Sebenarnya ini kejadian yang sudah lama terjadi, sekitar setahun yang lalu. Tapi masih membekas dalam hati sampai saat ini. Siap-siap terharu-biru yah..
Hari itu Sabtu, seperti biasanya adalah jadwal keluargaku pergi mengunjungi rumah mertuaku di daerah Bintaro. Sesampainya di rumah mertua, mereka mengajak kami makan keluar. Kata Mamah (mertua perempuan) yang penggila mie sejati ada tempat makan mie enak di sekitar Bintaro. Aku nurut aja, sebagai menantu yang baik dan manis. Ehem.
Tempatnya biasa saja. Tidak bisa masuk dalam kategori restoran. Mungkin lebih tepat disebut warung makan pinggir jalan. Tapi kalau masakannya enak, tidak ada salahnya dicoba khan? Nama warungnya jelas terpampang didepan warung tersebut, tapi aku tidak mau sebutkan, ah… Nanti kalian juga akan tahu sendiri kenapa.
Kami duduk dan langsung memesan. Rombongan kami sebenarnya tidak terlalu ramai. Cuma ada aku, suamiku, Mamah, Papah dan anakku. Kami berlima memesan makanan yang sama, yakni mie rebus ala …. (judulnya di menu). Setengah jam ditunggu, pesanan belum tiba juga. Kebetulan dapur tempat memasaknya terlihat jelas dari tempat duduk kami, karena berada di bagian depan warung. Warung itu sendiri tidak terlalu ramai pengunjung saat itu. Cuma ada 3 meja terisi, dan meja kami yang paling ramai (walaupun cuma berlima).
Satu jam kemudian, minuman pesanan kami tiba. Kami yang sudah kelaparan menanyakan pesanan makanan kami kepada si pelayan. Dia menjawab sebentar ya, bu. Hmmm…..
Satu setengah jam rasanya sudah cukup untuk bersabar. Akhirnya suamiku berjalan menuju dapur warung tersebut dan menanyakan pesanan kami kembali dengan nada tidak sabar. Sebab anakku sudah mulai rewel kelaparan. Dilihat-lihat, meja lainpun belum ada yang datang pesanannya. Kami memang yang datang lebih dahulu. Bertanya dengan nada tinggi, suamiku hanya ditanggapi dengan senyuman si pelayan sambil tangannya menunjuk ke tembok yang berada di belakang kami.
Owwaalaaah, disana tertulis : “Kalau Anda Tidak Sabar Menunggu, Lebih Baik Batalkan Pesanan Anda”.
Gubraks!!! Baru kali ini aku menelukan warung makan yang suombuongnya kaya begini, nih! Nggak lagi-lagi deh kesana.
Akhirnya memang pesanan kami datang juga 15 menit kemudian, tapi mau rasanya seenak makanan restoran bintang tujuh, tetap saja menelannya dengan pahit. Usut punya usut, alasannya mereka lama memasak mie spesial mereka itu karena mereka memasaknya dengan arang. Lho? Ya sudah tahu arang itu lama menyalakannya, ya sebelum buka warung mbok ya dinyalain dulu itu arang. Huahahahaaaa (ketawa pahit).
NB : terharu gak bacanya? Wkwkwkwkwk…cape deeee….
Hari itu Sabtu, seperti biasanya adalah jadwal keluargaku pergi mengunjungi rumah mertuaku di daerah Bintaro. Sesampainya di rumah mertua, mereka mengajak kami makan keluar. Kata Mamah (mertua perempuan) yang penggila mie sejati ada tempat makan mie enak di sekitar Bintaro. Aku nurut aja, sebagai menantu yang baik dan manis. Ehem.
Tempatnya biasa saja. Tidak bisa masuk dalam kategori restoran. Mungkin lebih tepat disebut warung makan pinggir jalan. Tapi kalau masakannya enak, tidak ada salahnya dicoba khan? Nama warungnya jelas terpampang didepan warung tersebut, tapi aku tidak mau sebutkan, ah… Nanti kalian juga akan tahu sendiri kenapa.
Kami duduk dan langsung memesan. Rombongan kami sebenarnya tidak terlalu ramai. Cuma ada aku, suamiku, Mamah, Papah dan anakku. Kami berlima memesan makanan yang sama, yakni mie rebus ala …. (judulnya di menu). Setengah jam ditunggu, pesanan belum tiba juga. Kebetulan dapur tempat memasaknya terlihat jelas dari tempat duduk kami, karena berada di bagian depan warung. Warung itu sendiri tidak terlalu ramai pengunjung saat itu. Cuma ada 3 meja terisi, dan meja kami yang paling ramai (walaupun cuma berlima).
Satu jam kemudian, minuman pesanan kami tiba. Kami yang sudah kelaparan menanyakan pesanan makanan kami kepada si pelayan. Dia menjawab sebentar ya, bu. Hmmm…..
Satu setengah jam rasanya sudah cukup untuk bersabar. Akhirnya suamiku berjalan menuju dapur warung tersebut dan menanyakan pesanan kami kembali dengan nada tidak sabar. Sebab anakku sudah mulai rewel kelaparan. Dilihat-lihat, meja lainpun belum ada yang datang pesanannya. Kami memang yang datang lebih dahulu. Bertanya dengan nada tinggi, suamiku hanya ditanggapi dengan senyuman si pelayan sambil tangannya menunjuk ke tembok yang berada di belakang kami.
Owwaalaaah, disana tertulis : “Kalau Anda Tidak Sabar Menunggu, Lebih Baik Batalkan Pesanan Anda”.
Gubraks!!! Baru kali ini aku menelukan warung makan yang suombuongnya kaya begini, nih! Nggak lagi-lagi deh kesana.
Akhirnya memang pesanan kami datang juga 15 menit kemudian, tapi mau rasanya seenak makanan restoran bintang tujuh, tetap saja menelannya dengan pahit. Usut punya usut, alasannya mereka lama memasak mie spesial mereka itu karena mereka memasaknya dengan arang. Lho? Ya sudah tahu arang itu lama menyalakannya, ya sebelum buka warung mbok ya dinyalain dulu itu arang. Huahahahaaaa (ketawa pahit).
NB : terharu gak bacanya? Wkwkwkwkwk…cape deeee….