ABOUT ME

Rabu, 30 Desember 2015

Give Away Akhir Tahun Blog Emak Gaoel

Assalamu'alaikum.

Yang masih kerja hari gini mana suaranyaaah? Kaciaaann. Saya dong, udah mules libur kelamaan. -_- Udah segala macem dikerjain dan dibuat di rumah sama bocah, ternyata libur masih lama. Heuh. Karena kamu harus tahu, kebahagiaan kecil seorang mamak stay at home macam saya ini salah satunya adalah bisa punya waktu dikiit aja pas anak-anak di sekolah. Eh, itu mah saya, ya. Gak tau emak yang laen. :p


Bulan ini beneran nggak produktif banget ngeblog. Saya sibuk sama urusan Crafting for Charity (halesyan). Alhamdulillaah, walaupun nggak serame tahun lalu, tetep ada aja yang pesan kartu ucapan buatan saya. Lumayan masih ada yang bisa disumbangkan ke Komunitas Lebah untuk kegiatan Cerdas Tanpa Batas. Selain itu, saya lagi semangat mau mulai project typography Al Qur'an mulai bulan ini. Ambisi besarnya sih, setahun ke depan bisa selesai 30 Juz. Tapi ya kita liat aja ntar, dah! Hihihihi. Kalau inget itu, bahagia. Tapi begitu liat blog lagi, balik lagi galaw. Ini blog bisa mati suri kalo kelamaan ditinggal. Apa kabar trafik harianku? Apa kabar DA? Apa kabar PA? Apa kabar Klout Score? Hiyalaaaah. Mumet amat, mak! Getok, nih!

Doain, ya. Ini project ambisisus sebenernya, tapi mudah-mudahan berhasil selesai tahun 2016. :')

Wekekekek. Alhamdulillaah, saya nggak galaw kok sebenernya sama angka-angka penilaian sistem blog dan socmed itu. Rejeki mah ada aja, nggak cuma lewat ukuran sistem begituan doang. Yang bikin galau saya sebenernya, Blog Emak Gaoel kok udah lama nggak bikin give away, ya? Bikin lagi aja? Ya, udah ayoklah!

Give away kali ini simpel aja, deh. Nggak ngerepotin temen-temen buat bikin postingan yang pake link keluar sampe 15 biji, deh. Janji! Malah, nggak usah bikin postingan aja sekalian. Cukup ninggalin komen di postingan ini. 

Eaa! Yang satu parfumnya kebalik! :)))

Hadiahnya imut, tapi nggak murahan, bener! Ada dua parfum untuk dua pemenang. Caranya cuma ninggalin komen di postingan ini, tuliskan kesan-kesan dan pesan-pesan untuk Blog Emak Gaoel, pengennya tahun 2016 nanti Blog Emak Gaoel ngapain? Curhat soal jodoh juga boleh. Terserahlah. Ditunggu sampai tanggal 3 Januari 2016, ya! Pengumuman pemenang akan diumumkan tanggal 5 Januari 2016. Sok atuhlah, curhat bebas di kolom komentar saya. *balik leyeh-leyeh lagi*

Kamis, 24 Desember 2015

Masalah Yang Muncul Saat Anak Bilingual Belajar Membaca

Assalamu'alaikum.

Di balik waw wew wow teman-teman saya melihat Safina yang cas cis cus ngomong bahasa Inggris, sesungguhnya dia sedang menghadapi tantangan di fase usianya sekarang ini.

Membaca dan memahami apa yang dibaca masih merupakan kendala buat dia baik di sekolah dan di rumah. Saya sudah paham kalau masalah ini akan datang cepat atau lambat. Ini adalah salah satu problem umum untuk anak-anak yang dibesarkan dalam dua bahasa (bilingual). Apalagi untuk anak-anak Muslim yang juga harus mengenal huruf arab. Tambah banyak bentuk simbol huruf yang harus dihafal dan dipahami pengucapannya. 


Masalahnya adalah, bicara dan membaca tentu berbeda cara untuk mempelajarinya. Membaca dan menulis mengharuskan Safina untuk tekun mengamati bentuk huruf, menghafal bunyi atau pelafalannya dan bagaimana menyambungnya menjadi kata. Belum lagi memahami arti katanya. Mumet pasti buat anak seumur dia. Dan saya adalah Mama Anti Bikin Depresi Anak, karena mama yang depresi tidak baik untuk kesehatan seluruh anggota keluarga. Hihihi. Saya nggak mau mentang-mentang Safina udah mulai terampil komunikasi dalam dua bahasa, terus membaca dan menulisnya juga harus dua bahasa sekaligus. Dan semua harus dikejar barengan. Whew! Kasian anak guwweeh. 

Masalah yang Dihadapi Safina dan Solusi Ala Emak Gaoel

1. Tertukar bunyi/lafal huruf antara pelafalan dalam bahasa Indonesia dengan Inggris. 

Misalnya, huruf A pada bahasa Indonesia dilafalkan "a", sedangkan pada bahasa Inggris dilafalkan "e". Perlu beberapa waktu untuk Safina memahami kalau bunyi satu huruf bisa berbeda dalam bahasa lain. Ini perlu latihan konstan, tapi jangan dipaksakan. Gimana caranya konstan tapi nggak maksa?
Kalau saya biasanya menyempatkan belajar pelafalan huruf bahasa Indonesia saat sedang belajar pelajaran sekolah. Jadi di pikiran dia akan berasumsi kalau yang sedang dia lafalkan adalah bunyi dalam bahasa Indonesia, karena sekolahnya selalu memakai bahasa Indonesia. Sedangkan untuk menghafal bunyi huruf dalam bahasa Inggris, biasanya saya selipkan saat membaca buku cerita atau membaca tulisan yang ada di dalam game yang sedang dimainkannya. Karena selama ini, saat di rumah dan bermain bersama saya atau tidak, dia selalu memakai bahasa Inggris aktif. Sehingga asumsinya terbentuk untuk melafalkan dalam bahasa Inggris. Ini saya lakukan dengan disiplin, tapi tidak dengan frekwensi tinggi. Artinya, cukup dua sampai lima menit dalam sehari, asalkan terus-menerus.


2.  Cenderung tahu arti kata dalam salah satu bahasa.

Untuk kasus Safina, dia lebih cenderung tahu arti kata dalam bahasa Inggris ketimbang dalam bahasa Indonesia. Untuk mengimbanginya, saya selalu berupaya untuk menjelaskan setidaknya satu kata per hari dalam dua bahasa. Misal, dia sedang sering mendengar kata "villager" dari game yang sering dimainkannya. Saya jelaskan kalau dalam bahasa Indonesia, "villager" berarti "orang desa". Dan biasanya pertanyaan berlanjut, "What's 'desa'?" Dari sana percakapan akan berkembang, dan kalau dia masih melontarkan pertanyaan lanjutan, artinya dia akan belajar lebih dari satu kata hari itu. Tapi kalau tidak, ya udah. Saya hanya melanjutkan dengan mencontohkan tulisan satu kata tersebut.
Untungnya, Safina di rumah adalah anak yang aktif sekali bertanya dan diskusi dengan saya. Heu euh, kalau di luar rumah dia pemalu banget. Gemes sebenernya, tapi balik lagi, saya nggak mau maksa anak. Paling saya coba cari solusi-solusi kreatif ala-ala saya aja untuk menyiasatinya. Salah satunya dengan membuat home video kayak gini untuk memancingnya agar lebih percaya diri berbicara.



