Saya dan adik perempuan saya akrab dengan novel-novel karya Remy Silado sejak SMA. Masih ingat sekali waktu itu adik saya membeli novelnya--Kerudung Merah Kirmizi--tanpa memberitahu saya. Sehari kemudian, saya pun pulang ke rumah dengan novel yang sama yang baru saya beli di Gramedia. Sejak saat itu kami langsung sepakat akan saling mengabari terlebih dahulu sebelum membeli buku di toko buku, terutama buku-buku Remy Silado dan NH Dini. Hihihihi...
Sejak saat itu, sampai sekarang, setiap novel karya Remy Silado yang kita temui di toko buku selalu kami beli, kadang patungan. Ca Bau Kan, Parijs Van Java, Kembang Jepun, sampai yang terakhir saya beli sendiri, Namaku Mata Hari mengisi saat-saat membaca yang berkesan dalam hidup saya. Saya tergila-gila dengan karya-karyanya! Saya terkagum-kagum dengan 'kegilaannya' mengolah data-data risetnya yang super lengkap dan detil menjadi sebuah cerita. Saya...selalu hilang kata untuk mengagumi setiap karyanya--karena tidak sanggup mencari kata sepadan untuk kekaguman saya atas buku-bukunya. Lebay? Ya, gue gitu, lho! Hahahaha...
Nahan nafas beneran waktu liat Remy Silado duduk di depan gue... :))) |
Sejak saat itu, sampai sekarang, setiap novel karya Remy Silado yang kita temui di toko buku selalu kami beli, kadang patungan. Ca Bau Kan, Parijs Van Java, Kembang Jepun, sampai yang terakhir saya beli sendiri, Namaku Mata Hari mengisi saat-saat membaca yang berkesan dalam hidup saya. Saya tergila-gila dengan karya-karyanya! Saya terkagum-kagum dengan 'kegilaannya' mengolah data-data risetnya yang super lengkap dan detil menjadi sebuah cerita. Saya...selalu hilang kata untuk mengagumi setiap karyanya--karena tidak sanggup mencari kata sepadan untuk kekaguman saya atas buku-bukunya. Lebay? Ya, gue gitu, lho! Hahahaha...