelumnya. Waktu semakin sempit, harus ada yang berani melempar diri ke tengah api agar bisa tetap menyala. Terpilihlah satu perempuan untuk menjadi pembicara, dan itu adalah saya.

Sejujurnya, saya tidak tahu apa yang sedang saya lakukan. Waktu itu pengalaman menulis saya baru sejauh menerbitkan satu buah novel. Bicara di depan umum? Not to mention, memberi pelatihan? Are you kidding me? Tapi kembali lagi, kami sedang putus asa. Kami butuh dana tersebut secepatnya. 

Seminggu menjelang hari H, keraguan saya makin besar. Rasa takut menjelma menjadi beberapa keluhan fisik. Sakit perut, masuk angin, gangguan maag, insomnia, you name it. Satu hal yang saya tahu, sudah tidak mungkin berbalik arah dan kabur karena kami menggandeng sponsor. Ada tanggung jawab besar di sana. Satu-satunya pilihan adalah, saya harus #BeraniLebih melawan rasa takut saya berbicara di depan banyak orang. 

Hari yang (tidak) saya nantikan tiba. Langkah saya seperti melayang. Suara-suara di sekitar saya seperti dengungan serangga. Otak saya bahkan seperti membeku, tidak mampu memproses informasi paling sederhana sekali pun. Do'a saya hanya satu; semoga saya tidak jatuh pingsan di depan 40 peserta pelatihan hari itu.

Dua jam kemudian, pelatihan usai. Keringat membanjiri sekujur tubuh saya. Suara saya nyaris tak terdengar di awal pelatihan. Dengan polosnya saya mengakui kepada semua peserta pelatihan kalau saya grogi setengah mati. Kejujuran saya ternyata menjadi ice breaker yang menolong saya menyelesaikan pelatihan dengan lumayan baik. Saya belajar banyak hari itu. Tak mudah ternyata berdiri di depan banyak orang. Bukan hanya perkara berbicaranya. Tapi tanggung jawab besar yang mengikutinya. Apa kata dunia kalau si pemberi materi pelatihan ternyata tidak mampu melakukan apa yang sudah dia ajarkan kepada orang lain? 

Hari itu adalah titik balik hidup saya sebagai seorang penulis dan juga landasan rasa percaya diri yang mulai saya bangun setelahnya. Saya mulai lebih rajin menulis dan berusaha lebih berani mengungkapkan pendapat di depan orang banyak. 

Pengalaman didapat dari perjalanan. Saya mulai berani menerima tawaran untuk mengisi seminar dan workshop. Setiap itu, selalu ada pelajaran baru yang saya dapatkan. Setiap itu, selalu tumbuh keyakinan baru dalam diri saya. Dan setiap itu juga, saya kembali ke hari pertama menjadi pembicara. Andai waktu itu saya memutuskan untuk tidak #BeraniLebih melawan rasa takut saya, tentu tak seperti ini perjalanan hidup saya. 

Wawancara dengan Alinea TV.

"I think fearless is having fear but jumping anyway." (Taylor Swift). Karena takut dan berani hanya dipisahkan oleh sebuah garis tipis yang menunggu untuk dilewati.

 Mengisi Workshop Dari Cerpen Menjadi Film di Social Media Festival.


 Memberi laporan pendistribusian buku saat Launching Buku Peri-peri Bersayap Pelangi (Newseum, Jakarta).


 Sharing seputar blogging di acara Smartfren Media Gathering.


 Mengisi kelas Akademi Berbagi Bekasi.


Sharing pengalaman menulis saat launching novel Macaroon Love.

Menjadi pembicara di Annual English Seminar, STBA Pranoto, Bekasi.


Facebook: Winda Krisnadefa
Twitter: @windakrisnadefa
Google +: Winda Krisnadefa
Instagram: @emakgaoel
Fanpage FB: Emak Gaoel 


Rabu, 22 April 2015

Pulau Bidadari, Pulau Cantik 20 Menit dari Jakarta

Assalamu'alaikum.

Untuk warga Jakarta mepet (baca: Bekasi) seperti saya, wisata ke pantai bisa dibilang cuma bisa diterjemahkan ke dalam satu kata: Ancol. Dari kecil sampai punya anak kecil sekarang, kalau mau piknik ke pantai, tujuannya cuma satu, Ancol. Masalahnya, pantai di Ancol bisa dibilang udah kehilangan hampir semua aspek pantainya. Airnya kotor, warna pasirnya juga butek dan penuh sampah dan ramainya luar biasa. Susah ngebayangin saya bisa rebahan cantik ala model Victoria Secret pakai bikini kalau begini kondisi pantainya. (Yeah, nggak di mana-mana, tetep aja susah sih ngebayangin loe jadi model Victoria Secret, mak!).







