Kamis, 13 Januari 2011

Januari 50K (#11): Di Antara Dua Lelaki Dan George Michael



“Lo nyadar nggak sih kalo Decky itu banyak berubah sejak lulus kuliah, Don?” tanya Tasha.
Donny memandang Tasha dengan pandangan yang sulit diartikan. Entah dia ngerti atau nggak dengan maksud pertanyaan Tasha tadi. Yang jelas dia diam saja tidak menjawab pertanyaan itu. Donny justru malah sibuk dengan Communicator di tangannya dan mengganti-ganti lagu yang sedang mereka dengarkan dari tadi sejak mereka bertiga duduk-duduk dengan sebotol red wine yang hampir habis dan berbungkus-bungkus rokok di pinggir kolam renang itu.
Decky sedang naik ke atas, mau pipis, katanya. Tinggal Donny dan Tasha termangu-mangu tidak tahu lagi mau ngobrolin apa. Lalu terdengar intro musik yang agak-agak bossas dan mereka berdua saling menatap dan tersenyum lebar.

“Kissing A Fool..” ujar Tasha dengan mata berbinar.
“Yap! Enjoy…” jawab Donny sambil merebahkan tubuhnya di samping Tasha yang masih duduk di pinggir kolam renang. Donny tahu persis kalau itu adalah lagu favorit Tasha.
Tasha ikut merebahkan tubuhnya di samping Donny. Bersenandung megikuti suara berat George Michael dari handphone canggih milik Donny itu. Donny tahu banget kalau Tasha penggemar berat penyanyi seksi satu ini dari sejak dia masih di WHAM!. Dan lagu ini adalah ‘song of all time’ untuk Tasha.


You are far
When I could have been your star
You listened to people
Who scared you to death
And from my heart
Strange that you were strong enough
To even make a start
But you’ll never find
Peace of mind
Till you listen to your heart


