Senin, 11 Juni 2012

Istri Siaga (Bawa Kentongan)

  7 comments    
categories: ,
Ada yang masih inget postingan saya tentang ditinggal suami dinas keluar negeri ini? Sekarang siap-siap denger saya curhat lagi yaaa...soalnya saya ditinggal suami lagiii ke luar negriii, sebulaaaan!!! Aku nggak diajak, aku nggak diajak....huhuhuuuaaa...*nangis gerung-gerung sambil cakar-cakar muka sendiri* -_-


Bocah dan bapake
Saya jadi ingat nasehat papa saya dulu waktu baru-baru nikah. Kira-kira gini nasehatnya, "Suami yang bekerja cari nafkah untuk keluarga itu harus didukung dan dihargai. Jangan dikejar-kejar, jangan memperlihatkan rasa nggak puas, apalagi kalau dia sudah berusaha dan bekerja keras. Apa pun dan berapa pun hasilnya, harus diterima dengan ikhlas, karena di dalamnya ada nilai ibadah. Ibadah suami yang memenuhi nafkah keluarga dan ibadah istri yang mengabdi kepada suaminya." :')

Well, sebenernya nggak sepanjang itu banget sih persisnya. Pokoknya intinya gitu deh nasehat papa waktu itu. Sampai saat ini saya nggak pernah lupa. Saya tahu dulu waktu papa saya ngomong begitu, adalah saat kami masih baru merintis rumah tangga dengan penghasilan yang nge-pas (yah, walaupun sekarang juga nggak berlebihan...hihihihihi...). Jangan sampai saya tidak menghargai suami karena (let's say) menurut saya penghasilannya tidak memadai. Woh, nggak deh!



Apalagi kalau ngeliat bapake anak-anak ini, kerja udah kayak nggak nafas. Namanya wartawan, jam kerjanya beda banget. Siang berangkat, pulangnya dini hari. Libur aja nggak jelas kapan. Pokoknya, kalau istri banyak maunya, ya susah. Apalagi kalau istrinya manja, kemana-mana harus dianter, ngapa-ngapain harus ada suami. Iya sih, dalam agama istri harus selalu didampingi suami, terutama kalau keluar rumah. Tapi kalau kondisinya tidak memungkinkan, ya istri yang harus step up, gitu kan ya?

Sekarang ini, sementara suami pergi menjalani kewajibannya sebagai kepala keluarga, saya berusaha untuk menggantikan posisinya dalam operasional yang biasanya dipegang sama suami. Jadi sopir, hayuuuk...Jadi mandor belajar anak-anak, hayuuuk....Jadi tukang angkat galon air...hayuuuugghhh...ngggg.....*ngeden* Semata saya lakukan tanpa mengeluh karena tidak ingin membuat resah yang lagi tugas nun jauh di sana. Biar dia tenang bekerja, pulang dengan hati senang.

Saya pernah lihat sebuah tayangan berita, suaminya seorang wartawan yang tertahan di suatu negara karena sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sang istri diwawancara dan diberi kesempatan berbicara melalui telepon dengan suaminya. Si istri langsung nangis gerung-gerung di telepon, "Papaa, anak-anak kangen sama kamuuu! Mereka nangis tiap maleeem...Kita semua bingung di siniii...Bagaimana iniii???" -_-!

Plis doong, jangan begitu. Do you think that her husband wouldn't want to go home when he got the chance? Maksud saya, ya jangan menambah susah hati suami yang sedang ada masalah kayak gitu, apalagi dia juga sedang dalam masa dinasnya, yang notabene berarti itu juga demi keluarga. Wajar memang, istri gelisah suaminya sedang ada masalah dan berada jauh dari rumah. Sedih, pasti. Takut, pasti juga. Tapi menjadi cengeng saat dia tidak ada, itu tidak membantu.