Selalu mupeng kalau lihat foto teman-teman yang tinggal di daerah atau yang sedang berkunjung ke kota lain. Kayaknya kok gampang banget nemuin pantai cantik berpasir putih. Siriik. Kapan saya bisa menikmati suasana pantai yang sesungguhnya? Kapaaan? *jeritan hati orang jarang piknik*

Alhamdulillaah. Jeritan hati saya didengar Tuhan lewat undangan Vlogger Gathering dari VIVA Log beberapa hari yang lalu. Saya dan 39 teman Vlogger lainnya diberi kesempatan untuk menikmati wisata One Day Trip ke Pulau Bidadari Eco Resort. Senaaang! Senaaaang! 



Jam 6 pagi saya dan dua teman Vlogger dari Bekasi sudah sampai di area Marina Ancol. Sambil menunggu kedatangan teman-teman yang lain, iseng-iseng saya mengamati suasana dermaga yang baru pertama kali saya datangi itu. Banyak kapal speed boat dan yacht bersandar. Beberapa berlabel Pulau Bidadari. Tidak jauh dari tempat kami menunggu, ternyata ada kantor kecil tempat pemesanan tempat untuk ke Pulau Bidadari. Tempat parkir mobil pun luas dan relatif tampak aman. Khusus tempat parkir mobil ini, menjawab pertanyaan saya, "Apakah aman meletakkan mobil di area dermaga Ancol selama kita piknik ke pulau? Apalagi kalau pakai acara menginap?" Insya Allah aman, deh. Kan sudah masuk area Taman Impian Jaya Ancol.






Jam 8.30, kami semua naik ke atas speed boat menuju Pantai Bidadari. Speed boat dengan kapasitas kurang lebih 60-an seat ini lumayan nyaman. Pelampung pun disediakan untuk tiap penumpang untuk kepentingan kondisi darurat. Baru asik-asik menikmati suasana laut dalam perjalanan, tidak lama ternyata kita sudah sampai. Lho? Cepet banget? Cuma 20 menit! Ini highlite pertama dalam kunjungan saya ke Pulau Bidadari kemarin.



Begitu turun dari speed boat, nggak pakai menunggu lama, highlite kedua langsung tercatat: pantainya berpasir putih! Cantik banget! Aaaak, lari-larian sambil nendang-nendang pasir. Norak! Orang Bekasi belum pernah liat pasir putih, maklumin aja, ya. 





Rombongan disambut dengan welcome drink yang segar dan juga welcome dance yang OK-lah. Hihihhihi. Masalahnya suasananya emang panas. Namanya juga pantai. Pihak pengelola Pulau Bidadari Eco Resort pun tidak buang-buang waktu. Kami langsung diajak jalan-jalan keliling pulau dengan seorang guide yang menjelaskan semua obyek dan fasilitas yang ada di sana.

Pulau seluar 6,5 hektar ini jadi terasa tidak melelahkan untuk dieksplore sambil jalan kaki (bahkan oleh seorang pemalas jalan kayak saya ini) karena begitu banyaknya obyek yang kami lihat. 



Dimulai dari menyusuri pantai tempat dermaga kapal bersandar, kami berjalan masuk mulai memutari Pulau Bidadari. Mulai dari mana, nih

Pulau Bidadari adalah pulau resort, artinya isinya ya resort milik Pulau Bidadari yang dikelola oleh PT. SeaBreez Indonesia. Tidak ada penduduk lokal dan nelayan di sana. Begitu kaki kita menginjak pasir putih di dermaga Pulau Bidadari, kita sudah masuk dalam area resort. 




Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan di Pulau Bidadari Eco Resort? Dengan pilihan beragam cottage di sana, termasuk floating cottage di atas laut-nya yang sangat beraroma romantis dan honeymoon sekali, tentu saja menginap bisa jadi pilihan. Tapi kalau cuma punya waktu satu hari, tidak menginap pun bisa. Ingat highlite pertama saya? Pulau ini cuma berjarak 20 menit dari Jakarta.





Wisata sejarah juga bisa kita lakukan dengan mengeksplor seluruh pulau karena pulau ini dipenuhi dengan peninggalan masa kolonial Belanda. Termasuk di dalamnya masih terdapat puing-puing reruntuhan Benteng Martello (Martello Castle). 





Sesuai dengan namanya yang menyandang Eco Resort, Pulau Bidadari juga menawarkan kegatan berbau-bau ramah lingkungan. Antara lain, kita bisa mengamati satwa seperti elang bondol, rusa totol, biawak bahkan lumba-lumba yang dipelihara di kolam khusus dalam area resort. Kalau waktunya pas, kita bisa ikut memberi makan si dolphin lucu itu. 