3. Lama memahami rangkaian kata dalam kalimat.

Iya jelas aja. Untuk menghafal kata aja udah harus berjuang, ditambah lagi harus mengerti makna dalam beberapa kata di satu kalimat. Belum lagi kalau kalimatnya panjang. Yang suka bikin saya rada stress dikit itu kalau udah baca soal pertanyaan esai di sekolahnya. Untuk anak kelas 1 SD, pertanyaan sudah banyak yang berbentuk seperti soal cerita. Minimal ada tiga sampai lima kalimat panjang sebelum pertanyaan dilontarkan. Bujubuneng!
Kasian sebenernya sama anak-anak ini, makanya Safina nggak terlalu saya push untuk dapat nilai bagus di sekolah. Bukan saya cuek dengan pendidikannya. Tapi buat saya, lebih baik dia menikmati proses belajarnya ketimbang tertekan untuk bisa dapat nilai tinggi di sekolah. Hey, buat yang anak-anaknya pinter di sekolah, no offense, ya. Tiap anak berbeda. Maybe my kid just needs different way of learning. Balik lagi, itu tanggung jawab saya untuk menemukan cara yang paling efektif untuk dia. Cara saya belum tentu manjur untuk anak lain.



4. Dikte menjadi "siksaan" sekaligus "permainan" yang mengasikkan.

Gimana itu, deh? Waktu awal mulai sekolah beberapa bulan yang lalu, Safina sempat mengeluh sama saya soal dia nggak suka kalau gurunya menyuruh mereka sekelas menulis dengan cara dikte. Buat anak-anak yang sudah lancar membaca tentu saja itu tugas yang mudah, tapi buat Safina lain hal. Dia berjuang keras untuk bisa menulis kata per kata yang diucapkan gurunya. Sering saya temui kesalahan eja di buku tulisnya. Sekali lagi, saya paham perjuangannya. Dalam hati cuma bisa mendoakan dan mencari jalan keluar.
Akhirnya saya menemukan solusi asik untuk menghadapi masalah ini. Tiap hari, minimal satu kata dalam bahasa Indonesia dan Inggris akan saya diktekan huruf per huruf untuk dituliskan oleh Safina. Jika itu kata dalam bahasa Indonesia, saya lafalkan ejaan dalam lafal abjad Indonesia. Kalau kata tersebut dalam bahasa Inggris, saya lafalkan dalam lafal abjad Inggris. Nggak banyak-banyak, satu kata aja masing-masing. Kadang dalam seminggu satu kata itu diulang terus. Seenggaknya, perlahan tapi pasti, dia mengingat susunan abjad untuk kata tersebut.


Beberapa solusi di atas sudah ada beberapa yang memperlihatkan hasil. Sekarang Safina lebih lancar saat mengerjakan PR-nya dari sekolah. Walaupun masih harus saya bantu sesekali. Dan sejak minggu lalu, Safina punya diary yang ditulisnya setiap hari, dalam bahasa Inggris. Buat saya, ini kemajuan yang luar biasa. Mungkin banyak anak di luar sana yang sudah lancar membaca sejak balita. Tapi saya berusaha untuk tidak terintimidasi dan sebisa mungkin membangun kondisi yang tidak menekan Safina juga, supaya proses belajarnya tetap menyenangkan.

Sebenarnya masih ada beberapa masalah seputar proses belajar membaca Safina, sih. Tapi saya lupa. Hahaha Ntar deh, kalau inget lagi, saya bikin sambungannya. Intinya, nggak ada masalah yang tidak dilengkapi dengan solusi. Jadi orang tua kreatif itu bukan pilihan lagi untuk jaman sekarang, melainkan kewajiban. Semoga ke depannya dia akan memetik buah dari kegigihannya memakai dua bahasa sekaligus sejak kecil. Ibaratnya, Safina sedang menanam benih saat ini Dia lagi bersusah payah menjaga benihnya agar tumbuh dengan rutin menyiram dan memberi pupuk. Suatu saat kelak, dia sendiri yang akan memetik hasilnya. Semoga.  

Hi, my daughter's name is Safina. She's seven years old and still learning how to read, in Indonesian and English. 
She's struggling, and I'm proud of her! ^_^ 


Baca artikel saya yang lainnya seputar anak bilingual di SINI

Sabtu, 19 Desember 2015

Selalu Ada Waktu untuk Bermain Bersama Anak

Assalamu'alaikum.

Kata pakar anak, bermain dengan anak-anak bisa membuat tingkat stress orang dewasa turun. Saya udah lama banget meng-amin-kan ini. Sejak punya anak, dari bayi, kalau sedang bermain dengan mereka perasaan saya selalu jadi lebih enteng. Lupa utang dan cicilan. Hahaha! 


Katanya pakar lagi, sering-seringlah menghabiskan waktu dengan anak kecil karena mereka, selain menjadi hiburan penghilang stress, selalu bisa memberikan sudut pandang berbeda yang kadang terlewat oleh orang dewasa. Buat saya pribadi, bermain dengan anak justru banyak memberi manfaat ke diri saya sendiri pada akhirnya. If you want to be a happy person, play with your kids. 

Anak jaman sekarang sulit dipisahkan dari perangkat elektronik. Kenapa harus dipisahkan? :D

Hal yang paling terasa saat bermain dengan anak-anak adalah interaksi berbentuk komunikasi yang terjalin saat bermain. Emang kadang kalau main sama Safina, fisik terkuras, tapi sering banget saya mendapat insight yang di luar duaan dari percakapan kami. Saya jadi bisa tahu apa yang sedang dia rasakan, apa yang sedang dia inginkan, atau malah apa yang dia harapkan dari saya, ibunya. Amazing!

Safina tumbuh tinggi dan sehat. Aamiin. :D

Agak gimana gitu kalau baca status orang-orang di social media tentang betapa sulitnya menemukan waktu untuk bermain dengan anak-anak mereka di jaman yang serba sibuk ini. Heu euh, saya juga nggak menyangkal, 24 jam hari gini rasanya kayak sekedipan mata kalau nurutin semua aktifitas. Tapi saya belajar bahwa prioritas adalah kuncinya. 

Bermain prakarya dengan kertas salah satu kegiatan favorit anak-anak di rumah.

