Sejak aktif menggunakan Facebook dan Twitter, saya jadi sering ketawa-ketawa sendiri di depan komputer. Mudah-mudahan ini bukan gejala awal kehilangan kewarasan, ya. Dalam prosesnya, sejak awal menggunakan social media, berganti-ganti hal yang saya tertawakan, mulai dari status, komentar atau kicauan teman-teman saya atau bahkan saya sendiri. Kadang saya suka merasa bodoh sendiri juga kalau menulis status: “Aaah, akhirnya makan juga!” Geli aja jadinya, itu hal nggak penting yang mau tidak mau akan terbaca oleh sekian ratus, sekarang ribu, teman saya di Facebook. Kira-kira bagaimana ya tanggapan mereka membacanya?
Hohoho, saya pernah sekali (yang ketahuan) di-remove (jaman dulu istilahnya remove, bukan unfriend seperti sekarang) oleh salah satu teman saya di Facebook karena saya sering sekali mengganti-ganti status saya. Diawali dengan sindiran melalui statusnya, “Ih, itu orang nggak penting banget, deh…update status tiap menit, kayak pengen banget dikomen!” Sebut saya GR, tapi status sindirannya kena banget tuh buat saya. Untuk memastikan kalau status itu memang ditujukan untuk saya, maka saya pun membuat status baru, bunyinya, “Kalau nggak suka ya remove aja, sih? Gitu aja kok repot!” Dan besoknya dia sudah me-remove saya. Hiks. Terbukti, dong? Saya nggak GR kan? Wkwkwkwk…
Seiring makin fasih dan faham memainkan Facebook dan Twitter, mulai bermunculan orang-orang yang menjadi spesialis di bidangnya, spesialis sinis. Kerjanya menyindir dan membuat pernyataan-penyataan sinis sehubungan dengan status Facebook dan kicauan di Twitter yang mereka baca. Saya pernah membaca sebuah twit sinis yang bunyinya, “Me-retweet twit yang mention nama sendiri itu bener-bener alay bin labil!” Hahahaha, percaya deh, banyak banget manusia yang melakukan retweet ulang namanya sendiri di Twitter, dan banyak juga yang suka pusing sendiri melihat kelakuan seperti itu.
Makin ke sini, saya jadi tertarik untuk mengamati. Sepertinya manusia-manusia social media user ini makin ahli menilai dan menghakimi manusia lain hanya berdasarkan status dan twit orang lain. Entah itu benar atau salah, makin sinis mereka tampaknya makin merasa paling keren di jagad social media. Hihihihi…Untungnyaa, untungnyaa, saya santai…Saya nggak pusing sama status orang yang di-update tiap sedetik sekali (lebay bet!) atau twit-twit “nggak penting” orang-orang yang saya follow. Lah, kalau nggak suka, gampang saja buat saya, tinggal UNFRIEND atau UNFOLLOW! As simple as that, dibanding saya jadi manusia yang penuh penilaian dan menghakimi, sedangkan dasar penilaian saya sangat…ya, nggak penting! Hihihihi, mbulet, ya?
Intinya gini, menjadi manusia sinis itu melelahkan. Saya lebih memilih memakai fasilitas yang disediakan Facebook dan Twitter demi menyimpan energi saya, yakni UNFRIEND dan UNFOLLOW daripada saya repot sendiri bikin status sindiran atau twit synical. Ya Tuhan, hidup terlalu indah untuk difokuskan pada kicauan satu orang yang memancing emosimu! Jangan buang-buang energi, ah! Lagipula, kayanya dunia maya mungkin akan jadi dunia yang lebih damai dan nyaman tanpa muncul nada-nada sinis semacam itu. Peace, man, peace! :D