Tampilkan postingan dengan label artcraft. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artcraft. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 September 2016

Lettering Service: Mirror Lettering di Casa 19 Cilandak

Assalamu'alaikum.

Balik lagi, ini catatan kegiatan lettering service saya. Bulan lalu saya dapat kesempatan untuk mencoba media baru untuk lettering, yaitu di cermin, setelah sebelumnya chalk lettering di tembok cafe Ruangopi. Ami, pemilik rumah kost/penginapan di Cilandak menghubungi saya untuk minta cermin di dapurnya diberi sentuhan lettering. Tadinya saya agak ragu nerima, karena belum pernah coba lettering di cermin sebelumnya. Tapi, ya balik lagi, Emak Gaoel pantang dikasih challenge. Langsung ngubek-ngubek internet, cari tutorial dan referensi. Hihihi.


Setelah dapat beberapa tips, trik dan tutorial, cermin di rumah pun jadi korban percobaan. Beli beberapa jenis cat dan marker yang direkomendasikan oleh beberapa artist mural dan lettering, lalu mulai deh coret-coret di kaca dan cermin rumah. Wah, seru. Wkwkwkwk.


Setelah beberapa kali percobaan dan menemukan alat tempur yang menurut saya paling cocok, baru deh saya berani ke tempat Ami untuk menggarap cermin dapur yang ukurannya lumayan banget, sekitar 1,5 m x 1 m. Sebelumnya di rumah saya udah urek-urek sketsa dulu di kertas. Ami udah kasih quote yang dia inginkan sejak lama emang. Yang bikin rada ribet itu justru bukan masalah teknisnya, melainkan masalah jarak dan cari waktu yang pas. Maklum yah nek, Bekasi - Cilandak itu kalo lagi betingkah bisa kayak New York - Madagaskar. -_-



Peralatan tempur untuk mirror lettering di Casa 19 Cilandak ini lumayan agak ribet. Karena saya masih artist pemula, saya belum punya yang namanya proyektor. Kalau ada proyektor sebenarnya membantu banget, supaya saya bisa langsung eksekusi media vertikalnya (cermin). Berhubung gak pake proyektor, saya harus menyalin sketsa saya ke cermin dengan menggunakan skala. Bayangin ribetnya. Penggaris panjang, cat akrilik, kuas, marker putih, alkohol, thinner, kain lap bersih sampai kapas, semua dibawa ke Cilandak sebagai alat tempur.


Modal utama lettering di dinding, cermin atau media yang letaknya vertikal begini sebenarnya adalah stamina. Pegel, bo! Apalagi kalau letaknya agak tinggi. Sebenarnya bisa diakalin dengan melepas cermin dahulu. Tapi sama aja pegelnya ngerjain di lantai atau di tembok. So, ngapain menambah keribetan lagi dengan bongkar pasang cerminnya, kan? ;) 


Langkah awal adalah membersihkan cermin dengan sapuan alkohol. Berhubung kaca ini letaknya di dapur yang lembab, ternyata udah agak jamuran di bagian pinggir. Saya gak siap dengan kemungkinan itu, jadi gak bisa diapa-apain juga itu jamur. Dihapus pakai alkohol pun nggak mempan. Pake apa ya kalau mau membersihkan jamur di kaca itu? #nanya


Setelah cermin bersih mulai deh saya ukur-ukur skala pakai penggaris, bikin outline huruf, menebalkan huruf, menggambar ilustrasi baru finsihing. Alhamdulillaah, kemarin itu bawa asisten (adik saya), jadi agak ketolong urusan yang manjat-manjat dan bersih-bersihin cerminnya. Hehehe. Total waktu mengerjakan cermin ukuran segitu (termasuk break setengah jam) sekitar 5 jam. Mayan. #pijetpunggung 


Sebenarnya saya masih deg-degan gak tau hasilnya bakal kayak gimana waktu lagi ngerjainnya. Masih belum keluar visualisasinya di otak saya. So, ketika semua selesai, saya juga ikutan norak lihat hasil kerja sendiri. Eh, ternyata cermin cakep juga ya kalau dikasih lettering/mural. Hihihihi . Tapi bukan nggak ada kendala waktu mengerjakannya. Karena cermin itu ngasih bayangan, jadi kadang ukuran bisa nggak precise karena "tertipu" bayangan di cermin. Lumayan buat olahraga mata. 