“Gue masih kurang paham sama lagu ini sebenernya,” ucap Donny memandang Tasha.
“Don’t ask me! Gue paling nggak bisa membaca pesan terselubung, apalagi kalau bahasanya puitis dan penuh perumpamaan. Lo tau gue, mending ngomong to the point aja kalo sama gue. Hahaha…” kata Tasha sambil tergelak.
“Kayanya intinya gini, ceweknya si George ini pergi ninggalin dia gara-gara dikomporin sama orang-orang yang bilang kalo si George itu nggak baik untuk dia. Gimana menurut lo?” tanya Donny pada Tasha.
“Menurut gue lo ngaco banget! Jelas-jelas George Michael itu gay! Berarti bukan cewek dong, tapi cowok. Hahaha…,” jawab Tasha kembali tertawa berderai. “Udah, sih? Ngapain bahas ni lagu, sih?” katanya lagi sambil menghisap rokoknya yang entah keberapa batang itu.
“Abis bingung mau ngomongin apaan. Mau tidur belum ngantuk. Mau keluar juga males. Lagian besok kita udah balik ke Jakarta,” kata Donny sambil garuk-garuk kepala tanda nggak ada ide.
“Si Kiki lama banget, sih?” kata Tasha seperti pada dirinya sendiri.
Dia memandang ke dalam rumah. Decky masih di atas. Belum ada tanda-tanda kemunculannya kembali.
“Boker, kali!” kata Donny singkat. “And by the way, kenapa sih lo masih aja manggil si Decky pake panggilan sok imut gitu?” Kali Donny benar-benar nggak bisa menahan mulutnya untuk tidak bertanya perihal nama panggilan Tasha ke Decky yang selalu membuat hatinya berdesir aneh setiap mendengarnya itu.
Tasha tertawa lagi. Jujur aja, dia sendiri nggak paham-paham banget kenapa dia masih aja manggil Decky dengan sebutan nickname dari jaman baheula itu. Entah ya, mungkin karena ‘Kiki’ itu terasa lebih imut dan akbrab di telinganya karena terdengar seperti nama seorang anak kecil. Atau bisa juga karena Tasha ingin ada sesuatu yang ‘beda’ aja untuk Decky dari dirinya. Walau bagaimana perasaannya ke Decky memang beda, kan? Tapi gila aja kali kalau dia sampai keceplosan bilang ke Donny soal itu. Jangan, deh! Belum saatnya. Apalagi ngeliat kondisi Decky yang akhir-akhir ini kayak orang linglung itu. Malu hati kan kalau ternyata Decky nggak punya perasaan yang sama dengannya. Dan yang paling parah lagi, Donny bisa aja keceplosan ngasih tau Decky tentang perasaannya itu. Ouugh, malu! And above all those craps, persahabatan mereka nggak akan bisa sama seperti semula lagi.
“Sha! Kok malah diem?” Donny membuyarkan pikirannya.
“He? Apaan tadi? Gue manggil Decky pake nama Kiki? Ya nggak kenapa-napa sih…Itu kan namanya waktu ospek di kampus dulu. Lo lupa, ya?” kata Tasha sekenanya.
“Kali gue inget! Ngapain nginget-nginget nama-nama aneh nggak penting gitu?” kata Donny sambil melengos.
Heyhoo, Donny bo’ong banget, tuh! Dia tahu banget Kiki itu adalah nickname terakhir yang didapat Decky di hari terakhir ospek mereka dulu. Gimana bisa lupa, kalau setelah itu Tasha selalu aja manggil dia dengan nama itu. Somehow Donny paham dengan kelakuan Tasha itu. Ada kemungkinan yang sangat besar kalau Tasha pernah suka sama Decky dulu. Entah sampai sekarang atau tidak. Itu yang masih dia belum tahu.
“Eh, gue mau nanya sesuatu sama lo, Don. Tapi janji jangan marah, ya…” kata Tasha dengan nada serius kali ini.
“Apaan?”
“Janji dulu jangan marah!” katanya lagi menuntut kesepakatan.
“Kesepekatan dengan keuntungan satu pihak. Dari mana gue tahu gue bakalan marah atau nggak kalau gue belum tahu lo mau ngomong apa? Dan yang paling nyebelin dari kalimat lo barusan itu adalah, itu adalah garansi buat lo karena lo tau banget kalo gue bakalan marah. So, spill it out! Gue nggak akan pernah bisa marah sama lo, Sha!” kata Donny pasrah.
“Hehehe, kenapa jadi panjang gitu, sih? Pokoknya jangan marah, ya?” kata Tasha berusaha mendapatkan kesepakatan itu sekali lagi.