Ditambah lagi, sekarang banyak orang tua yang menyerahkan waktu bermain mandiri anak kepada perangkat elektronik komunikasi seperti tablet, smartphone dan laptop. Saya termasuk salah satunya, jujur aja. Suara sinis tentang orang tua jaman sekarang yang dengan mudahnya menggantikan posisi mereka dengn gadget sebenarnya nggak perlu kedengaran, menurut pendapat saya. I mean, kalau mau anak tidak tersentuh gadget, orang tuanya duluan dong yang nggak nyentuh gadget. Hehehe. Sedangkan mengeluhkan anak jaman sekarang yang kurang banget main di luar di social media, menurut saya paradox banget jadinya.

Sesekali masak bersama. Resep-resep sederhana dan cepat jadi aja, deh! ;)

Saya lebih suka menjadi orang tua yang merangkul kemajuan jaman untuk mendidik anak-anak saya. Saya suka mengenalkan permainan baru di tablet yang bisa membawa manfaat untuk perkembangan mereka. Lagian, saya juga aktif banget di social media, ya kali anak- anak saya larang buat megang gadget. Impossible. Semuanya kembali lagi ke priotas dan keseimbangan. Semua ada waktu dan batasan. Saya selalu atur untuk mereka.

Jalan-jalan ke museum bersama keluarga. Penting! 

Kalau kira-kira udah lama nggak main keluar rumah, berarti sudah waktunya main sepeda di luar atau bantuin Mama bersihin rumah. Kalau misalnya udah lama fokus ke project online (anak saya, Fadhil, lagi suka bikin animasi di laptop), dia harus mengimbangi dengan membaca buku atau kegiatan artistik lainnya seperti menggambar atau crafting. Bottomline, nggak perlu musuhan sama gadget kok untuk bisa menghasilkan generasi yang sehat fisik dan mental. 

Melukis juga jadi salah satu kegiatan bermain yang disukai anak-anak saya. 

Mendidik anak agar jadi generasi sehat itu kan bukan cuma tergantung sama satu aspek aja. Ada banyak yang mempengaruhi. Mulai dari kondisi lingkungan (rumah dan sekolah), hubungan dengan anggota keluarga, kebersihan diri, kegiatan fisik dan yang paling mempengaruhi tentu saja kecukupan gizi.

Berenang? Wuih, tiap hari kalau bisa! Hahaha! 

Alhamdulillaah (berkat gadget) saya juga jadi rada pinter dan paham tentang pentingnya ASI ekslusif untuk bayi. Dua anak saya, walaupun tidak sampai usia 2 tahun menyusui, tapi mereka lulus ASI Ekslusif 6 bulan. Bukan tanpa perjuangan memang, tapi karena saya tahu pentingnya untuk masa depan mereka, saya usahakan segala cara agar terpenuhi. Selepas itu, lanjut dengan mencukupi gizinya dengan banyak makanan dan minuman penunjang gizi sehat.

Pagi-pagi buta mengejar Car Free Day biar puas main sepeda di jalan raya. Seru!

Soalnya paling mumet jadi ibu itu kalau anak udah jatuh sakit. Daya tahan tubuh anak-anak memang rentan banget kena penyakit. Udara dingin dikit, kena flu. Cuaca panas dikit, tau-tau mimisan. Kebanyakan minum es, tenggorokan sakit. Tantangan besar bagi seorang ibu buat saya justru di bagian ini, menjaga asupan gizi anak-anak saya supaya daya tahan tubuhnya bagus. Salah satu caranya, selain makan makanan bergizi, ada Friso yang mengandung nutrisi yang mampu menjaga daya tahan tubuh anak dari dalam. Soalnya proses pembuatan Friso menggunakan teknik pemanasan yang tidak berlebihan menjaga keutuhan nutrisi dari alam sehingga membantu menjaga daya tahan tubuh agar anak siap mengeksplor dunianya. Istilah kerennya, anak-anak jadi stronger inside dengan Friso.

Coba-coba posisi yoga, yang penting diawasi, biar gak salah posisi, ya. :D

Balik lagi soal bermain bersama anak, soal waktu jangan jadi kendala ya, mak. Soalnya, kalau waktunya dicari, memang susah ketemunya. Untuk menyiasatinya (berdasarkan pengalaman pribadi), kitanya yang harus kreatif. Setiap saat bisa jadi waktu play day dengan anak kita. Kalau lagi main ke rumah neneknya, Safina suka bantuin Nenek menyiram tanaman. Buat kita kegiatan itu membosankan, tapi buat dia menyenangkan sekali. Atau pernah juga, waktu saya lagi sok-sok nyobain pose yoga yang saya lihat dari Instagram, Safina malah lebih semangat untuk mengikuti pose itu. Ujung-ujungnya malah dia lebih jago dari pada saya.  

Ke pantai dulu, biar santaaaai. :D

Beberapa orang tua kadang suka bingung mau mengajak main anak yang sesuai dengan minatnya. Sama, saya juga kadang begitu, kok. Soalnya Safina ini model anak yang suka mencoba apa aja. Tapi tiap anak pasti ada kecenderungannya. Kalau saya perhatikan, Safina cenderung suka bermain yang berhubungan dengan eksperimen dan air. Jadi memang playday dengannya nggak jauh-jauh dari melukis pakai cat air, berenang, menyiram tanaman dan pernah juga hujan-hujanan. Saya coba cek di kuis #FrisoPlayDay. Di sana ditanya, “Apa kemampuan si Kecil yang paling menonjol saat ini?”, “Obyek apa yang paling menarik perhatian si Kecil?”, dan “Kegiatan apa yang paling disukai si Kecil saat berada di rumah?”. Ternyata benar, Safina lebih cocok dengan kegiatan yang banyak berhubungan dengan air. Kegiatan utamanya, harus lebih sering dibawa berenang. Silakan atuh, coba sendiri kuisnya, biar bisa menemukan kegiatan playday apa yang paling cocok, seru dan bisa dnikmati sama anak-anak kita. 

Penting nggak mengajak si Kecil bermain? Pentinglaah! Tapi bermain yang kayak gimana dulu, nih? Yuk, cari tahu di #FrisoPlayDay kuis. ;)

Saya setuju banget sama campaign #FrisoPlayDay yang lagi diangkat sama Friso di website-nya. Soalnya anak-anak sejatinya memang selalu bermain. Apa pun medianya, di mana pun lokasinya, kapan pun waktunya, anak akan selalu belajar hal baru dengan bermain. Yang paling penting, orang tuanya juga harus enjoy bermain dengan anak-anaknya, ya. ;)

Senin, 14 Desember 2015

Crafting for Charity 2015, Fund Raising Blogger/Crafter Jelang Tutup Tahun

Assalamu’alaikum.

Haloo! Emak Gaoel cuti beberapa hari ngeblog, pasti udah tahu kan kenapa? *sok seleb* Heu euh, saya dan beberapa teman penggiat crafting lagi sibuk sama project akhir tahun kami, Crafting for Charity. Buat yang belum tahu, Crafting for Charity adalah kegiatan tahunan kami setiap bulan Desember untuk menggalang dana. Kami menjual hasil kreasi crafting (prakarya) handmade untuk mengumpulkan dana yang akan disumbangkan untuk kegiatan sosial. Cerita awalnya ada di sini.