Bottomline, for first attempt, I'm happy with the result. The most important thing, Ami and her hubby are also very happy. Walaupun belakangan Ami request tambahan sentuhan warna hitam. Tapi Ami bilang sendiri kalau dia puas. Thank you Ami, for trusting me with this project. Seneng banget karya saya bisa ikut mejeng di rumah cantik itu. Asli, rumahnya keren banget. Love it! 

Buat teman-teman yang pengen rumah atau tempat usahanya saya coret-coret, kontak saya aja via email, FB atau IG, ya. 

Senin, 22 Agustus 2016

Lettering Meet Up, Yuk Weekend Ini!

  8 comments    
categories: 
Assalamu'alaikum.

Galaw karena trafik blog turun drastis? Alexa rank terjun bebas? Klout Score makin imut? Santai, mamen! Sekarang udah bukan jamannya blogger galaw sama yang begituan. Cari terapi untuk menenangkan diri, gih! Soalnya, kalau cuma gara-gara itu doang kamu panik, aku khawatir sama kesehatanmu, MZ. :v




Terapi apa yang menenangkan dan kekinian? Duile, tetep harus kekinian ya, mak? Hyaeyyalaah! Kan nggak banget kalo Emak Gaoel terapi jiwanya cuma makan tahu bulat digoreng dadakan limaratusan gurih-gurih, nyooi! *umpetin tahu bulat* Pernah denger lettering? Ish, kalau nggak pernah denger, jangan ngaku blogger or Instagramer gawwol, deh ya. #digaplok #paketahubulat #mangap . Setelah setahun mendalami hand lettering dengan basic kuas/brush dan juga mural dengan cat dan kapur, saya menemukan kalau hand lettering ini adalah salah satu terapi yang bisa bikin jiwa adem dan anteng. Gak cepet galaw, apalagi panikan kalau liat orang lain sukses. Hahaha. Penyakit jiwa bener itu yak, puyeng liat orang lain seneng. Baca selengkapnya soal lettering ini di sini, ya.

Minggu lalu, setelah mulai agak percaya diri membagi sedikit pengetahuan tentang hand lettering, saya berani menyambut ajakan Mbak Rini Rusli untuk ngajarin beliau (((BELIAU))) praktek hand lettering. Berhubung Mbak Rini bersedia datang ke Bekasi, ya hayuk ajah sayah. Seperti biasa, iseng aja nulis status mau lettering meet up di Facebook. Ternyata ada beberapa teman yang pengen ikutan. Mbak Devi dan Rahmah, putrinya komen pengen ikutan. Dan satu lagi, follower IG saya, Mena, yang saya juga baru kenal. Wah, asik. The more the merrier. :D


Kami bertemu di Food Park, Grand Galaxy Park Mall dan langsung main-main kuas dan cat. Alhamdulillaah, Food Park sore itu sepi, jadi kita serasa workshop di tempat private yang adem, meja gede, dan banyak makanan dan minuman (beli sendiri). Gak terasa, saking asiknya latihan main-main kuas, waktu udah hampir magrib. Padahal kita mulai dari sekitar jam 4. Waktu 2 jam ternyata kurang. Mbak Rini yang tadinya paling semangat latihan pakai kuas, berakhir dengan itikad tidak mau pake kuas, mending pake brush pen, katanya. Huahaha. Dudul! Rahmah, putri Mbak Devi, ternyata lebih lihai dengan kuas. Dari cerita Mbak Devi, Rahmah ternyata suka melatih teman-temannya lettering di rumah. Wah, kereeen! Dan Mena, OMG, anak baru lulus SMA ini semangat banget belajar. Saya yang tadinya cuma tau kalau Mena adalah salah satu followers saya di IG, jadi terharu dengan semangatnya. Makasih, ya Mena. :*


Dan emang biasa banget deh, begitu saya posting foto-foto kegiatan lettering meet up di FB, banyak yang protes, pengen ikutan. Yahelah, padahal sebelum berangkat ke GGP sorenya saya udah pasang pose poll banget ala-ala OOTD  sambil halo-halo, siapa pun boleh join. Hihihihi. Yawdahlahya, emang susah menyenangkan fans yang banyak ragamnya ini. Tapi Emak Gaoel suka susah hati dan susah tidur kalau belum bisa menyenangkan fans emak. Maka dari itu, dengan tidak tahu malu, weekend ini, hari Sabtu dan Minggu, saya persembahkan dua workshop lettering untuk para penggemar teman-teman yang mau belajar basic lettering bersama saya. Yuk, cusss.