Menyusuri bagian tengah pulau, kita bisa menyusuri hutan lindung yang terdiri dari beragam pohon langka. Ini obyek belajar yang mengasyikkan, nggak cuma buat anak-anak, bahkan orang dewasa seperti saya. Jujur, ini pertama kalinya saya melihat hutan bakau.






Nama eco resort juga diusung oleh Pulau Bidadari karena mereka pun menyediakan kegiatan go-green bagi pengunjung yang berminat di Saung Kreatif, seperti pengolahan air limbah, pembuatan kompos dan pembuatan kertas daur ulang. Selain itu kita bisa berkreasi membuat prakarya dengan memakai kerang-kerang di sekitar pantai. 



Buat yang ngincer wisata air, Pulau Bidadari dilengkapi dengan fasilitas banana boat dan kano. Selain itu pantainya yang ramah (tidak terlalu berombak) relatif aman untuk berenang dalam jarak tertentu. Kegiatan memancing pun bisa dilakukan di sana 

Highlite ketiga yang saya catat di Pulau Bidadari adalah pemandangan pantainya yang cantik. Nggak heran, saat keliling pulau saya sempat melihat beberapa pasang pengantin sedang melakukan pre-wed photo session. Pilihan yang pas karena background romantisnya dapet banget.






Setelah puas mengelilingi Pulau Bidadari, kesimpulan saya satu: resort cantik ini pas banget untuk kegiatan gathering keluarga, kantor atau sekolah. Pilihan pun terbuka lebar, mau menginap atau hanya satu hari di sana. Tetap puas. Apalagi dalam perjalan pulang dengan speed boat yang sama, kami dibawa untuk melihat 3 pulau terdekat di sekitar Pulau Bidadari: Pulau Onrust, Kelor dan Kahyangan.



Satu hari tidak terasa sama sekali. Saya bahkan nggak sadar kalau ternyata satu pulau saya langkahi hari itu. Begitu banyak yang bisa dinikmati di Pulau Bidadari Eco Resort. Tinggal menyesuaikan aja sama budget dan waktu yang kita miliki. By the way, kalau malas jalan kaki, ya naik sepeda aja kali keliling pulaunya. Gitu aja kok repot. Hihihihi. 

Di bawah ini info terbaru seputar rate, fasilitas, tempat pemesanan dan kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di Pulau Bidadari Eco Resort. So, kalau ada yang mau ke sana, ajak saya, ya. :D 






Selasa, 21 April 2015

Galeri Foto Kartini Cilik 2015

Assalamu'alaikum.

21 April selalu mendapat tempat istimewa di hati saya. Hari ini adalah hari pernikahan kedua orang tua saya (tahun ini sudah masuk 43 tahun). Alhamdulillaah, mereka berdua masih diberi berkah kesehatan oleh Allah SWT. Selain itu, 21 April kan Hari Kartini. Hihihihi.


Kenangan masa kecil saya seputar Hari Kartini kurang lebih sama seperti yang lan. Bangun pagi-pagi, dipakaikan baju tradisional lalu didandani oleh Mama. Sampai sekarang nggak akan pernah lupa.

Makanya pagi tadi, saat saya membangunkan Safina untuk bersiap-siap merayakan Hari Kartini di sekolahnya, saya agak-agak terharu lebay gitu. Saya melakukan apa yang Mama saya lakukan bertahun-tahun yang lalu: mendandani gadis kecilnya di Hari Kartini.


Soal mereka paham apa tidak apa itu Hari Kartini biarin aja dulu, deh. Toh, nggak ada yang bisa ngeles, kalau ditanya apa kenangan pertama mereka tentang Hari Kartini, pasti jawabannya pawai pakai baju daerah. Pengetahuan mereka tentang perjuangan Raden Ajeng Kartini akan mereka dapatkan sesuai waktunya kelak. Tapi kenangan masa kecil seperti ini, tak akan terulang lagi.


Hari ini timeline socmed saya penuh dengan foto-foto Kartini cilik (dan Kartono cilik? Hihihihi, abis apa dong istilahnya buat anak cowok?) berkebaya dan berbaju adat. Seneng banget ngeliatnya. Ada yang masih muka ngantuk, ada yang masih nguap, ada yang lipstiknya udah belepotan, ada yang hiasan kepalanya miring, ada yang nangis, ada yang kepanasan, ada yang cuek aja lari-larian padahal lagi pakai kain dan sanggul. Hahaha, pokoknya lucu ngeliatnya.


Seperti biasa, sayang kalau nggak dibikinin galerinya di Blog Emak Gaoel. Yuk, liat-liat foto anak-anak ini yang merayakan Hari Kartini dalam busana nasional kita.