Tahun ini nggak jauh beda, kok. Saya emang nggak mau non-stop ngeblog terus ngelupain hobi crafting saya. Selain itu, kegiatan ini yang membuat saya jadi rada “waras” dikit di dunia perbloggingan Indonesia yang luar biasa cetar dan dramatis, terutama akhir-akhir ini. Bhihihi. Ini saya lakukan justru karena saya cinta banget sama blogging, jadi perlu banget buat saya untuk menjaga mood dengan melakukan hal lain dulu selama beberapa saat. 

Tahun ini, Crafting for Charity ketambahan tenaga penyumbang ide dan produk. Kalau tahun lalu kami memulainya bertiga (saya, Teh Dey dan Mbak Ria Rochma) kemudian disusul oleh Rina Shelomita. Tahun ini total ada tujuh crafter yang bergabung dalam kegiatan Crafting for Charity. Ada Mbak Susindra yang jago banget bikin bros bunga dan produk sendal ukirnya yang unik, ada Mbak Vivera yang suka bikin asesoris mulai dari gelang, kalung dan bros. Kemudian ada Mbak Irowati yang terampil membuat beragam pouch. Alhamdulillaah, lengkap, ya. 


Tahun ini saya fokus membuat handmade greeting card. Tidak seperti tahun lalu yang juga membuat handmade notes. Soalnya, mulai project-nya tahun ini rada telaat. Huks. Jadi nggak bakalan sempat kalau semua dipegang. 

Alhamdulillaah, tahun ini juga Crafting for Charity meluncur lewat fanpage-nya. Like ya, like ya! Biar lebih rapi dan memudahkan teman-teman untuk memilih produk buatan kami dan bertransaksi. Berhubung fanpage-nya juga masih bau kencur, like dan gaungnya masih malu-malu kunyuk, kami akhirnya ngadain giveaway juga. Siapa aja yang share info yang ada di fanpage Crafting for Charity selama bulan Desember akan kami undi di akhir bulan. Dua pemenang akan mendapatkan produk buatan para crafter di Crafting for Charity. Ikutan atuhlah. Cuma klik share doang, ich! 




Kalau mau lihat-lihat sebagian dari hasil kreasi kartu buatan saya, silakan. Sebagian besar sudah ada yang adopsi. Sebagian lagi jadi best seller (guaya!) karena banyak yang memesan desain tersebut. Kalau kamu ada request untuk quotes atau tulisan yang diinginkan di kartu, saya juga OK aja. Saya mah apa atuh, orangnya emang gampangan. 

Plus, minggu ini akan ada produk baru hasil kolaborasi saya dengan Mak Tanti Amelia yang jago banget menggambar ilustrasi, lho! Sekarang masih dalam proses. Tunggu, ya! Ini keren banget, bener! 




Pokoknya di postingan ini saya emang jualan, buat amal. Hayo dibeli, ya! 50% dari keuntungan kami sumbangkan ke Komunitas Lebah yang akan mengadakan kegiatan Cerdas Tanpa Batas untuk anak-anak yang kurang mampu dan terbatas akses serta fasilitas pendidikannya. Cerdas Tanpa Batas tahun ini akan diadakan  di sebuah desa di daerah Pandeglang, Banten bulan Januari awal nanti. Kalau kamu mau ikut menyumbang buku dan alat tulis juga bisa, langsung kontak Komunitas Lebah-nya. 


Tunggu apa lagi? Tutup tahun dengan beramal. Supaya tahun barunya berkah, cuy! Selamat belanja.

PS: Iklan banget. Vote saya dong di Kerala Blog Express. Hihihihi! Yang vote saya doain dapet rejeki berlipat ganda tahun 2016. Aamiin. 

Senin, 30 November 2015

What If the World Doesn't Have Smartphone?

Assalamu'alaikum.

Let me take you to the era when phone was just phone. It's nothing but talking and texting device. Phone was just phone, without title "Smart" before its name. Because at that time, the only smart ones were just us, human.

The smartness of human has evolved. Phone which was claimed as smart phone arrived. Most of us embracing the moment. Sending photo was like as easy as waving Harry Potter's magic wand. Texting speed was like we were just talking with someone in front of us, face to face. It was just like yesterday, when trying to reach someone for urgent matter was a huge problem. We were waiting and worrying without knowing where our loved ones were. And now, just a click or tap on your smartphone's screen, you are able to locate them. Everything was so clear and noticable in instant. Suddenly, our life becomes so different. Life back then was so simple yet complicated. Life today is becoming so "complicated" yet simple. 


Some people are struggling to embrace the evolution of the way we communicate today. Skeptical thought emerged as an excess of the way we connect with other people today. Some say, "Life is what happens to you while you are looking at your smartphones." Indeed. Some of us forget that life is not stopping even when we're so busy typing on our smartphone's screen, scroll down an article in our browsers, giggling at some funny pictures on social media, or stalking at someone's relationship. Yes, technology can sometimes be so intriguing and addicting. It  comes to choices, whether you let your smartphones control you or you control your smartphones so you can be smarter people? It's totally up to you.

Hisense PureShot+, image from Hisense.id

I, my self, am one of those who embracing the evolution of how we connect nowadays. I welcome social media enthusiastically. I thank God for email and chat apps gratefully. I jump excitedly for photo and camera on my smartphones like little kids got a basket of candies. Yes, I am that excited. Because I'm aware, evolution is something that humanity can't resist. People invented something in order to survive. 

My best friend, Indah Julianti, recently got her new smartphone from Hisense, PureShot+. She told me her experience of using it and how PureShot+ have helped her daily life as a mom and a professional blogger. PureShot+ has been a huge help for a multitasking mom and blogger like Indah. It helps her capturing her motherhood with her children through the 13 MP front camera and 6 MP rear camera on PureShot+ from HisenseProcessor octa-core 64-bit Qualcomm Snapdragon 415 with clock speed 1.4GHz has definitely help her hectic days as a founder of some bloggers' communities. As she flies to some cities in Indonesia, the job as a mom and a blogger is not stopping. It's a constant work that needs high performance device as a supporting tool. She needs smartphones that can stay awake with her. In other words, she prefers her smartphones to have a long last battery, and PureShot+ with Qualcomm Snapdragon processor has made the 2200 mAh battery capacity work optimally. There's nothing can stop the move of my busy friend there. Haha! 

Indah Julianti, a mom, active blogger and founder of blogger's community (photo courtesy: Indah Julianti)

In other words, Hisense PureShot+ has made Indah's life reimagined. She doesn't miss any moments with her family, she keeps doing her duty as a community person, she flies all over country to spread the spirit of blogging. All of that is possible now, thanks to Hisense PureShot+

For me, Indah is an example of person who is smart with her smartphone. She uses it to upgrade her life. The controls is in her hands. And it starts when she chose Hisense PureShot+ as her partner. I am so gonna follow her steps real soon. I need my Hisense PureShot+ too to reimagine my life. I need it to manage all the hectic stuff happening around me and inside my head. I want to be that person who embrace the growth of technology and refuse to be drawn in it. 

