Minggu, 12 September 2010

Aku Benar-benar Minta Maaf... :(

  3 comments    
categories: 
Lebaran tahun ini memang dahsyat untukku....Ehm, ralat...Ramadhan kali ini memang dahsyat untukku. Banyak cobaan, banyak ujian. Bikin sadar kalau Tuhan memang beneran sayang sama aku. Duh, makasih ya Allah, masih nyempetin nyolek aku di antara kesibukanMu di atas sana. Aku jadi merasa diperhatikan. :)

Dari sekian banyak cobaan, cobaan hati adalah yang paling berat buatku. Menahan untuk tidak marah, tidak iri, tidak dengki, tidak usil, tidak reseh, tidak sombong, tidak sabar, tidak ikhlas...huaaaa....Mudah-mudahan aku lulus menghadapinya.

Suka takut jadi orang munafik. Ketawa melihat orang sombong, padahal ternyata diri sendiri sombong. Geli melihat orang pamer, padahal nggak sadar suka pamer juga. Iri melihat keberhasilan orang dan mencibir, sewot dengan kesalahan kecil yang sepele dan lain-lain. Wuaaawww....nggak gampang jadi orang baik di mata Tuhan ternyata. Tapi nggak boleh menyerah. Tuhan Maha Baik, Dia pasti sabar menunggu hambaNya untuk berubah menjadi lebih baik, asal kita jangan berhenti mencoba. Yakiiin!

Selamat hari raya, ya. Maafkan kalau aku pernah bikin kesal kamu semua. Walaupun aku bisa bilang itu nggak sengaja, tetap saja itu jadi dosaku karena sudah buat kamu jengkel sama tingkahku.

Maaf terbesar untuk Mama dan Papaku. Maaf, belum juga bisa meringankan beban kalian.

Untuk suamiku. Maaf, belum juga bisa menjadi istri yang baik dan penurut untukmu.

Untuk anak-anakku. Maaf, belum juga bisa menjadi ibu yang penyabar dan lemah lembut untuk kalian.

Untuk saudara-saudaraku. Maaf, belum juga sempat mendatangi tempat kalian untuk bersilaturahmi karena alasan sibuk, sibuk dan sibuk nggak jelas.

Untuk teman-temanku. Maaf, belum juga bisa menahan diri untuk tidak tertawa di atas penderitaan kalian, dengan alibi cuma bercanda.

Maafkan akuuuu!!! Huhuhuhuuuu....

3 komentar:

  1. Baiklah, baiklah... Anda saya maafkan :)

    BalasHapus
  2. jadi suka ngetawa'in penderita'an kita2 ya.... Hmmmmm

    BalasHapus
  3. Winda, kemana itu perginya cerpen "Sedetik Yang Lalu"?

    BalasHapus