Assalamu'alaikum.
Alhamdulillaah, lomba Selfie Story kemarin sudah selesai. Saya mau bilang makasih dan maaf yang sebesar-besarnya kalau dalam pelaksanaannya ada banyak kekurangan. Soalnya baru tiga kali ngadain lomba blog (lumayan) gede gini dan gandeng sponsor brand besar. Speaking of sponsor, blogpost ini adalah dalam rangka memenuhi janji saya sama beberapa teman yang nanya di balik layar seputar gimana caranya sih bisa dapet sponsor untuk blog kita (blog personal).
Siap mendengar penjelasan dari sayah? #dilindesonthel
Seperti biasa, saya nggak bakat jadi guru. So, saya nggak mau ngajarin apalagi kasih teori. Saya share aja pengalaman seputar sponsorship ini. Semoga bisa diadaptasi dan dimodifikasi sesuai kreatifitas. Dengan sentuhan usaha, doa dan keberuntungan, mungkin banget teman-teman bisa dapat sponsor untuk blognya lebih keren dari saya. Da' saya mah ... (Udah, mak! Itu udah basi!) Okesip.
Pada jaman dulu kala ....
Emak Gaoel tidak sengaja berkenalan dengan seseorang dari sebuah perusahaan provider dan produsen telekomunikasi melalui event Social Media Festival. Dari sana semua bermula. Saya sendiri orang yang percaya tahayul kalau makin banyak kenal orang, makin banyak rejeki. Apa pun bentuk rejekinya, dan kapan pun Tuhan punya mau memberikan rejekiNya, saya nggak usah tunggu-tunggu. Yang penting tambah terus teman dan jalin hubungan baik. Mari kita mulai dari sana.
1. Mengenal orang/pihak yang tepat.
Saya punya keyakinan yang selalu saya pegang sampai saat ini, Tuhan mengirimkan orang-orang ke dalam kehidupan kita untuk alasan-alasan tertentu. Kadang mereka datang dengan cara yang tidak biasa. Kadang kemunculan mereka seperti tidak ada artinya dan hanya lewat begitu saja di depan kita. Mulai deh kenalan dengan banyak orang. Banyak ngobrol sama siapa aja. Mama saya punya satu kebiasaan yang sejak bebeapa waktu yang lalu saya contek. Setiap beliau keluar rumah, Mama selalu mencanangkan sedikitnya berbicara dengan 10 orang yang ditemuinya. Bisa sekedar menyapa, bertanya apa kabar sampai ke hal-hal yang lebih serius. Tanpa memilih siapa orang tersebut, pokoknya mulai berkomunikasi.
Kerja sama saya dengan sebuah perusahaan provider telekomunikasi selama ini dimulai dari kegiatan Social Media Festival 2012. Waktu itu Kampung Fiksi akan mengisi acara di sana. Mbak Nuniek sebagai salah satu panitia penyelenggara menghubungi saya, menyambung ketertarikan pihak provider tersebut untuk menjalin kerja sama dengan Kampung Fiksi. One thing lead to another, sampai sekarang hubungan itu terus berlanjut. Thank you, Mbak Nuniek! ^_^
Kenapa akhirnya bisa jadi kerja sama dengan blog personal saya? Itu jawabannya panjaaang dan lamaaa, dan ujung-ujungnya adalah menjaga hubungan baik. Kalau kira-kira udah lama nggak tegur sapa via e-mail, saya nggak sungkan-sungkan kirim e-mail yang isinya cuma nanya apa kabar. Dengan begitu, mereka juga bisa dapat notifikasi kalau "Hey, iya ya, kan kenal sama dia selama ini." Anggap aja mereka sibuk, dan kita mengingatkan kalau hubungan ini masih ada. *apalah apalah*
2. Punya modal.
Kalau udah dapat satu nama orang yang bisa dihubungi untuk mengajukan permohonan sponsorship, saatnya mereview ulang Strength yang mau kita ajukan ke mereka. Ibaratnya, mau ngajak bisnis bareng, modal gue ini. Untuk kerja sama dengan blog tentu benefit yang ingin didapat sponsor umumnya adalah trafik tinggi yang mengarah ke website mereka atau yang memberi buzzing signfikan di event yang sedang mereka adakan.
Aku pernah diketawain sama seleb blogger yang keren banget gara-gara suka ngecek Klout Score. Beda kebiasaan sih, dia di langit, aku di sawah. :(
Kebiasaan saya (mungkin buat beberapa blogger keliatan "malesin" banget) selama ini, dalam periode tertentu mendokumentasikan statistik blog (trafik harian, mingguan, bulanan), Klout Score, Alexa Rank, dll. It will become handy one day.