“Ngomong aja, sih?” kata Donny jadi nggak sabar.
“Ehm, gue nggak sengaja ngeliat ada kotak perhiasan panjang yang biasa buat nyimpen kalung di tas lo, kemaren. Ngapain lo bawa-bawa perhiasan buat cewek, sih?” tanya Tasha dengan nada takut-takut.
Dan Donny telak terdiam mendengarnya. Kalung itu…sudah terlalu lama ditentengnya kemana-mana. Belum-belum juga sampai ke tangan orang yang ingin diberinya. Dan sekarang Tasha nanya buat siapa kalung itu. Decky menarik nafas panjang. Matanya menatap ke dalam rumah. Kayaknya Decky ketiduran dan nggak bakalan balik lagi untuk ngobrol-ngobrol bersama mereka. Whatever! Kalau emang harus terkuak, mungkin ini saatnya. Decky menimbang-nimbang sejenak kebimbangan dalam hatinya. Lalu dia berdiri dan berjalan masuk ke dalam rumah.
“Tunggu di sini bentar, ya!” katanya pada Tasha.
Tasha menatapnya bingung. Donny belum menjawab pertanyaannya. Dan wajahnya waktu Tasha bertanya soal kalung itu juga nggak bisa dibilang marah. Tapi dibilang seneng juga nggak. Donny kelihatan aneh dan ragu tadi. Dan sekarang dia malah jalan masuk ke dalam rumah dan naik menuju kamarnya. Menyuruh Tasha untuk menunggu sebentar. Ih, aneh banget, sih? Tasha menunggu dalam kebingungan.
Donny berjalan menuju kamarnya dan Decky dengan langkah perlahan. Dia tidak mau membangunkan Decky seandainya dia sudah terlelap di kamar mereka. Dan lagi dia juga sedang mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan ke Tasha tentang kalung itu. Bersiap menghadapai kenyataan terpahit sekalipun dengan cara yang jantan. Ditolak atau diterima, so be it! Tekadnya dalam hati.
Rasanya nggak ada waktu yang lebih pas lagi selain sekarang. Besok mereka semua akan kembali ke kesibukan masing-masing. Kemungkinan untuk bisa bertemu sedikit sekali, kecuali nanti di pertemuan bulanan mereka. Dan itu berarti akan ada Decky, Ratna dan Sandra. Nggak mungkin mengatakannya di depan mereka semua. Tidak, selama dia sama sekali belum ada petunjuk bagaimana reaksi Tasha.
Sebenarnya bisa aja sejak lama Donny memberikan kalung itu ke Tasha. Dia tinggal datang ke apartemen Tasha dan mengungkapkan semua perasaannya ke cewek satu itu. Tapi karena, sekali lagi, Donny sama sekali nggak tahu bagaimana hasilnya nanti, dia memilih untuk mencari waktu yang paling aman untuk melakukannya. Bayangkan kalau Tasha justru menolaknya? Dia akan keluar dari apartemen Tasha sebagai pecundang. Dan itu sepertinya sakit sekali. Donny bahkan nggak bisa membayangkan bagaimana dia bisa bertemu muka lagi dengan Tasha seandainya itu yang terjadi.
Donny membuka pintu kamarnya. Dilihatnya Decky sedang berbaring sambil memainkan BB di tangannya. Dia menganggukkan kepalanya ke arah Donny lalu kembali sibuk dengan BB-nya itu.
“Lah? Gue kirain udah tidur lo?” tanya Donny. “Kenapa nggak balik lagi ke bawah?” tanyanya pada Decky.
“Hehehe, tadi Ratna sama Sandra BBM gue, nanya-nanya soal kita di sini,” kata Decky masih sambil sibuk dengan BB-nya.
“You know what, itulah makanya gue nggak mau pake BB, padahal Ratna sama Sandra maksa-maksa. Terlalu banyak distraction dari fasilitas messenger-nya itu. Ketauan pake Communicator gue, jelas nolong buat kerja,” katanya sambil duduk di tempat tidurnya.
Decky tertawa mendengarnya. Dia sudah terlalu sering mendengar perdebatan nggak penting antara pengguna BB dan bukan penggunanya. Dan dia sama sekali nggak mau memulai perdebatan nggak penting itu lagi dengan Donny, sahabatnya.
“Santai ajalaaah. Gue juga dapet gratisan nih BB, dari door prize di kantor gue tahun lalu. Kalo nggak gue masih pake handphone lama gue kali! Hahaha…” kata Decky sambil meletakkan BB hitam itu di sampingnya. “Tasha mana?” tanyanya lagi.
“Masih di bawah…” jawab Donny kembali teringat maksudnya kembali ke kamar tadi.
