Assalamu'alaikum.
Hai! Jumpa lagi di acara Blogelo Emak Gaoel alias Ngeblog (Terserah) Elo Dah, Emak Gaoel! Wakakakak! Ini hasil sharing saya hari Senin lalu di grup KEB. Yaah, mohon maaf kalau rada-rada sotoy. Da' ini mah disusun berdasarkan pengalaman sendiri jadi banci socmed selama 8 tahun terakhir. Wkwkwkwk.
Nah, kan! Kenapa harus ada penampakan begini sih, mak? :p
Social media adalah “senjatanya” blogger yang mau berkembang. Blogger yang masih memperlakukan blognya sebagai diary online, tentu nggak merasa butuh-butuh amat sama social media, karena karakter diary online ya nggak jauh sama diary pada umumnya; ditulis untuk diri sendiri. Kalau pun diatur terbuka, blog yang dikhususkan untuk curhat, tidak urgent untuk sharing link ke mana-mana. Beda dengan blogger yang punya misi lebih lebar; blognya diperlakukan sebagai sarana berbagi sampai sarana mencari income. In that case, social media is your weapon. Dor!
Saya sebut kegiatan ber-socialmedia ini dengan “main-main” dalam tanda kutip, karena seperti namanya, social media perlu di”mainkan” secara personal. Kecuali akun social media yang kita pegang adalah akun sebuah perusahaan, maka cara paling smooth untuk terampil di social media adalah “menjadi diri sendiri”. Beberapa hal pokok yang perlu kita pahami sebelum bermain di akun social media kita:
Kita ingin dikenal sebagai siapa?
Yang paling bener memang jadi diri sendiri. Tapi mungkin ada beberapa aspek dari diri kita yang ingin kita tunjukkan, maka tonjolkan aspek tersebut. Example: penulis, motivator, marketing expert, guru, pembaca buku, beauty expert, food enthusiast, traveler, dan lain-lain.
Jauhi kontroversi dan perdebatan.
Sebisa mungkin, apa pun yang menyangkut kontroversi di lahan yang kita bahas, tidak usah ikut terlalu jauh dalam perdebatan. Perdebatan beda ya sama diskusi. Kalau kita merasa mampu untuk berdiskusi secara sehat, silakan saja. Tapi biasanyaaa, yang namanya diskusi panas secara online selalu potensial menjadi debat kusir yang tidak berkesudahan. So, be smart to know when to stop.
Fokus pada kekuatan yang ingin kita angkat di social media.
Kalau image food blogger yang ingin kita angkat, usahakan 75% updates di socmed kita adalah seputar makanan. Boleh-boleh aja share status atau ngetwit personal, tapi yang penting timeline didominasi oleh topic seputar food.
Sekarang mari kupas satu-satu per satu karakter social media terpopuler saat ini dan trik memainkannya agar memberikan nilai lebih pada posisi kita di dunia maya. Sekedar tambahan aja, mungkin sebagian menganggap ini kurang penting, tapi ukuran Klout score (nilai influence kita di social media) sangat berpengaruh dari permainan kita di social media. Beberapa blogger yang sudah membuat blognya sebagai income tambahan sangat bergantung pada Klout score (selain statistik trafik, domain authority, page authority dan sebagainya. Saya nggak bisa bahas bagian itu, nggak menguasai soalnya). Klout score selain bergantung pada jumlah followers, sebenarnya lebih menghitung ke arah interaksi kita di social media. Jadi sebenarnya nggak perlu kecil hati duluan kalau lihat jumlah followers masih sedikit. Nggak masalah, yang penting ada interaksi kuat dengan followers dan intensitasnya tinggi.
Nempelin Klout Score dulu, ah. Belum pernah dapet segini. :p
Saya cuma aktif main di 4 social media saat ini:
Facebook,
Instagram,
Twitter dan
Google +. Jadi saya cuma bisa share seputar 4 socmed tersebut, ya. Mungkin kalau ada yang aktif di socmed lain seperti Periscope, Path, dan lain-lain, nanti bisa menambahkan. Monggo.