Saat pengajuan draft proposal, dokumentasi statistik tersebut bisa kita sertakan sebagai "modal" untuk "merayu" pihak calon sponsor agar mau kerja sama.
Jadi, ada nggak ada job, ada nggak ada lomba, ada nggak ada event, update dan blogwalking aja seperti biasa. Supaya "modal" kita sebagai blogger bertambah terus. Suatu saat diperlukan, bisa langsung digunakan.
3. Kenali profil calon sponsor.
Jangan main asal tabrak kirim proposal karena melihat calon sponsor adalah perusahaan besar. Main point dari sponsorship adalah benefit. Kalau mereka tidak melihat benefit yang bisa kita tawarkan untuk mereka, jangan harap proposal dilirik. Apalagi, kalau profil tidak sesuai atau nggak nyambung. Misalnya, food blogger mengajukan proposal sponsorship ke perusahaan otomotif. Sebisa-bisanya ngarang benefit yang kita tawarkan, mereka akan berpikir berulangkali untuk kerja sama. Background udah beda, jek. Ibarat pedekate, udah ilfil duluan karena bukan tipe-nya.
4. Punya konsep yang kreatif.
Kelanjutan dari mengenal profil calon sponsor adalah kreatif mengolah apa yang kita punya dan apa yang mereka punya menjadi sebuah konsep kolaborasi yang menarik untuk mereka.
Waktu mengadakan Lomba Blog Semangat Berbagi Blog Emak Gaoel, saya mengamati dengan seksama timeline Smartfren. Bulan itu adalah bulan Ramadhan dan Smartfren sedang melancarkan campaign #SemangatBerbagi. Nggak pake tunggu lama (karena keburu lewat nanti moment-nya), saya segera menyusun draft proposal untuk membuat lomba blog yang mendukung campaign mereka. Langsung approved! Karena sejalan dengan campaign mereka dan konsep yang saya usung kreatif. *uhuk*
Begitu juga waktu mengadakan Lomba Smart, Gaul dan Kreatif. Moment-nya waktu itu, Smartfren baru saja meluncurkan seri Andromax yang mereka beri tagline sebagai Fun and Smart Gadget. Konsep lomba yang saya tawarkan sejalan dengan tagline produk baru mereka. Kirim draft proposal, langsung approved.
Yang paling gres, Lomba Selfie Story kemarin. Saya mengamati, Smartfren lagi gencar-gencarnya membidik market orang-orang penyuka selfie lewat beberapa produk baru mereka yang mengangkat fitur kamera depan yang kece buat selfie-an. Sempat beberapa lama mikir, lomba apa yang beda? Lomba foto selfie udah biasa dan banyak. Maka saya muncul dengan konsep lomba menceritakan kisah di balik foto selfie. Moment-nya pas banget. Nggak pake lama, proposal disetujui.
5. Proposal yang kuat.
Ngomongin proposal, proposal, proposal mulu dari tadi. Kayak gimana sih cara bikin proposal itu? Jadi gini, ingat poin pertama tadi, kenal dengan orang yang tepat. Udah dapat jalurnya, siapkan draft proposal. Draft ini masih berbentuk kasar aja, karena baru berupa tawaran untuk kerja sama.
Inti dari isi draft proposal mengacu kepada konsep sponsorship tadi, benefit. Cantumkan di sana bentuk kegiatan yang kita tawarkan, apa benefit yang akan mereka dapatkan, cantumkan kekuatan blog kita, dan berikan target yang menarik. Contohnya, di lomba Selfie Story kemarin saya sok berani ngasih target jumlah peserta 50 orang. Ketar-ketir juga sebenernya, takut nggak tercapai. Tapi bismillaah ajalah. Alhamdulillaah, melampaui target.
Selain target, uraikan juga secara singkat, kewajiban kita yang menguntungkan mereka. Contoh: kita wajib nge-twit campaign mereka sebanyak beberapa kali selama periode kerja sama berjalan. Itu keuntungan buat mereka.
Dalam draft proposal juga cantumkan apa yang kita harapkan dari mereka. Usahakan keduanya tampak seimbang. Jangan sampe mereka meringis melihat kita nawarin ngadain lomba blog (misalnya) tapi statistik blog sendiri cuma dapat pv harian di bawah 100. Terus kita janjikan akan bisa menjaring peserta sebanyak 200, sedangkan followers blog nggak sampai 20. Ingat modal yang saya bahas di poin sebelumnya. Nah, "hitung" modal kita dan minta imbalan yang seimbang. Kalau kita jujur sama diri sendiri sih, biasanya permintaan kita akan seimbang. Minta 3 buah henpon untuk hadiah lomba, insya Allah dikasih-kasih aja sama sponsor kalau memang dinilai seimbang.