Indah's daughter, photo taken by Hisense Pureshot+ camera (photo courtesy: Indah Julianti)

I believe that we are not our gadgets. Everything comes from the inner side of ourselves. Become a good person, a great motivator, a creative one, is our choice. To make the gadgets as a supporting tool shows that we're one step ahead in this fast moving world. 

"What if the world doesn't have smartphone?" We still live for sure. We would still spend the same amount of time on something that actually can be done in seconds. We could still be wondering where were our kids, helpless. Would you decline the chance of being a better and more productive person with a help of the technology? It's your choice. I know mine. 

A note from Indah, "Winda, you should use this Hisense PureShot+. It's awesome!"

Jumat, 27 November 2015

Bule Gaul yang Jago Masak Jajanan Pasar Indonesia

Assalamu'alaikum.

Kata orang bijak, "Kita nggak tahu lewat apa Tuhan mempertemukan kita dengan manusia lain." Bisa kenalan sama orang waktu lagi nungguin kereta. Bisa lagi buru-buru udah telat masuk kerja, terus tabrakan, terus isi tas berhamburan, terus jongkok pelan-pelan bersama-sama, mungutin barang-barang yang berceceran, terus saling bertatapan .... cieee, sinetrooon. Hahahaha. Kemarin saya baru dapat teman baru, lewat foto pete. Iya, PETE! Atau PETAI untuk lebih jelasnya. Hah! *hembus napas bau naga*



Asisten rumah saya baru balik dari kampungnya kemarin dan bawa oleh-oleh pete fresh from the tree. Ah, si mbak, tau banget kesukaan majikannya. Mmmuuaach! *kecium bau naga lagi* Tentu aja, dengan penuh kebanggaan pete montok-montok itu langsung saya foto dan post di Instagram. Nggak lupa pake hestek #IndonesianFood biar nggak diklaim. Hihihihi. Nggak ada itungan menit, nongol notifikasi dapet like dari akun yang nama dan foto profilnya catchy banget buat saya. Fotonya bule tapi user  name-nya pakai bahasa Indonesia: @masak2denganNick. Langsung kepo, stalking akunnya. Berlanjut ke fanpage-nya dan langsung meluncur ke channel Youtube-nya. Dan abis itu bengong. Hahahaha.

Ada bule nge-like foto pete gue! :v 

Buset, ini bule ngomong bahasa Indonesia udah kayak anak Jakarta banget! Fasih nggak ada cadel-cadel bulenya sama sekali.  Terus lihat video-videonya di Youtube, saya sampe malu jadi emak-emak asli Indonesia. Huaaa, si Nick ini ternyata jago banget masak kue-kue jajanan pasar khas Indonesia! Jadi kayanya Nick ini hobi masak, dan channel di Youtube-nya yang dikasih nama Masak-masak Dengan Nick khusus untuk video-video masakan khas dari seluruh Indonesia. Mulai dari kue talam ubi, kue pepe, kue nagasari, bakso goreng, sampe jamu beras kencur, bo! Bahasa yang dipakai selang-seling Inggris dan Indonesia yang fasih banget. Ini bule kok punya kesukaan nggak biasa banget, ya? Hihihihi. Sampe jamu-jamuan pun dibuatkan video cara pembuatannya di Youtube. Siapa sih Nick ini? "Hmmm, pasti anak blasteran, nih. Atau kecilnya pernah sekolah di Jakarta. Anak diplomat kali." Jiwa sotoy saya langsung bergelora. Hahaha. Tapi daripada nebak-nebak nggak jelas, mending saya tanya langsung aja, kan?
Singkat cerita, saya dan Nick yang asli warga negara Australia dan sekarang tinggal di Sidney ini kenalan di fanpage-nya. Dan berlanjut via email, langsung saya wawancara. Nggak nyangka ternyata Nick yang punya nama lengkap Nicholas Molodysky ternyata baru berusia 23 tahun. Masih muda banget. Nick punya istri orang Indonesia, "Istriku orang Tanjung Duren. Hahaha!" katanya waktu saya tanya-tanya seputar istri dan keluarganya. Biar percaya kalau Nick ini beneran fasih ngomong bahasa gaul anak Jakarta, saya copas plek-plek jawabannnya dari email, ya (agak dirapihin dikit yang ada singkatan-singkatannya). Tapi asli, saya mah ngakak ada bule bilang orang tuanya dengan sebutan "Bonyok". Hahahaha.


Kamu kok bisa fasih banget ngomong Indonesia, sih? Belajar di mana? Apa punya orang tua
campuran (Aussy dan Indonesia) gitu?

Ga ada campuran Indo (Indonesia) sama sekali. Bonyokku ga bisa ngomong satu kata pun haha. Kisahnya gini, dulu pas aku kelas 5 SD, sesekolah wajib ambil kelas bahasa Indo selama dua taon. Waktu itu ya cuman bisa itung ampe 100, nanya jem (((JEM, red: komen Emak Gaoel))) berapa, dan lain-lain. Setelah ituuu, aku lanjut belajar ampe kelas 3 SMA. Waktu kelas 2 SMA, entah kenapa jadi rajin banget belajar, terus cari guru les privat supaya bisa lebih lancar. Guru lesku (yang sekarang teman baek) kenalin aku ke komunitas Jakarta di Sydney. Jadinya ngobrol pake bahasa Indo doang semenjak itu ma temen-temen. Aku juga lanjut S1 bahasa Indo dan bahasa Chinese di Sydney. Temen kampusku ampir orang Indo semua.. Tiap ada kelas malah pake bahasa Indo daripada Inggris (kadang campur bahasa Hokkien juga dikit-dikit, hehe). Semenjak ituuuu, aku lumayan aktif ikut komunitas Indo di Aussie juga. Istriku orang Tanjung Duren hahahaha. Aku belum pernah tinggal di Indo. 

Diambil dari akun Instagram Nick, liat bahasa yang dipakai buat nulis resepnya, bahasa sehari-hari banget. :)))

Emang hobi masak ya? Kenapa suka banget masak kue-kue Indonesia? Sejak kapan mulainya? Dan belajarnya dari mana?

Aku dari kecil hobi banget masak, dari SD sih sebenernya. Suka di dapur sama nyokap cobain ini itu, ampe sebelom masuk kuliah rencananya mo culinary school, cuman jadinya lanjut S1 trus S2 yang lebih akademik. Ya masakan Indo emang enak! Aku makan apa aja!


Terusss, kepikiran buat channel Masak-masak dengan Nick di Youtube, tujuannya apa, nih?