Suami saya SMS setiap hari nanyain kabar anak-anak dan saya di rumah. Kebayang kalau saya nurutin cengengnya saya, bisa-bisa saya bales dengan lebay, "Aku capeeek deh nganterin sekolah tiap hari. Duuh, anak-anak nakal banget, nggak ada yang mau nurut. Pusiing. Mana duit belanja kurang. Trus lampu kamar mandi putus, siapa yang mau ganti coba? Dan itu iuran keamanan juga belum dibayar!" :)))

Hihihihihi, intinya, yang bisa di-handle dan kira-kira berpotensi membuat dia gundah di sana saat bertugas, lebih baik saya simpan sendiri, paling tidak sampai dia pulang. Balesan SMS standard aja dan menenangkan, "They're fine. Don't worry...Lagi pada manis-manis nih nonton tivi." Padahal bocah lagi pada guling-gulingan di kolam lele. Hahahahaa....


Cuwiwwiiiwwww....

Ini juga nggak jelas sih intinya mau ngomongin apa. Kangen sih, tapi ya mau gimana. Masih lama tugasnya. Sampai EURO 2012 selesai, dia baru pulang dari Kiev, Ukraine. Itu negara juga saya nggak tahu ada di sebelah mana kalau di peta. Wkwkwkwk...Yah pokoknya, bagi istri-istri tegar di luar sana, yang senasib sama saya, mari kita jadi istri sholehah yang mandiri dan kuat! Jangan cengeng selama ditinggal tugas suami. Kerjakan apa yang kita bisa sendiri, jangan mengeluh, jangan menambah susah suami yang lagi jauh. Oh ya, sekalian, berharap semoga suami bawain oleh-oleh paling banyak untuk kita ya, buu! Awas aja kalo nggak! *asah piso dapur* Ngahahahaa...
Miss you, Papa. :')

7 komentar:

  1. Selain bawa oleh2, bawa duit juga, ya, Pa :p *matre*

    BalasHapus
  2. hihihi... rasanya kalau diungkapkan dalam tulisan, rasa kangenku lebih banyak mak (*ga mau kalah). walau dinesnya di timur indonesia, tapi waktu tempuh juga lumayan lama, dan 3 taon booo ditinggal nih. Sedih minggu2 pertama, selanjutnya... here I'am... being a super mommy, walaupun ga super2 amat juga, secara yang super itu kan jelas "Superman". Sing penting tetap mendoakan supaya suami sehat dan selalu dimudahkan segala urusannya. *kepanjangan :D

    BalasHapus
  3. wah berarti sy gak cocok jd istrinya wartawan... Hahaha.. Suami sy juga kerja di bidang adventure.. Dulu kerjanya di lapangan, sering bgt di tinggal2.. Gak enak bgt buat saya.. Makanya seneng bgt pas sekarang dia di percaya yg megang keuangan sm kantornya jd jarang pergi2an lagi... :D

    BalasHapus
  4. paling membahagiakan memang kumpul, sy baru ditinggal suami satu bulan lebih aja dah merasa gak enak...ada yang gak lengkap gitu..

    BalasHapus
  5. awal-awal bacanya ketawa-ketiwi... tapi ujung-ujungnya jadi terharu neh.... semangat ya...
    Btw, kentongannya gak usah dibawa-bawa terus nyak...

    BalasHapus
  6. Milati Indah: hihihihihihi....

    Mira: Wuaaah, berarti kamu lebih super dari supermaaaan!!!! 3 tahun lho....ckckckck..hebraattt!!!! :D

    ke2nai: sebenernya bukan masalah profesinya mbak, tapi sering ditinggal2nya ini....banyak istri yg "manja" padahal tuntutan pekerjaan suami tidak memungkinkan untuk bisa mendampingi setiap saat....bersyukur bagi yang punya pilihan, tapi kalau yg terpaksa memang itu yg harus dijalani ya kita harus bisa mendukung dan menerima...ya kan mbak? ;)

    etyabdul: bener, biar bagaimana berkumpul bersama di rumah tetap lebih menyenangkan.....tapi kalau terpaksa dan demi keluarga ya harus bisa diterima... ;)

    Ambu: hahahahaa, kentongan buat nyambut dia pulang ntar...lho? wkwkwkwkwkwk

    BalasHapus
  7. kangennya udah sampe mana nih mbak winda?:)

    BalasHapus