Yang pertama, hari Sabtu, 27 Agustus 2016. Jam 09.00 - selesai. Tempatnya di Smesco Gallery. Ini adalah kelasnya doodle-nya Mak Tanti Amelia. Yah, saya mah apa atuh, cuma bisa numpang tenar sama Mak Tanti. Hahaha. Sesi lettering saya pagi, ya. Siangnya baru sesi doodling dari Mak Tanti. Untuk kelas ini berbayar Rp 75.000. Tapi para peserta akan dapat banyak dari kegiatan ini, karena ini kegiatan bersponsor. Tenang ajeh, pulang balik modal, malah lebih, kok. :p Daftar ke nomor di banner ini, ya. 


Workshop kedua diadakan oleh komunitas kesayangannya akoh, Akademi Berbagi Bekasi. Inget kaan, dulu kala, saat Emak Gaoel masih muda jelita, Emak Gaoel pernah ngisi kelas Akber Bekasi, lho. Di sini ceritanya. Worshop ini gratis tis tis! Asalkan kamu udah daftar terlebih dahulu. Ini link pedaftarannya. Jangan lupa cek TL @AkberBKS di Twitter untuk keterangan lengkapnya, ya. Karena untuk workshop ini, peserta diminta membawa peralatan sendiri. Jangan khawatir, alatnya gampang dan murah, kok. Cuma kertas, buku kotak-kotak, kuas Lyra nomor 00 dan tinta cina botol kecil. Kalau ditotal, paling cuma abis 15.000 untuk semua.


Jadi, jangan pada protes lagi nggak bisa ketemu saya tahu kalau ada workshop lettering, ya. Awas kalo nggak ikutan. He? Apa? Tinggalnya jauh? Ppffttt, saya udah dari sebulan lalu lho kasih live demo di fanpage Emak Gaoel. Ayo! Update! Update!

Whew, sebelum saya digaplokin karena makin lama makin bikin emosi, kita udahin aja, ya. Saya tunggu weekend ini, ya! Dandan yang cantik, siapa tau ketemu jodoh. Eh. 

Jumat, 12 Agustus 2016

Lettering Service: Ruangopi Bekasi

Assalamu'alaikum.

Apa kabaar, dunia blogger Indonesia? Gak kangen sama Emak Gaoel? (Cih!). Gile bener, keasikan sama yang baru, lupa nulis di blog, padahal blog ini kan modal saiah buat cari nafkah. *jujur banget, mak!* Hahaha. Nggaklah, beneran kangen banget ngeblog lagi. Hampir dua minggu nggak posting, rasanya seperti ada yang hilang. #ngintipdompet #tetepbalikkeduitlagi 

Ruangopi (pic. courtesy: Turi Kaliandra-owner of Ruangopi)

Kamyu pasti penasaran kan saya lagi sibuk ngapain sih sampe lupa posting di blog? *mulai ngeselin* Saya lagi seru banget nih merintis usaha baru. Mulai banyak ditanggap buat ngasih lettering service ke acara dan tempat usaha/rumah teman. Lettering service? Appaan, noh? 

Semoga udah pada follow akun IG saya ini ya, biar nggak perlu cerita dari awal lagi. Heuh. Atau baca postingan saya tentang hobi lettering yang mulai saya tekuni sekitar setahun yang lalu di sini. Ternyata saya keranjingan banget bikin-bikin hand lettering di gelas, frame dan karton. Terus, dari sana banyak terima pesanan. Alhamdulillaah, rejeki ada aja. Allah Maha Baik. Termasuk kemudian saya banyak mau, pengen nyoba lettering di tembok. Tapi tembok siapa yang bisa jadi korban? Itu masalahnya. Hahaha. Ada gitu yang rela rumah atau cafe-nya saya coret-coret? Siapa elu? (Lah, elu siapa?) 


Beruntung sekali, saya dan Pak Suami punya teman baik yang rumahnya dekat rumah kami dan buka "warung kopi" unyu di rumahnya. Namanya Ruangopi. Ya ampun, kalo kalian ngaku pecinta kopi dan warga Bekasi, belum ke Ruangopi, plis deh. Ini tempat cozy dan homey banget. Kopinya juga kopi serieus. Mau yang jenis apa, dari daerah mana, mau diroasting di depan kita langsung, mau yang acidity levelnya berapa, tinggal ngomong sama Mas Turi dan Mbak Ratna (owner Ruangopi).  Termasuklah saya dan suami jadi pelanggan setianya, karena jaraknya juga cuma tinggal ngesot doang dari rumah. 