“Lho? Trus ngapain lo di sini?” tanya Decky bingung.
“Mau ngecek lo masih idup apa udah mati!” jawab Donny kesal sambil melengos.
Donny juga nggak ngerti kenapa tiba-tiba dia merasa kesal. Apa karena Decky ternyata nggak tidur atau karena niatnya jadi harus diurungkan? Ah, masa gagal lagi, sih? Kapan lagi bisa ketemu waktu yang pas kayak sekarang ini? Donny tambah manyun sambil duduk di tempat tidurnya.
“Hoi! Malah bengong! Udah sana, turun! Temenin Tasha. Tembak sekalianlah! Nunggu apa lagi sih, Don?” Decky berkata dengan santai dan tampak sedang siap-siap merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk tempat dia duduk itu.
Donny melongo mendengar ucapan Decky barusan. Sejak kapan Decky jadi dukun? Kok dia jadi bisa baca pikiran orang? Donny bergidik sambil menatap sahabatnya itu dengan pandangan aneh.
“Astagaa! Don! Kenapa sih lo? Jangan nakut-nakutin gue gitu, dong! Kenapa malah bengong ngeliatin gue gitu, sih?” Kali ini Decky berkata sambil menarik selimut menutupi tubuhnya.
Pre-caution aja, jangan-jangan Donny udah beralih orientasi seksual. Decky cemen juga ngebayangin seandainya itu benar. Dilihatnya Donny dengan sikap waspada. Dan Donny melotot dengan sewot ke arahnya sekarang.
“Sialan! Gue masih normal, tau! Ini gue lagi ngumpulin guts gue buat ngomong sama Tasha!” Dan kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Dan Decky terdiam sejenak mendengar kalimat Donny yang meluncur cepat itu. Sedetik kemudian dia tertawa dengan sangat keras sambil melompat keluar dari selimutnya. Dia menghampiri Donny lalu mengguncang-guncang badan Donny dengan keras.
“Ternyata tebakan gue bener selama ini! Lo suka sama Tasha! Stupid! Bener-bener stupid, man! What took you so long? Go get her! Now!” kata Decky dengan semangat yang menggebu-gebu.
Donny menelan ludahnya. Ada satu hal lagi yang perlu diluruskan sebelum dia melaksanakan aksinya mala mini.
“Lo nggak ada perasaan apa-apa sama Tasha kan, Ki?” tanya dengan hati-hati.
“What? Lo lagi kenapa sih? Kok bisa lo sampe mikir kayak gitu? Nggak! Nggak ada sama sekali! Gue mendukung lo jadian sama Tasha seratus lima puluh persen!” kata Decky masih dengan suara kerasnya.
“Nanggung amat ngasih dukungan…” kata Donny sambil membuka travel bag-nya di lantai.
“Sisain yang lima puluh persen buat gue…hehehe…” jawab Decky kembali ke tempat tidurnya.
Donny tersenyum. Lega. Paling tidak dia tahu pasti sekarang kalau Decky tidak punya perasaan apa-apa ke Tasha. Sekarang tinggal bagaimana perasaan Tasha aja. Dan itu harus dihadapinya dengan gagah perkasa. Ohoek!
Mereka berdua masih bercakap-cakap sebentar sebelum Donny keluar dari kamar untuk memulai satu langkah besar dalam hidupnya itu. Dan tidak satu pun dari mereka yang menyadari kalau Tasha sudah ada di depan kamaar mereka, mendengar setiap kata yang mereka ucapkan dengan nafas tertahan.

*BERSAMBUNG*
*Image from goodcomics.comicresources.com*

3 komentar:

  1. Mira : mba kayanya ada yang kebalik deh seharusnya donny ditulis decky... :D
    Lanjutttttt

    BalasHapus
  2. waduh, iya ya? maklum sambil ngantuk nih...ngeles..wkwkwk..besok aku benerin deh..makasih yaaaa

    BalasHapus
  3. Bu Win... menurut sya malah ada sebagian Decky yg harusnya ganti jadi donny, pas ini loh :
    Dan sekarang Tasha nanya buat siapa kalung itu. Decky menarik nafas panjang. Matanya menatap ke dalam rumah. Kayaknya Decky ketiduran dan nggak bakalan balik lagi untuk ngobrol-ngobrol bersama mereka. Whatever! Kalau emang harus terkuak, mungkin ini saatnya. Decky menimbang-nimbang sejenak kebimbangan dalam hatinya. Lalu dia berdiri dan berjalan masuk ke dalam rumah.

    bener ga bu,,,?
    * is ko

    BalasHapus