Aku liet, memang ada kekurangan info tentang masakan Indo buat bule. Trus juga banyakan bule ga tau tentang jajanan pasar. Taunya cuman nasi goreng, mie goreng, gado-gado sama palingan es campur. Lagian aku juga tujuannya kasi liet pemirsaku kue-kue dari setiap daerah di Indo, bukan cuman yang paling terkenal doang. Contohnya aku rencananya mo bagi resep kue Maksuba khas Palembang sama Sala Lauak dari Sumbar (PS: Emak Gaoel asli Sumbar tapi malah gak tau ada kue namanya Sala Lauak -_-), Tujuannya karna bule Aussie cuman tau budaya Bali ama Jawa aja. Trus aku jarang ketemu org Indo juga yang tau kue Maksuba tu apaan. Jadi ya begitu ....


Dan, Nick ini ternyata udah pernah nerbitin buku juga, lho. Buku tentang belajar bahasa gaul Indonesia, hahaha. Kurang gahol apa ni anak? Wkwkwk. "Bukuku tentang bahasa gaul Indo, ajarin bule-bule caranya pake bahasa gaul, karna pas aku kuliah kagaaaaa ada yang bisa bahasa gaul sama sekali. Ampe hari ini cuman bisa ngomong yang baku sebaku-bakunya," kata Nick. Jleb! Bule asli Australia, nggak pernah tinggal di Indonesia, ngangkat jajanan khas dari seluruh Indonesia, mengenalkan ke seluruh dunia, dan bikin buku belajar bahasa Indonesia sehari-hari supaya Indonesia bisa jadi lebih dilihat. Emejing? Heu euh, banget! I personally, so happy to find him online. Dan dapat kesempatan wawancarain dia senengnya bukan main. Karena orang kayak Nick belum banyak. Dia punya ketertarikan yang unik, mau belajar abis-abisan, dan mau menyebarkannya ke orang lain. Jangan ragu lagi, nggak rugi banget buat follow IG-nya, fanpage-nya dan yang pasti video-video memasaknya di Youtube. Silakan kenalan sendiri. Anaknya ramah dan bocor. Saya bilang, karena umurnya masih 23 tahun, dia berondong. Kirain dia nggak bakalan tau berondong itu apaan,. Ternyata tau, bo! Hahaha. 

Thank you for your time, Nick. Kapan-kapan kalau lagi ngunjungi mertua di Tanjung Duren, kontak saya, ya. Saya jajanin kue rangi sama kerak telor deh sampe mabok. :v

Rabu, 25 November 2015

Hari Guru Nasional: Blogger, Jangan Lupa Guru Ngeblog-nya

Assalamu'alaikum.

So, it turns out that today is Hari Guru Nasional. Tanggal berapa ini? Mamak kliyengan, hilang orientasi gara-gara si mbak mudik udah seminggu. (Kebiasaan curhat, gagal fokus). Ah, yes, 25 November, ya. 

Ngomongin sosok guru, mereka sebenarnya ada di mana-mana di sekitar kita. Mulai dari sekolah, kampus, rumah, tempat kerja, pasar, restoran, mall, sampai social media. Sebagai blogger terkenal (pemalas dan banyak gaya), tentunya dalam blogging ada juga sosok guru yang jadi panutan saya. Guru yang secara langsung atau tidak, sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar, sudah menambah ilmu ngeblog saya. Keberadaan mereka bisa dekat, bisa juga jauh. Beberapa saya mengenalnya secara pribadi, beberapa saya hanya bisa mengagumi dari layar laptop, membaca tips-tips ngeblog yang mereka bagi di internet. Entah apalah jadinya Emak Gaoel kalau nggak ada guru-guru ngeblog ini. #ngaca #pencetinjerawat



Saya adalah tipe blogger sotoy ketika awal memulai kegiatan blogging saya. Walaupun sotoynya masih berlanjut sampai sekarang, tapi alhamdulillaah, ilmu bloggingnya dikit-dikit nambah. Karena saya rajin belajar? Pasti, dong! #dikemplang. Dari mana saya dapat bahan pelajaran ngeblog-nya? Ya, dari guru-guru ngeblog saya. Siapa mereka? Banyaaaak dan panjaaang! Dan nggak mungkin lupa. Sampai kapan pun. Kecuali kena amnesia, which is, naudzubillah minzalik. >.<

Ge Siahaya adalah yang pertama kali mengenalkan saya dengan dunia blogging. Melalui akunnya di Kompasiana, saya membaca-baca tulisannya dan ikut-ikutan nyemplung di sana. Kompasiana bisa dibilang taman bermain dan taman kanak-kanak saya ketika memulai perjalanan ngeblog saya. Kalau sekarang ternyata saya nggak aktif lagi di Kompasiana, itu karena beberapa kendala teknis yang tak kunjung memberi kepuasan ketimbang di blog pribadi dan juga karena saya sudah tidak punya waktu lebih untuk mengurus lebih dari satu blog. Saya melupakan Kompasiana? Nggak, dong! Sahabat dan "saudara" saya temukan di sana. Walaupun sudah tidak aktif lagi di Kompasiana, saya nggak akan pernah lupa kalau dulu di sana, saya belajar membangun image saya sebagai seorang penulis fiksi dan blogger. 

Di semua novel saya, selalu tercantum nama Kompasiana sebagai salah satu tempat pertama saya belajar menulis dan ngeblog. Cek aja sendiri kalau nggak percaya. (Modus, biar ada yang beli novel gue). By the way, novel-novel saya udah ditarik dari toko buku, karena udah lama (bilang aja, nggak laku!). Jadi kalau mau beli, bisa pesan langsung ke saya, ya. Wkwkwkwk. Ini apah? Lospokus kok gak pake takeran? 

Penting ingat sejarah, Bung Karno juga bilang begitu. Jangan lupa dari mana kita berasal. Wajar kok kalau dalam perjalanan waktu, kita nggak akan selamanya di sana. Wajar kalau dalam proses belajar, kita menemukan ketidakcocokan dan memutuskan untuk mencari jalan lain. Tapi jejak sejarah masa lalu akan selalu mencatat kalau kita pernah belajar di satu tempat. Kalau pun nggak ada yang ingat, naluri kita sendiri nggak akan mungkin bisa berkelit. Mau menghapusnya dari ingatan orang lain mungkin bisa, tapi apa bisa menghapusnya dari ingatan sendiri? Saya nih contohnya, sekarang ini jujur males banget mampir ke Kompasiana karena udah didominasi sama orang-orang nyinyir politik dan isu agama. Tapi nggak bisa mungkir, kalau dulu pertama kali ngeblog, saya memang di sana. Mau mungkir gimana? Saksinya banyak. Hahahaha.

Nggak lama setelah mulai independent (tsah) di Blog Emak Gaoel, mulai deh saya kenalan sama beberapa komunitas yang jadi tempat belajar ngeblog selanjutnya. Mira Sahid, Cerita Eka, Carolina Ratri dan Indah Julianti adalah empat orang blogger panutan saya, sampai sekarang. Dari mereka saya belajar banyak, bukan hanya sekedar blogging, tapi belajar jadi blogger eleykhan (elegan, cuy!), yang nggak mudah terpancing emosi, bijaksana main di social media, tebar manfaat dan aura positif. Berat banget ngurang-ngurangin nyinyir di blog emang, lewat mereka saya belajar. Santai aja, cyin. 