Iseng-iseng, setelah mengumpulkan keberanian selama beberapa hari, saya nanya ke Mas Turi, "Mas, boleh gak temboknya saya tulisin pake kapur?" Soalnya saya lihat emang waktu itu chalking di tembok Mas Turi masih ala kadarnya. Saya rasa bukan karena Mas Turi nggak bisa, ya. Hew, dese seniman desain grafis! Pasti karena nggak sempat ngegarap. Gayung bersambut, lanjut mandi. (Lah?) Mas Turi kasih ijin saya buat coret-coret salah satu sisi temboknya di Ruangopi. Huaa, girang tak kepalang. Btw, kepalang itu artinya apa, ya? *problem*

Penampakan sebelum digarap

Mas Turi mengijinkan saya untuk re-make Coffe Acidity Level Chart yang udah dia buat sebelumnya.. Sambil deg-degan, ditungguin suami, saya mulai garap chalk lettering di Ruangopi. Karena masih project pilot, ternyata banyak banget hal yang tidak terduga muncul. Mulai dari cara menghapus kapur yang tricky banget. Sampai membagi space di tembok supaya align bisa center gitu. Kalo di laptop mah enak, tingga klik center, lah ini di tembok! Klik jidat gue bagian tengah, gitu? 

After! :D

Karena ini tempat usaha, saya juga mikir, gak bisa asal-asalan mentang-mentang baru pertama kali. Sebelum ke sana, saya sampai buat beberapa sketsa untuk jadi panduan. Ndilalah, pelajaran lainnya yang saya dapat, sketsa boleh keren, tapi eksekusi belum tentu. Huahaha. Menggambar di kertas, begitu dituangkan ke dinding atau media vertikal beda banget feel-nya. Sama persis kayak bikin lettering mug, yang notabene permukaannya melengkung. Nggak bisa disamain kayak nulis di kertas biasa. 


Total 2,5 jam plus coffee break, saya rampung ngerjain temboknya Ruangopi. Makasih banget sama Mas Turi dan Mbak Ratna yang udah ngijinin saya urek-urek di cafe kerennya. Makin happy lagi, karena Ruangopi makin hari makin ramai. Mulai banyak yang datang kesana, jadi makin banyak yang melihat hasil karya chalk lettering akuuuw. Uwuwuwuw! 


Next story, saya akan cerita tentang lettering service untuk wedding, mirror lettering dan mural. Total sampai saat ini, sudah ada 4 project lettering service yang saya kerjakan. Makin banyak, makin terasah. Begitu katanya. Mbuh kata siapa. :v Btw, kalau mau lihat video pendek proses chalk letttering di Ruangopi bisa ke sini, ya! ;)

Ruangopi (pic. courtesy: Turi Kaliandra-owner of Ruangopi)

Jumat, 06 Mei 2016

Lettering Mug Emak Gaoel Ikut Meramaikan Pesta Wira Usaha TDA 2016

  15 comments    
categories: ,
Assalamu'alaikum.

"Mak, mau ngisi booth KEB gak di Pesta Wira Usaha 2016?"
"Wah, maulah! Kapan, mak?"
"Besok! Tiga hari."

Cakeeep bener WA dari Mak Icoel (Sumarti Saelan), ketua Kumpulan Emak Blogger (KEB), masuk. Errr, Mak. Lu tau gak itu mug kudu dibakar dulu selama 3 jam? Terus, kapan gue ngerjainnyaa? Dalem hati ngomel sendiri. Hahaha! Tapi ini kan kesempatan langka. Dapet booth gratis di acara gede seperti Pesta Wira Usaha yang diadakan oleh komunitas Tangan Di Atas (TDA) kayak gini, itu serasa dapet durian runtuh bertubi-tubi. *pake helm* Udahlah booth gratis, hari gini booth di acara berskala nasional itu mahal. Belum lagi potensi terekspos yang luas, karena acara ini dihadiri oleh kontingen TDA dari seluruh wilayah Indonesia. Semuanya pengusaha! Huwawwh! Akhirnya saya beranikan diri untuk nawar ke Mak Icoel. 



"Mak, kalau aku ngisi hari terakhir aja, boleh gak?"
"Boleh."

Heu euh, Mak Icoel mah gitu orangnya, ngomong dikit, tapi asik. Wkwkwkwk. Akhirnya saya jumpalitan belanja stok mug kosong, bikin desain, belanja properti buat keperluan display booth dan bakar-bakar mug, sampai lipat-lipat kotak packaging dalam dua hari. Warbiyasak, capeknya. Tapi herannya saya gak letoy, malah semangat banget. 