Karakter
Karakter Facebook sebenarnya adalah representatif pribadi kita yang paling real, menurut saya. Kebanyakan dari kita sharing hal-hal yang personal di Facebook, dan jarang sharing hal serupa di Twitter, misalnya. Untuk saya pribadi, Facebook dan Instagram memiliki karakter yang mirip, hanya bentuknya saja yang berbeda. Untuk menjalin interaksi di Facebook wall milik kita, biasanya kita sharing keseharian kita, sharing beberapa foto acara pribadi, atau sharing link yang membahas isu tertentu. Interaksi di Facebook berbentuk like (jempol) dan komentar teman.
Trik
1. Catch the moment
Sedang ada kejadian apa yang kekinian banget hari ini, atau jam ini? Seperti misalnya waktu konser Bon Jovi beberapa waktu yang lalu, gak ada salahnya update status ringan seputar Bon Jovi, walaupun nggak ikut nonton Biasanya akan ada aja teman yang nimbrung membahas. Point-nya di sini adalah being updated ON THE REAL TIME. Di jaman digital gini, real time reaction penting. Karena trend berubah tiap detik. Kalau bahasa Mahmud-nya, “Keburu basi,” kalau kelamaan.
2. Prime Time
Berdasarkan pengamatan saya, waktu-waktu yang bisa mendapat respon langsung dari teman di Facebook adalah sekitar jam 06.00-08.00 pagi (kemungkinan mereka sedang terjebak macet dalam perjalanan menuju kantor), jam 12.00-13.00 (waktu istirahat makan siang), jam 18.00-21.00 (waktu pulang kerja dan istirahat di rumah) dan paling malam sekitar pukul 23.00-24.00 (ini biasanya buat sesama teman blogger, hihihihi).
3. Being seen on your friends’ timeline
Trik agar status/post kita bisa selalu ada di timeline teman sederhana banget sebenarnya. Interaksi saat membalas komentar di status akan membuat status kita yang sudah lama sekali pun akan muncul di timeline teman. Jika waktunya tidak masuk prime time (misalnya udah jam 2 pagi) tunda dulu membalas komentar sampai pagi harinya.
4. Your memory today
Manfaatkan fasilitas Your Memory Today dari Facebook untuk mendapatkan ide segar dari postingan lama kita. Saya sering menemukan status lama saya dari tiga tahun yang lalu, ternyata relevan lagi dengan apa yang saya rasakan hari ini. Kalau lagi kering ide, ini membantu banget.
5. Konten
Saya sudah pernah bahas di Blog Emak Gaoel tentang konten apa yang bisa memancing interaksi di Facebook fanpage, sebenarnya ini bisa diaplikasikan juga di Facebook pribadi kita, kok. Beberapa konten yang potensial mendapatkan interaksi dari teman di Facebook antara lain: meminta saran/bertanya, mengadakan polling/survey, kontes/kuis, berbagi quote inspiratif (ini potensial untuk mendapatkan re-share), mempromosikan link/profil teman Facebook, tutorial DIY, humor, video. Lengkapnya nanti bisa dibaca di
sini. Dan kalau teman-teman berminat untuk belajar lebih jauh, bisa donlod e-book gratis tentang hal ini di website milik pakar social media, Kim Garst di
sini.
6. Public or private?
Ini mutlak adalah pilihan personal. Beberapa dari kita tidak nyaman dengan setting public di Facebook, sehingga mengatur post hanya bisa dilihat oleh Friends Only. It’s OK. Saya pun begitu, karena perlakuan saya untuk Facebook lebih personal. Tapi yang perlu dipahami, makin terekspose, maka makin besar interaksi yang didapat. So, it’s all up to you.
7. Reply comments
Sekarang fitur reply comments untuk tiap comment yang masuk bisa menciptakan interaksi yang lebih intim. Tapi kadang, kalau kita ingin jawaban comment kita dibaca juga oleh yang lain, sebaiknya reply melalui kolom comment baru. Misal: ada teman yang bertanya tentang info
lomba Blog Emak Gaoel (uhuk), saya lebih memilih untuk menjawab di kolom comment baru ketimbang me-reply langsung di kolom comment si penanya. Tujuannya, agar informasi yang saya sampaikan terbaca juga oleh teman lain yang melihat di timeline.