Apalagi sejak ditarik masuk ke Kumpulan Emak-emak Blogger (gue dimasukin ya, Mir, bukan daftar. Fakta penting. Huahaha), makin banyak guru ngeblog nggak resmi saya. Ngintipin gimana cara dandanin blog sendiri, gimana nulis yang baik, gimana cara foto-foto biar agak keren dikit, gimana supaya bisa menang lomba blog. You name it, palugada! Komplit! Sebenarnya banyak komunitas blogger besar lainnya sebelum KEB. Tapi kemunculan KEB waktu itu menggebrak. Sampai perkembangannya sekarang ini, hampir di tiap komunitas blogger baru, isinya hampir semuanya pasti ada member-member KEB (yang perempuannya, ya). Ke komunitas ini, lah elu lagi? Ke komunitas ono, yah dia lagi? Wkwkwkwk.

Selain itu, ada social media experts di luar negeri yang jadi guru saya juga. Dianya sih nggak tau saya jadi muridnya, saya ngaku-ngakuin aja. Saya suka belajar seputar blogging yang simple lewat artikel-artikel yang dibagi sama Kim Garst dan Melissa Griffin di blog mereka. Kenapa? Karena gratis. Prinsip saya, selama ada yang gratis, kenapa harus bayar? Hihihihi. Ciee, iya deh, yang bayar pasti ilmunya lebih keren. Iyaa, iyaa. Bhik. Yang penting prakteknya, kaan. Banyak tips-tips dari mereka yang saya praktekkan, lalu saya bagikan lagi di blog saya setelah saya aplikasikan, seperti di sini. Bukan saya copas, terjemah, trus posting, ya kakaak. Tapi udah saya coba praktekkan. Besides, ilmu apa sih di dunia ini yang baru? There's nothing new under the sun. 

Masih banyak guru ngeblog saya. Anazkia, Encik Amir (Denaihati) dan beberapa teman blogger di Malaysia; mereka juga menjadi guru yang membuka mata saya akan betapa luasnya dunia blogging ini. Membuka mata saya, bahwa semangat berbagi jangan sampai padam jika menghadapi tantangan. 


Pak Yan, my 6th grade teacher

Saya suka ingat sama satu sosok guru yang mengajar saya di kelas 6 SD. Nama beliau Pak Yan. Pak Yan adalah sosok guru yang ditakuti. Baru lihat badannya yang gempal di ujung sekolah, perut udah melilit. Mau papasan, keringet dingin. Yang bikin makin stress, Pak Yan adalah wali kelas saya dan mengajar mata pelajaran matematika! Komplit! Karena terkenal galak, anak paling bangor di kelas pun patuh banget sama beliau. Pak Yan nggak main tangan, walau kadang suka kebagian jari digepruk penggaris papan tulis kalau nggak bisa jawab pertanyaan. Yang bikin takut kita waktu itu adalah kumisnya yang kayak Pak Raden (may he RIP) dan suaranya yang menggelegar. 

Karena semua takut sama beliau, tiap mau pelajaran matematika, nggak ada yang berani bersuara. Sehari sebelumnya, anak paling males di kelas pun bakalan belajar dulu semaleman. Dan anak yang paling males berdo'a pun bakalan sholat semalam suntuk, minta sama Allah supaya besoknya nggak kebagian dipanggil ke depan kelas untuk ngerjain soal. Wkwkwkwk. You know, one of those days.

Begitu nilai kelulusan SD keluar, hampir semua murid di kelas kami mendapat nilai matematika sebagai nilai tertinggi. Wahahaha, kalau inget masa-masa itu, rasanya lucu aja sekarang, kok bisa denger suara Pak Yan batuk aja bisa langsung kebelet pipis. Hihihihi.

Beliau adalah guru inspirasi saya. Tampang boleh galak, tapi ngajar harus dipahami sama semua murid. 

Untuk semua guru di seluruh Indonesia, keep inspiring! 
Selamat Hari Guru Nasional

Selasa, 17 November 2015

Video Review Blog Pilihan Emak Gaoel

Assalamu'alaikum.

Dalam rangka melebarkan sayap di dunia maya yang kejam dan penuh derama ini, Emak Gaoel latah ngeksis di Youtube, ah. Gak mau kalah sama si Safina dengan Safina's Home Video-nya, saya juga bikin segment baru di akun Youtube saya yang damai (baca: sepi) itu. Wkwkwkwk.


Beberapa minggu yang lalu saya lagi mikir (lagi pas mikir aja), gimana caranya supaya dapat engagement di Youtube sekalian kasih informasi yang rada bermanfaat gitulah? Mau jelasin cara ngeblog atau anu-anu ala-ala workshop blogging gitu, siapalah sayah. Hadah. -_- Akhirnya saya sampai pada konsep yang cucok bingit alias Emak Gaoel banget. Mulai bulan ini, tiap bulan di blog dan akun Youtube, saya akan meng-cover satu blog pilihan yang punya keunikan dan ciri khas yang kuat. Yeah, tentu saza ini menurut penilaian pribadi saya dong, deh! Pan akun socmed punya ekeh. Kalo gak suka sama pilihan saya, bikin aja sendiri. (Lah, kok jadi sewot sendiri lu, mak? Belum dikasih empan, ya?) 

So, ladies and gentlemen, saya persembahnya: Blog Pilihan Emak Gaoel Bulan Ini. Dimulai di bulan November ini, siapakah yang jadi blog pilihan yang akan saya bahas melalui video di akun Youtube saya? Lihat aja ntar, yak. Masih upload. Tau ndiri ngaplod video bisa ditinggal pulang pergi Jakarta-Bandung, kan? Sabar, ya. 

Di video ini nantinya saya akan memperkenalkan blog tersebut, pemiliknya, kelebihan dan kekurangannya (menurut saya pribadi) plus tips-tips membaca blog terpilih itu. Berhubung ini masih edisi perdana, ya harap maklum kalau serba apa adanya, yah. Semoga nanti ke depannya makin cetar. Yang pasti, saya dandan dulu lho sebelum shooting. #penting #banget 

Berhubung jadwal manggung blogwalking saya terbatas banget, boleh lho teman-teman kasih rekomendasi blog siapa yang bisa saya review lewat video. Rekomen blog sendiri juga boleh, kok. Nanti akan saya lihat-lihat dan timbang-timbang. Kalau emang beda banget, unik, kreatif, keren, dan lain-lain, insya Allah akan saya tayangkan. Syukur-syukur kalau rekomendasinya banyak, tayangnya bisa lebih dari sekali sebulan. 