Tanggal 5 Mei 2016, pagi-pagi buta saya udah jalan menuju Sasana Kriya, TMII, Jakarta. Bawa semua peralatan tempur untuk hari itu bareng asisten ganteng saya, Fauzan (adek bungsu saya). Konsep saya sederhana: sukur-sukur bisa jualan, tapi yang penting produk lettering mug saya dikenal luas dulu di kalangan pengusaha di sana. Kartu nama ala kadarnya udah saya siapkan sejak malam. Pokonya beneran siap tempurlah. Bismillaaah.


Ternyata letak booth KEB strategis banget, tepat di depan panggung komunitas di bagian samping gedung. Sepanjang hari itu praktis panggung tidak pernah kosong, mulai dari komunitas pecinta yoga, Bunda Pipiet Senja yang berbagi tentang novel barunya yang difilmkan, lalu komunitas fotografi, acara masak-memasak dan KEB juga kebagian mengisi mini talk show. Btw, setelan saya hari itu beneran siap tempur jadi pedagang, eh, gak taunya ikutan diseret sama Mak Icoel buat naik panggung mendampingi beliau (((BELIAU))) untuk ngobrol ringan soal KEB. Eaaa. Tau gitu kan pake bulu mata dulu dari rumah. -_-


Alhamdulillaah, dari 30 lettering mug yang saya bawa, yang laku ada 5. Hahaha! Kok dikit? Gak masyalaaah! Yang penting kartu nama saya udah nyebar ke tangan-tangan potensial reseller. Masih ngarep-ngarep sih sebenernya ini, karena ... ehm, ternyata lettering mug saya di Pesta Wira Usaha gak ada yang nyamain. Banyak yang mampir terus bengong sambil usap-usap takjub lettering mug kreasi saya. Ya ampun, buu, paaak, kenapa cuma diusap-usap doang siih? Kuciiing, kali. Wkwkwkwk. Tapi jujur, mau gak mau saya ngerasa seneng banget karena banyak yang mengagumi hasil kreasi lettering mug saya. 


Yang bikin tambah seneng juga, saya sempat sekalian kopdar sama beberapa teman blogger yang selama ini cuma bisa interaksi lewat blog dan socmed. Ketemu pengusaha tomyam bakar, BaHa. Ketemu Icus yang jagain anak didiknya di booth Itaco, ketemu Mak Haya Nufus yang baru pulang dari Madagaskar. Ketemu Mak Devi yang sengaja boyong anak-anaknya ketemu saya karena mereka tertarik belajar lettering. Dan Mak Andy bahkan "mengirim" suaminya yang menghadiri Pesta Wira Usaha ke booth saya untuk mengambil pesanan mug-nya. Ya ampun, terharu. Selain itu, ya ketemu makmins kece yang budimanlah, ya: Makpon Mira Sahid, Mak Irma dan Mak Icoel. Mayan, sempet rumpi-rumpi banjir (soalnya hujan gede banget) sambil dagang gelas. Hahaha.




Sepulangnya dari sana, beberapa hari kemudian beberapa pesanan masuk bukan dari orang-orang yang saya kenal. See? Gak masalah belum laku di booth, cuma masalah waktu aja kok Tuhan kasih rejekinya. Alhamdulillaah. Terima kasih ya, Mak Icoel, udah ajakin aku. Yang pasti mah, terima kasih banget buat KEB yang inget ngajakin saya di saat genting gak ada yang bisa ngisi booth. Huahaha. Kalo kepepet aja, baru inget gue, luh! (Untung masih diinget, hihihihi).


Pesan dari saya yang masih pengusaha pemula ini,  jangan cepat menyerah dan patah hati. Terus aja bangun sikap positif dan yakin, rejeki bisa datang dari arah mana saja. Pulang bawa sisa dagangan? Ya, bikin SALE, dong! Nih, lettering mug sisa dari Pesta Wira Usaha kemarin saya jual murah supaya stocknya cepet abis. Pake gratis ongkir untuk Jabodetabek, pula. Gak mau kalah sama promo ojek onlen. :v Liat-liat di album foto ini selengkapnya ya. 



Senin, 11 April 2016

Ada Apa di Balik Lettering Mug Emak Gaoel?

  16 comments    
categories: , ,
Assalamu'alaikum.