Karakter
Karakter Twitter sedikit lebih ramai ketimbang Facebook. Ibaratnya, Facebook itu cluster, Twitter mungkin kompleks perumahan padat. Semua bisa kita dapat dalam hitungan detik di Twitter. Hanya modal melihat trending topic, kita bisa tahu di Jakarta sedang ramai kicauan tentang apa. Hanya modal melihat re-tweet teman yang kita follow, kita bisa tahu banyak hal yang tadinya mungkin kita tidak pernah tahu eksistensinya.
Saya enjoy main di Twitter, karena ramai rupa manusia semua ada di sana. Hihihi. Interaksi di Twitter berupa re-tweet, quote tweet dan reply. Makin banyak yang me-re-tweet kicauan kita di Twitter, nilai influence kita akan tercatat bertambah/meningkat. Seni dalam bermain di Twitter juga bergantung pada siapa sosok yang kita follow.
Trik
1. Follow the right ones
Follow akun tokoh-tokoh yang menginspirasi atau berpengaruh: bisa tokoh politik, motivator, seleb twit, artis, perusahaan besar, kepolisian, pemerintahan, dll. Sesekali nimbrung dalam diskusi kultwit mereka. Kalau twit kita menarik, tokoh tersebut nggak akan segan-segan me-re-tweet dan voila, akun kita terekspose ke ratusan ribu bahkan jutaan followers-nya. Alhamdulillaah ya, sesuatuh.
2. Quote tweet
Sering menemukan tweet menarik? Ingin re-tweet tapi sekalian ingin kasih pendapat singkat juga? Quote tweet aja, selipkan komen singkatmu di awal quote. Sekali dayung, dua pulau terlampaui, kira-kira begitu.
3. Trending topic
Kalau trending topic adalah sesuatu yang menarik perhatian kita, gunakan aja hashtag atau keyword yang sedang jadi trend. Seenggaknya tweet kita masuk dalam aliran tweet yang sedang menjadi trend saat itu. Yang BIG NO buat saya itu adalah numpang di trending topic. Sering lihat kan akun OS yang promo dagangannya pakai hashtag/keyword yang sedang jadi trending topic? Kadang gak nyambung banget. Dan kadang malah nggak pantas. Misalnya waktu kejadian di Mina kemarin, ada aja lho yang numpang jualan pakai hashtag #PrayForMina. Duh.
4. Prime time
Hampir sama dengan Facebook, tapi biasanya penghuni Twitter lebih kalong dikit dibanding Facebook, sih. Hahaha. Jadi bolehlah main agak malem di Twitter. Biasanya masih rame.
5. Public or private
Sama dengan keterangan di Facebook. Pilihan masing-masing, dengan catatan: makin terbuka, makin besar terekspose. Akun Twitter saya ter-setting public (tidak digembok), karena saya tidak membagi hal-hal yang sifatnya terlalu pribadi di Twitter. Dan perlu diingat, Twitter adalah pakarnya trending topic. Hampir semua berita media online, berawal atau dicari oleh netizen melalui Twitter. Jadi nilai interaksi di Twitter sebenarnya tinggi sekali.
6. Mention and reply
Sama seperti “memainkan” comment” di Facebook, membalas tweet mention dari teman di Twitter sebaiknya dipertimbangkan juga dari konten jawaban yang ingin kita sampaikan. Jika sekiranya jawaban kita berupa informasi yang ingin sekalian kita sampaikan untuk semua followers, pakailah mention nama teman di bagian akhir tweet, supaya “reply” kita terbaca oleh semua followers.
Karakter
Selebgram lagi naik daun ya, maks! Ngiler liat foto-foto kece mereka. Coba perhatikan di tiap akun IG para selebgram ini, mereka bisa ya menciptakan image lewat deretan foto-foto yang ditampilkan di akun IG-nya. Saya sendiri ngaku, akun IG saya masih acakadut, karena masih memperlakukan IG sebagai album foto. Padahal, kalau mau serius main pintar di IG, bisa jadi kerjaan juga, tuh! *mata ijo*
Kemarin dapat ilmu dari
Heidi Nazarudin (CEO Blogger Babes), katanya penting banget menciptakan mood dan tone yang seragam di akun socmed dan blog kita. Supaya semua sejalan, terlihat benang merahnya, sehingga dengan sendirinya bisa menciptakan image yang ingin kita tampilkan.