Ajukan draft sponsor ke orang yang kita kenal di sana. Biasanya kalau kira-kira proposal bisa disetujui, orang tersebut akan menghubungi kita lagi untuk membuat proposal dalam bentuk slide presentasi dengan semua printilan pelaksanaan kegiatan yang lebih detil.
6. Pelaksanaan yang rapi.
Setelah proposal disetujui, usahakan jalannya event yang kita selenggarakan jauh dari kekacauan dan kesalahan yang mengganggu. Misalnya, peserta yang gagal paham dan bertanya langsung ke pihak sponsor, padahal harusnya cukup melalui kita sebagai penyelenggara. Ini bisa mengganggu mereka, dan membuat mereka berpikir ulang untuk kerja sama lagi di masa yang akan datang. Kalau saya, sebisa mungkin, untuk urusan printilan itu tidak melibatkan sponsor. Biar mereka dapet mention-nya aja. Bagian sibuknya ekeh. Aku rapopo. Hahahaha.
Satu lagi, kadang perlu juga untuk "terampil" memberikan sesuatu tanpa diminta atau melebihkan dari yang diminta, nantinya akan ada balasannya. Anggap aja bonus. Kalau mereka senang, mudah-mudahan di masa yang akan datang kita juga senang. Hehehe.
7. Post-event.
Begitu kegiatan selesai dilaksanakan, bukan berarti usai sudah hubungan ini. *halah* Kalau bisa, setting pertemuan dengan sponsor untuk evaluasi. Akan lebih bagus lagi kalau inisiatif datang dari kita, menunjukkan kalau kita serius menggarap kerja sama ini. Yang udah-udah sih, sponsor biasanya adalah pihak yang nggak mau terlalu ribet. Diajak meeting, biasanya malah cuma minta laporan aja via e-mail. Hihihihi. Tapi bukan berarti mereka nggak appreciate ajakan untuk menge-evaluasi.
Kalau evaluasi via e-mail, diskusi aja, apa yang menurut mereka kurang dalam pelaksanaan kegiatan kemarin, lalu berikan alasan kuat kenapa itu bisa terjadi. Intinya, pada poin ini, kita sedang menabung kesempatan untuk bekerja sama lagi di kemudian hari.
8. Laporan yang rapi.
Buatlah laporan yang rapi dan mengacu kepada proposal yang sudah kita ajukan sebelumnya. Target di proposal, apakah tercapai atau tidak. Kewajiban-kewajiban kita, apakah ditunaikan dengan sempurna? Benefit yang kita janjikan untuk para sponsor, apakah sudah dilakukan semua? Buat selengkap mungkin dan sekreatif mungkin. Saya biasa membuat laporan dalam bentuk slide. Pake acara slide warna-warni segala. Hahaha. Udah ciri khas, soalnya. *ulas gincu pink*
9. Etika mencari sponsor ala Emak Gaoel (Bonus).
Ini penting banget. Saya sering ditanya, siapa contact person yang bisa dihubungi untuk mengajukan sponsorship ke perusahaan yang sebelumnya pernah kerja sama dengan saya. Jujur, nggak semua saya kasih tahu. Saya pilih-pilih banget. Karena ini bisa menyangkut hubungan saya dengan mereka juga. Contohnya gini, dulu waktu KEB mengadakan gelaran Srikandi Blogger yang pertama, saya mupeng juga pengen bisa kerja sama dengan sponsor acara tersebut. Bisa aja saya nanya ke salah satu makmin yang sudah saya kenal baik. Tapi saya urungkan niat itu. Karena saya sendiri tahu kalau saya belum punya apa-apa untuk ditawarkan ke mereka. Saya belum punya modal, belum punya konsep. Bisa jadi saya akan buat malu makmin yang memberi nama contact person tersebut, kalau ujug-ujug saya ngirim e-mail ke mereka yang isinya, "Saya mau mengajukan prosposal kerja sama. Saya dapat nama anda dari makmin KEB." Siapa elu? Ya, kan? Balik lagi, deh. Apa-apa sebaiknya jangan short-cut. Lebih baik kenal baik dulu, baru cari-cari selah untuk mengajukan kerja sama. Kalau model kenal calon sponsor pake acara potong kompas begitu, saya mah yakin, hubungan juga nggak akan berlangsung lama.
Hokeh, kayanya udah semua. Mudah-mudahan mencerahkan. Kalau ada yang mau ditanya atau ditambahkan, mangga atuh. Tengkyu.