Semoga kamu sekalian nggak malu-maluin ya ngaku-ngaku sebagai fans Emak Gaoel. Harus udah tahu kalau Emak Gaoel sedang merintis bisnes baru. Harus, ya! HARUS! *songong, jambak aja sampe botak!*


Eeh, jangan kabur. Pliiizzz! Ntar nyesel, lho. *balik songong lagi* Saya kan udah hampir setengah tahun ini belajar hand lettering, yaa. Ceritanya di sini. Terus, saya iseng mengaplikasikan hasil hand lettering saya di atas mug. Alhamdulillaah, banyak teman-teman yang tertarik untuk beli. Horee! Karena kayanya laris, saya terusin aja modalin dikit-dikit supaya makin besar. Alhamdulillaah, dari yang tadinya ngirim pake kotak sepatu bekas, sekarang udah ada kotak khusus. Yang tadinya uwel-uwel pake kain perca, sekarang dimodalin pakai bubblewrap. Pokoknya, ini mau diseriusin ke depannya. Dan karena udah dua tahun terakhir ini saya aktif di Crafting for Charity, sekalian aja saya masukkan penjualan lettering mug ini untuk bisa jadi salah satu donatur kegiatan sosial. Seperti biasa, donasinya saya salurkan ke Komunitas Lebah yang sudah dua tahun ini menerima donasi dari Crafting for Charity.


Namanya juga barang handmade, ya. Harusnya sih udah pada paham kalau barang model beginian jangan sekali-kali dibandingkan harga dan kualitasnya dengan barang hasil produksi mesin. JANGAN! AKU BISA NANGIS! KEJER! HUAAA! Konon kabarnya, orang yang mau membeli barang kreasi handmade adalah orang yang memang mau dan mampu menghargai proses di balik pengerjaannya. Semacam, memilih beli kain batik tulis yang harganya jutaan ketimbang batik print pabrikan. Jadi, emang pasarnya segmented banget, tapi bukan berarti kecil, ya.


Sekarang coba ya, saya cerita dikit (banyak kayanya sih) apa dan bagaimana di balik proses pembuatan lettering mug saya itu. Semoga, mencerahkan untuk teman-teman. Yang tadinya gak suka beli barang handmade, jadi mau beli. Yang tadinya gak paham cara pembuatannya, jadi nambah pengetahuan. Yang paling penting, yang tadinya cuma mau beli satu karena gak enak udah temenan lama sama saya, jadinya mau beli selusin. Okesip!

Alat

1. Mug
Ya iya atuhlah, perlu mug-nya. Kalo gak, nulis letteringnya di mana, deh? Hihihi. Saya beli mug di satu toko perabotan rumah tangga dekat rumah saya. Harga? Tentu saja jauh lebih murah dari harga mug yang sudah saya dekorasi dengan hand lettering saya. Lah, itu pan mug polos. Jadi jangan bikin saya jadi singa ya dengan komentar, "Mahal amat! Mugnya aja paling cuma berapa harganya!" Ennggg, ke pantai aja sana, nyebur ke laut sekalian. -_- Emang jalan panas-panasan ke tokonya nggak diitung ongkos? Hiks.



2. Marker
Sebelum akhirnya saya menemukan marker yang cocok dan bagus untuk hand lettering mug saya, saya harus beli beberapa merek marker untuk diujicoba. Dimodalin buat trial dan error. Dan akhirnya menemukan yang hasilnya paling bagus. Dan, itu mahal. Wkwkwk. Tapi gapapa, daripada hasilnya jelek? Ya, kaaan? ;)


3. Oven
Heu euh, sis. Itu mug abis ditulisin, dibakar alias dipanggang dalam oven. Hahahaha! Abis itu tinggal dimakan, deh. Kebetulan saya pakai oven listrik. Mayan kena watt-nya gede. Kalau pakai oven kompor pun, minimal setengah jam pembakaran, gasnya juga boros.


4. Bubblewrap
Berhubung udah ngalamin mug pecah begitu sampai ke tujuan, saya akhirnya gak bisa percaya sama sekali dengan gulungan kain perca dan kertas koran bekas doang. Harus pakai bubblewrap. Di mana dapetinnya? Beli online! Wkwkwkwk.


