Senin, 06 September 2010

Berbeda Untuk Bersama (Dalam Pernikahan)


Berapa banyak dari anda yang sering kesal setiap hari menemukan tube pasta gigi anda peyot-peyot tak beraturan karena pasangan anda yang memakainya terakhir memencet tube itu dari arah tengah, sedangkan anda terbiasa memencetnya dari ujung tube agar terjaga bentuknya? Menyebalkan ya saat bagi anda itu adalah sesuatu yang mengganggu. Berapa banyak dari anda yang sering jengkel karena pasangan anda ternyata suka sekali menunda-nunda suatu urusan sampai ke menit-menit terakhir, sedangkan anda adalah orang yang sangat ingin semua urusan beres secepatnya? Heran, kenapa dulu waktu memutuskan menikah hal-hal sepele yang mengganggu macam ini tidak pernah terpikir untuk diselesaikan, ya? Ah, namanya juga cinta. Tai kucing aja bisa jadi rasa coklat kata Jamal Mirdad. Heheheee...

Saya termasuk salah satu yang 'kecele' setelah menikah dengan suami saya. Hidup bersama untuk awalnya menjadi seperti sebuah kejutan listrik kecil-kecilan setiap harinya. Eh, nggak nyangka ternyata dia kalau tidur nggak bisa diem. Eh, nggak pernah tahu kalau dia merokok ternyata harus minum air putih dulu. Eh, kok baru ketahuan ya kalau dia mau jalan itu ribetnya setengah ampun? Dan banyak eh-eh lainnya lagi.

Kalau sudah begitu apa lantas langsung mencari penyelesaian ekstrem seperti berpisah? Lah, kok jadinya 'lebay' banget ya? Saya pribadi mencoba untuk membicarakannya dengan pasangan saya pada awalnya. Walaupun saya sadar sekali kalau sebuah kebiasaan itu sulit sekali untuk diubah apalagi dihilangkan. Paling tidak kita harus kompromikan, karena salah satu sudah merasa terganggu. Setelah duduk bersama, ternyata dia juga punya komplain yang sama dengan saya. Ada beberapa kebiasaan saya yang ternyata juga mengganggu untuknya.

Alhamdulillah, pada akhirnya, setelah pernikahan berjalan memasuki hitungan tahun, beberapa kebiasaan dia yang mengganggu saya sudah mulai berkurang. Dan saya pun berusaha untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi kebiasaan 'terburu-buru' saya yang ternyata agak mengganggu dia. Hehehehe...

Dari sana saya belajar sesuatu tentang perbedaan dan cinta. Ternyata menyikapi sebuah perbedaan itu kuncinya hanya satu : Cinta bo! Tidak seharusnya sebuah perbedaan menjadi sebuah awal perpecahan. Semua bisa dihadapi dengan baik dan toleransi yang tinggi jika ada kasih sayang dalam menyelesaikannya.

Lantas kalau ternyata perbedaan itu masih tetap membawa perpecahan juga bagaimana dong, ya? Ahahaaa, buat saya sih sederhana saja. Kembalikan ke cinta lagi. Benarkah kita cinta? Cinta kadang suka 'nyaru' dari kasihan atau tidak enak. Tidak usah menutup mata. Banyak sekali pernikahan yang terjadi atas dasar kasihan atau tidak enak. Kasihan, dia sudah begitu banyak berkorban selama pacaran. Tidak enak, undangan sudah keburu disebar. Walaaah, jangan ya... Terlalu banyak yang dipertaruhkan dalam sebuah pernikahan. Banyak sekali pihak yang tersakiti kalau pada akhirnya akan berujung pada perpisahan.

Berani memutuskan menikah, berarti berani berkorban demi cinta. Harus bisa menyamakan persepsi untuk masa depan berdua, plus anak nantinya. Tidak mungkin rasanya menemukan dua persepsi yang sama persis ada dalam dua kepala yang berbeda. Cara berpikir masing-masing kita pasti berbeda. Menemukan titik tengah di antara dua persepsi itu adalah sebuah kompromi yang harus selalu kita hadapi dalam pernikahan. Saya pribadi, pada akhirnya, berusaha menikmati proses kompromi tiada henti itu. Hidup tidak hidup kalau tidak ada perbedaan. Bayangkan kalau kita semua sama dalam berpikir, alangkah membosankannya. Belum lagi kalau ternyata kita sama-sama menemukan dead-end untuk sebuah masalah, susah kan kalau tidak ada pemikiran yang berbeda?

Apapun itu, kembalikan perbedaan kita dengan orang-orang yang kita cintai pada titik awalnya, yakni cinta. Insya Allah, cinta adalah sebuah harapan untuk kebaikan, maka cinta pula yang nantinya akan menjadikan perbedaan itu sebuah ruang untuk selalu bersama menghadapi kehidupan.

***

sumber gambar dari http://media.bigoo.ws/content/image/cartoon/cartoon_76.gif




3 komentar:

  1. Jempol, jadi pengen buru-buru nikah.. hiii

    BalasHapus
  2. wohoo, gini toh curhatan seorang istri tentang suaminya. gimana ma calon istri sayah yak, bakal curhat gini juga nggak :D

    BalasHapus
  3. wah banget tuh.. nikah biasanya milih2 suku hehe

    BalasHapus