Dan inilah dia video Blog Pilihan Emak Gaoel Bulan November 2015. Jangan lupa kasih thumbs up dan ninggalin komen, ya. Boleh juga dishare, saya doain rejekinya lancar dunia akhirat. Aamiin ya robbal alamiin. ^_^




Senin, 16 November 2015

Crafting for Charity is Back!

Assalamu'alaikum.

Berawal dari nggak sengaja ketemu videonya di Youtube. Nggak lama liat beberapa fotonya di Instagram sliweran. Langsunglah Emak Gaoel cuuusss, pengen ikut-ikutan. Bawaan orok, nggak bisa liat yang rame dikit, langsung pengen ikutan ngetop. Halah. :p



Saya lagi ngomongin hand lettering yang fotonya lagi banyak beredar di social media beberapa bulan ini. Tadinya saya pikir tulisan sambung cantik-cantik yang saya lihat itu font di komputer atau aplikasi. Ternyata beberapa adalah hasil tulisan tangan memakai brush pen atau brush. Hwowh, hasilnya cakep-cakep bangeet. Kebetulan saya baru beli brush pen, tapi belum pernah nyobain. Akhirnya mulailah saya berguru sama suhu-nya (halah, SUHU!) :))) Siapa lagi kalau bukan Youtube! :v


Seperti yang udah-udah, kalau baru pertama nyobain biasanya ekspektasi emang tinggi. Apalagi kalau pake perasaan ... Perasaan gampang, deh! Huahahaha. Ternyata susyaaaah, cuy! Songong kok dipiara, mak? Kapan tobat? Sebagai percobaan perdana, saya pakai brush pen supaya hasilnya bisa lebih rapi. Brush pen ini banyak dijual di toko-toko alat tulis. Agak mahal sih, tapi sepadan kok dengan hasil lettering karena ujung pen berbentuk kuas, tapi tidak berbulu terpisah seperti kuas yang beneran. Selain itu, warna-warnanya juga lengkap. Saya baru punya warna hitam sih, soalnya ... itu ... nganu ... ya mahal itu tadi. Wkwkwk. Trus kalau pakai brush pen ini, warna yang keluar rata, nggak kayak kalau pakai brush dan cat air, warnanya pasti nggak merata karena harus menyapu cat air setiap beberapa saat penggunaan.


Rencananya, kalau saya udah jago (JAGO), hand lettering ala-ala ini mau saya karyakan jadi beberapa karya crafting. Masih inget sama Komunitas Lebah, kan? Tahun lalu saya dan beberapa teman crafter mengadakan kegiatan Crafting for Charity untuk menggalang dana untuk kegiatan tahunan Komunitas Lebah yang dinamakan Cerdas Tanpa Batas. Cerdas Tanpa Batas (CTB) ini merupakan kegiatan tahunan Komunitas Lebah. Mereka akan memberikan bantuan berupa buku, kegiatan edukatif dan dana untuk anak-anak. Tahun lalu kami berhasil mengumpulkan dana yang lumayan dari penjualan hasil kreasi paper craft kami. Dana yang terkumpul disumbangkan untuk Cerdas Tanpa Batas di sebuah desa di Wonosobo. Tahun ini CTB akan diadakan di sebuah desa di daerah Pandeglang, Banten. So, Crafting for Charity is back! Semoga bisa mengumpulkan dana lebih besar lagi tahun ini. Ditunggu partisipasinya ya, teman-teman. Kalau mau langsung donasi juga bisa kok, baca banner di bawah ini aja.


Kembali ke urusan hand lettering tadi. Setelah coba-coba pake brush pen, level songong saya meningkat; pengen pake brush dan tinta. Dengan pengetahuan ala kadarnya, saya beli cat akrilik dan kuas yang ujungnya kaku dan rata. Asumsi saya, makin kaku bulu kuas, maka makin gampang mengontrol lettering-nya. Hahahaha, dasar sotoy, gatot, cyiin! 

GATOT! :v 

Beruntungnya saya dikelilingi teman-teman yang pandai di berbagai bidang, salah satunya Mak Tanti Amelia yang jago banget melukis ilustrasi dengan menggunakan kuas dan tinta. Lewat konsultasi gratis dengan beliau, akhirnya saya baru paham, kuas untuk lettering itu beda sama buat melukis gambar. Lettering ini kan semacam kegiatan membuat kaligrafi, jadi justru dibutuhkan kuas yang fleksibel. Baiklah, mak. Saya tobat jadi orang sotoy. Besok mau cari kuas lettering merek Joyko dan tinta Cina, sesuai anjuran dokter Mak Tanti.



Dan kurang belagu rasanya kalau nggak bikin video tutorial di Youtube. Hahaha. Monggoo!



By the way, punya ide nggak hand lettering ini bisa saya karyakan jadi apa selain kartu ucapan, bookmarks, postcard dan ilustrasi note book? Dan kalau ada teman-teman crafter yang berminat untuk partisipasi menyumbangkan karyanya untuk dijual dan hasilnya didonasikan, silakan hubungi saya, ya. 


Sabtu, 14 November 2015

Pengumuman Pemenang Lomba Blog Go For It Emak Gaoel dan Smartfren

Assalamu'alaikum.

Udah pada mules ya nungguin pengumuman pemenang Lomba Blog Go For It Emak Gaoel? Bhihihi. 


Alhamdulillaah, terima kasih kepada semua peserta. Antusiasme-nya luar biasa. Tercatat 165 peserta yang ikut lomba. Dengan bantuan 2 juri anonim, akhirnya penilaian final selesai 3 hari yang lalu. Insya Allah, penilaian sudah melalui proses yang seadil-adilnya dan pemenang adalah memang yang paling layak di antara sekian banyak tulisan peserta yang bagus. Margin nilai sangat kecil, tapi jumlah pemenang hanya ada 6 orang. Ya kan, hadiahnya cuma 6 biji, cuy! Wkwkwkwk. Jadi yang nggak menang, jangan kecewa. Bukan berarti tulisannya jelek, melainkan selisih nilai yang sangat tipis. Begitu kira-kira. Yuk, cuusss!

Pemenang 1 

mendapatkan 1 Andromax R 4G LTE dari Smartfren

Pemenang 2

mendapatkan 1 Andromax Qi 4G LTE dari Smartfren

Pemenang 3

mendapatkan 1 Andromax Q 4G LTE dari Smartfren

3 pemenang hiburan

masing-masing mendapatkan pulsa Rp 100.000

Selamat kepada para pemenang. Semoga makin semangat ngeblognya. Yang belum menang juga, makin semangat, ya. Insya Allah masih akan ada lomba-lomba lain di sini. Ah, kamyu, kayak gak kenal Emak Gaoel aja, sih? #dikepret

Kepada para pemenang mohon mengirimkan nama, alamat dan nomor HP ke windafitriani48@gmail.com. Saya tunggu sampai tanggal 30 November 2015. Sekali lagi, terima kasih, teman-teman!

Terima kasih, Smartfren! ^_^