5. Kotak
Berhubung toko tempat menjual mug-nya nggak nyediain kotak, terpaksa saya pesan ke sebuah percetakan kotak untuk tiap mug saya. Waktu awal saya malah pake kotak sepatu bekas. Tapi, lama-lama kotak sepatu di rumah abis, dong? Lah, sepatu juga punyanya cuma segitu doang. -_-


6. Cuka/alkohol
Bukan buat diminum atau bikin kuah mpek-mpek. Ini buat membersihkan permukaan mug sebelum ditulisi. Karena mug itu kan udah melewati perjalanan panjang sebelum sampai ke tangan saya. Residu-residu yang menempel di permukaannya bisa mengganggu kualitas tulisan di atas mug nantinya.

7. Tape/selotip besar
Ini borosss banget makenya. Karena parno takut pecah pas pengiriman. Hiks.

8. Koran bekas
Udah pake bubblewrap, masih pake koran bekas lagi? Iya atuuh, buat mengisi kekosongan hati ruang, suapaya mug gak goyang-goyang saat pengiriman.


Proses

1. Mencuci dan membersihkan mug
Mug dari toko itu kotornya astaga buseeet! Berdebu, banyak coretan spidol, dan siapa yang tau ada kotoran tikus atau nggak di situ. Huaaa! Tiap baru beli mug, saya harus cuci dulu sebersih mungkin, terus diolesi cuka atau alkohol, baru mugnya siap untuk dieksekusi.

2. Sketching
Kalau pemesan minta desain dan bentuk tulisan tertentu yang saya kurang PD untuk langsung gambar di mug, biasanya saya sketching dulu di kertas. Tapi kalau desainnya simple aja, biasanya bisa langsung tulis dan gambar di atas mug.

3. Menulis dan menggambar mug
Tadinya saya agak anggap remeh hend lettering di mug pasti sama aja kayak hand lettering di atas kertas. Bego, kan gue? Jelas-jelas itu permukaannya mblendung gitu, gimana bisa sama? Hahaha. Dan bener aja, deh. Ternyata butuh waktu lebih lama untuk hand lettering di atas mug, apalagi menggambar. Kalau tangan belok dikit aja, bentuknya langsung aneh. Dan karena marker yang saya pakai adalah marker permanent yang kuat banget daya tempelnya, kalau ada kesalahan, gak bisa lama-lama, harus langsung dicuci dan dihapus.


4. Minta persetujuan customer
Begitu tulisan dan gambar sudah jadi, biasanya saya foto dulu untuk minta persetujuan pemesan. Biasanya sih langsung OK, karena sejak awal saya udah wanti-wanti kalau nggak bisa nerima request gambar macem-macem. Artist-nya abal-abal soalnya, hahaha. Gak bisa gambar bagus. Kalau pemesannya menjawab agak lama, resiko deh, menghapusnya harus pakai usaha lebih karena tulisan dan gambarnya udah keburu nempel banget.

5. Pembakaran di oven
Bakar mug di oven beda banget sama bakar kue, lho ya. Oven harus dalam keadaan dingin saat mug dimasukkan dan harus dalam keadaan dingin juga saat mug akan dikeluarkan. Total lama waktu pembakaran bisa memakan waktu sampai tiga jam. Mana oven saya kecil, cuma muat maksimal 5 mug sekali pembakaran. Mayan juga nungguinnya, bisa sekalian manjangin rambut.


6. Pemotretan
Hahah! Iya, proses ini penting banget. Kan buat dokumentasi. Berhubung saya ini potograper ala-ala, bikin studio foto pun jadi ala kadarnya. Yang penting, tampilan di foto bisa kece, dah. Rumah ancur, tak mengapaaa! Udah biasaa! :v


7. Packaging
Dari keseluruhan proses, jujur proses ini paling bikin sebel dan stress. Lama banget dan boros selotip sama koran bekas. Yang bikin tambah asoy itu, kalau lagi packaging, keringet bercucuran dan tangan belepotan tinta koran. Kece banget, dah! Hahaha!


8. Pengiriman
Bismillaah, ya Allah, plis selamat sampai tujuan. Huaaa. Sampai saat ini, sudah sekitar 40-an mug yang saya kirim, dan "hanya" tiga di antaranya yang pecah, karena nggak pakai bubblewrap. Setres nungguin kabar dari pemesan mug. Hihihi. Soalnya kalau pecah, saya harus ganti, karena saya lagi pencitraan sebagai penjual yang propeseyenel. Halah. Ya, tanggung jawab aja sih, masa saya mau masa bodo aja, gitu? Siapa tau ke depannya malah yang mesen mau pesan dalam jumlah banyak buat souvenir nikahan atau ultah. Ya, kan? #kode #banget


Nah, yang mau pesan lettering mug Emak Gaoel yang ngehits itu (digetok), ini price list-nya ya.

