Sore yang cerah. Matahari menyorot telak ke kursi tempat aku menunggu dalam ruang praktek dokter gigi yang tak kunjung datang. Sudah setengah jam aku menunggu sang dokter gigi yang terhormat agar beliau bisa segera mencabut gigi anak sulungku. Duuuh, kenapa juga ini ruangan harus menghadap ke barat? Hehehe…protes yang nggak berarti.
Lama melamun sambil menahan kesal (menyesal nggak ingat dzikir waktu itu), entah kenapa aku jadi mikirin mati (syukurin! Gak ingat dzikir sih!). Hlah, apa hubungannya sih sama nungguin dokter gigi? Beneran deh, nggak tahu!
Aku ingat mamaku pernah cerita kalau kakekku almarhum meninggal dunia di tengah-tengah teman-temannya saat dia sedang dalam perjalanan bersama mereka. Mamaku cerita kakekku adalah orang yang sangat sosial. Berteman dengan siapa saja dan sangat suka duduk-duduk berkumpul dengan teman-temannya. Suka sekali bertandang ke rumah sanak saudara sekedar untuk menanyakan kabar mereka. Dan lebih suka lagi kalau rumahnya ramai dipenuhi orang. Mamaku bilang, seseorang biasanya akan meninggal dalam keadaan yang suka dilakukannya dalam hidup. Kalau dia suka ke mesjid, biasanya dia akan meninggal di mesjid. Kalau dia suka belajar, kemungkinan besar dia akan meninggal tengah membaca buku. Kalau dia suka mabuk-mabukkan, silahkan tunggu kabarnya yang mungkin akan mengabarkan dia meninggal di tempat mabuk-mabukkan. Tentu saja ini bukan sesuatu yang mutlak. Bagaimanapun kematian adalah rahasia Tuhan.
Cerita mamaku berlanjut ke sebuah nasehat. “Makanya sering-seringlah ke tempat yang baik-baik seperti ke mesjid, bersilaturahim dengan saudara dan teman, mengunjungi orang sakit atau melihat bayi yang baru lahir. Lalu bertemanlah dengan orang baik-baik. Dan yang terakhir lakukanlah selalu hal yang baik-baik yaitu beribadah”. Tujuannya supaya apa? “Agar jika sewaktu-waktu nyawa kita dicabut, kta sedang dalam keadaan yang baik”.
Jadi ingat teroris yang terbunuh dalam kamar mandi di Temanggung beberapa waktu yang lalu. Kira-kira dia semasa hidupnya suka ngapain, ya? Wallahualam… Aku juga teringat nenek salah satu temanku yang sehari-harinya selalu berada di mesjid depan rumahnya, sampai-sampai makan siang dan malamnya almarhumah selalu minta diantarkan ke mesjid. Pada akhirnya beliau meninggal dalam keadaan duduk dalam sholatnya. Subhanallah, indahnya. Meninggal dalam keadaan sedang berdialog dengan Khaliq-nya.
Terus, kalau meninggal dalam keadaan menunggu kaya aku sekarang ini, kira-kira baik atau nggak ya?
Lama melamun sambil menahan kesal (menyesal nggak ingat dzikir waktu itu), entah kenapa aku jadi mikirin mati (syukurin! Gak ingat dzikir sih!). Hlah, apa hubungannya sih sama nungguin dokter gigi? Beneran deh, nggak tahu!
Aku ingat mamaku pernah cerita kalau kakekku almarhum meninggal dunia di tengah-tengah teman-temannya saat dia sedang dalam perjalanan bersama mereka. Mamaku cerita kakekku adalah orang yang sangat sosial. Berteman dengan siapa saja dan sangat suka duduk-duduk berkumpul dengan teman-temannya. Suka sekali bertandang ke rumah sanak saudara sekedar untuk menanyakan kabar mereka. Dan lebih suka lagi kalau rumahnya ramai dipenuhi orang. Mamaku bilang, seseorang biasanya akan meninggal dalam keadaan yang suka dilakukannya dalam hidup. Kalau dia suka ke mesjid, biasanya dia akan meninggal di mesjid. Kalau dia suka belajar, kemungkinan besar dia akan meninggal tengah membaca buku. Kalau dia suka mabuk-mabukkan, silahkan tunggu kabarnya yang mungkin akan mengabarkan dia meninggal di tempat mabuk-mabukkan. Tentu saja ini bukan sesuatu yang mutlak. Bagaimanapun kematian adalah rahasia Tuhan.
Cerita mamaku berlanjut ke sebuah nasehat. “Makanya sering-seringlah ke tempat yang baik-baik seperti ke mesjid, bersilaturahim dengan saudara dan teman, mengunjungi orang sakit atau melihat bayi yang baru lahir. Lalu bertemanlah dengan orang baik-baik. Dan yang terakhir lakukanlah selalu hal yang baik-baik yaitu beribadah”. Tujuannya supaya apa? “Agar jika sewaktu-waktu nyawa kita dicabut, kta sedang dalam keadaan yang baik”.
Jadi ingat teroris yang terbunuh dalam kamar mandi di Temanggung beberapa waktu yang lalu. Kira-kira dia semasa hidupnya suka ngapain, ya? Wallahualam… Aku juga teringat nenek salah satu temanku yang sehari-harinya selalu berada di mesjid depan rumahnya, sampai-sampai makan siang dan malamnya almarhumah selalu minta diantarkan ke mesjid. Pada akhirnya beliau meninggal dalam keadaan duduk dalam sholatnya. Subhanallah, indahnya. Meninggal dalam keadaan sedang berdialog dengan Khaliq-nya.
Terus, kalau meninggal dalam keadaan menunggu kaya aku sekarang ini, kira-kira baik atau nggak ya?