Trik
1. Main hashtag
Hashtag punya pengaruh besar di IG. Jika akun IG dikhususkan untuk foto-foto perjalanan, pilihlah hashtag yang umum tapi menyentuh dunia traveling. Misal: #Instatravel #traveling #funtravel #backpacking dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan interaksi dari luar follower, syukur-syukur bisa nambah followers. Jangan lupa sesekali boleh juga nge-tag akun IG komunitas yang sesuai, berharap di-regram, mayan yaa!
2. Filter dan shape
Untuk menciptakan mood yang stabil dan tidak terkesan acak-acakan di akun IG, usahakan memilih filter yang sama untuk tiap upload. Ini belum juga bisa saya praktekkan, tapi jujur aja, kalau kita klik profil IG seseorang, mata akan lebih terhibur melihat deretan foto yang rapi baik dari bentuk maupun tone filternya. Ini memancing untuk orang melihat foto lebih banyak lagi.
Sekarang foto di IG bisa ditampilkan dengan bentuk panorama (foto panjang), tidak cuma bentuk square seperti dulu. Seandainya mau memakai setting ini, baiknya sih semua foto ya sama. Lebih enak dan asik untuk diliat.
3. Reply comment
Ini mah basic banget sebenernya, tapi mungkin masih ada yang belum tahu, hehehe. Ya dikasih tau ajalah sekalian. Kalau bales comment di IG, jangan lupa mention akun temen yang mau di-reply comment-nya ya. Soalnya kalau nggak gitu, dia nggak dapet notificationnya. Hehehehe.
Karakter
Ini dia nih yang paling belum bisa saya kuasai. Padahal jumlah followers saya di akun G+ paling banyak, tapi saya paling susah mencari celah untuk bisa aktif berinteraksi seperti di akun socmed lainnya. Ah, pokoknya masih bingungin, deh. Wkwkwkwk.
Untuk saat ini G+ masih saya manfaatkan untuk share update blog karena terkoneksi langsung lewat akun gmail. Lumayan kontribusinya untuk pageview, sekitar 2-5% dari total followers. Dan kabar dari pakarnya sih, kalau kita aktif share di G+ akan lebih mudah terindex oleh Google, karena masih saudara kandung kali, yak.
Trik
Di G+ ada yang namanya circle. Kita leluasa mengatur lingkaran-lingkaran pertemanan kita sesuai dengan kriteria yang kita tentukan sendiri. Misal: circle untuk teman SD, SMP, kuliah, kerja, komunitas, dan lain-lain. Kita bisa lebih mudah mengatur update mana yang sesuai untuk circle tertentu.
Tapi kalau mau interaksi luas, setting share update kita ke public. Beberapa pakar socmed bilang, G+ itu kayak hutan rimba atau kota hantu. Kayanya sepi, padahal penghuninya banyak. Jadi kalau mau share public, ya pilih-pilih juga update yang seperti apa yang ingin kita share. Kalau saya, masih sebatas update new post di blog sembari belajar-belajar lebih jauh lagi seputar karakter socmed yang satu ini.
Begitulah kira-kira kesimpulan yang bisa saya ambil dari main-main di socmed selama ini. Sekarang tinggal atur aja waktu, isi dan kreativitas kita dalam ber-socialmedia. Jadikan social media sebagai platform untuk berinteraksi. Modal dasar socmed itu ya INTERAKSI. Kalau interaksi sudah terjalin, mau dibawa ke mana pun profil socmed kita, tinggal melangkah aja ke plan selanjutnya. Oke, sip.
Kalau ada yang kurang, mohon ditambah. Kalau ada yang salah, mohon dikoreksi. Terima kasoooy. :*
Kalau artikel ini dirasa bermanfaat, klik "share" dong, kakaak! Hahaha. Baca artikel tentang blogging lainnya di
sini, ya. ;)