Price List: 
Mug Putih
1 sisi, hitam putih, Rp 60.000
2 sisi, hitam putih, Rp 70.000
1 sisi, warna, Rp 70.000
2 sisi, warna, Rp 80.000

Mug Warna
Rp 85.000 (hanya tulisan dan gambar tidak berwarna, karena warnanya tidak keluar kalau di mug warna).

Kamu bebas mau pesan tulisan atau quote atau doa untuk ditulis di mug. Tulis tangan, niih. Asal isi tulisannya nggak aneh-aneh aja, ya. Hihihihi. Kemarin malah ada yang pesan cuplikan lirik lagu. Ada juga yang cuplikan ayat do'a. Pernah juga ucapan ulang tahun untuk keponakan. Malah ada yang simple banget, cuma mau ditulisin hashtag khas miliknya di atas mug. Udah gitu, doang. Bisa banget pesan dalam jumlah banyak, misalnya untuk semua anggota keluarga. Atau buat souvenir arisan, ulang tahun, nikahan. Asal ya itu, dari jauh-jauh hari. Bikin 5 mug aja makan waktu 5 jam-an. Dan berhubung ini masih skala kecil, pemesanan lebih dari satu mug harus PO (Pre Order) ya, sis. Transfer dulu, baru dibikin. :D


Kira-kira begitulah kisah lettering mug Emak Gaoel. Semoga abis ini, nggak ada lagi yang tega nawarnya, yaa. Itu di atas saya nggak bahas biaya desain dan pembuatan letteringnya, lho. Jujur, mau dihargai berapa itu? Kalau mau dihitung jadi rupiah, saya juga bingung merupiahkan waktu belajar lettering saya selama beberapa bulan ini. Terus berapa banyak gelas dan marker dan tinta yang jadi kelinci percobaan. Tapi ya sudahlah, intinya, barang kreasi handmade memang punya pasarnya sendiri. Gak semua bisa memahami sepanjang apa proses pembuatan yang dilakukan secara manual itu. Semoga lewat tulisan ini, yang tadinya nggak ngerti kenapa harganya bisa jadi segitu, jadi manggut-manggut dan tergerak hatinya untuk pesan dalam jumlah besar. Hiyah. Hahaha. Kalau mau lihat foto-foto mug yang sudah jadi, selengkapnya bisa dilihat di album foto ini, ya. Ditunggu lho, mas bro dan mba sis, pesenannya. Ehm, buat hadiah giveaway blog juga kece banget, lho! Kebetulan kemarin saya mensponsori dua GA teman blogger saya. Terima kasih, yaa. :*


Rabu, 23 Maret 2016

Coloring Book Bisa Dikirim Jadi Post Card

  8 comments    
categories: 
Assalamu'alaikum.

Ini kabar terbaru lagi dari Mas Bambang Pribadi yang dua bulan lalu menerbitkan buku coloring book Mysterious Mandalas. Kali ini Mas Bambang menerbitkan seri buku mewarnai yang konsepnya beda banget. Saya langsung kayak anak kecil dapat mainan baru begitu buku itu ada di tangan. Safina juga suka banget, karena ukurannya travel size. Nggak terlalu besar, tapi nggak terlalu kecil juga.



Buku ini ukurannya sekitar 15 x 15 cm, berjudul Coloring Postcard. Sesuai judul, isinya gambar-gambar tangan Mas Bambang yang siap diwarnai. Mostly gambar bergaya doodling art atau semacam free style drawing kali ya. Gambarnya dilengkapi dengan quote-quote inspiratif yang sering kita temui. 


Tadinya saya agak ragu kalau lembaran buku ini layak untuk dicabut dan dikirim sebagai potscard. Tapi ternyata kertasnya memang tebal dan kaku, persis seperti postcard pada umumnya. Selain itu, di bagian belakang tiap gambar sudah ada tempat untuk menempelkan prangko dan menuliskan alamat serta pesan pendek.


Harga buku ini dibandrol Rp 55.000. Isinya terdiri dari 35 original designs oleh Mas Bambang. Bisa dibeli di beberapa toko-toko buku di Jakarta atau langsung ke Mas Bambang Pribadi. Safina dan saya masih belum selesai mewarnai semua gambar dalam buku ini. Karena ukurannya yang compact, biasanya suka saya masukin ke tas, dan bisa buat hiburan juga dalam perjalanan.