Rabu, 10 November 2010

Oh, Om Bama... Aku Padamu Tadi Pagi...

  2 comments    
categories: 
"I'm not a fan, but I have to admit that he is one hell of a public speaker!" (My status on FB this morning)

Indeed, he is! Siapa lagi yang lagi aku bicarakan kalau bukan si Mr. President yang baru saja selesai berkunjung ke Indonesia dengan meninggalkan keruwetan-keruwetan di setelahnya. Tuan Presiden dari Amerika yang hanya hadir kurang dari 24 jam di ibukota tapi sempat bikin semua orang ribet, nggak cuma panitia istana tapi juga semua penduduk Jakarta. Hahahaa... Om Barry emang gak ada duanya, deh! Harus mengakui, kayanya.

Aku ingat pertama kali kenal sosoknya waktu nonton acara Oprah Show sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Saat itu Obama masih menjadi senator di parlemen Amerika. Oprah benar-benar tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada laki-laki manis berkulit hitam ini. Senyum Jeng Oprah selalu terkembang sepanjang percakapan. Matanya tidak lepas-lepas menatap wajah ramah dan selalu dihiasi senyum itu. Aku sendiri waktu itu sempat merasa, mmm...lumayan muda ya untuk seorang senator. Secara selama ini suka lihat di tivi, senator itu kebanyakan kulit putih dan kepala botak. Wkwkwkwk....

Tapi begitu dia buka mulut dan bersuara, aku langsung seperti terhipnotis. Tidak sedetikpun aku bisa mengalihkan pandangan dan perhatian dari layar kaca waktu itu. Suaranya, intonasinya, gesturnya...semuanya bersatu membentuk sebuah image yang benar-benar membius perhatian. Sumpah, ini mah nggak lebay kayanya! Banyak juga yang mengakui hal ini. Ya kan? Ya kan? :)

Sebenarnya sebulan sebelum aku melihatnya di Oprah Show, aku sempat mendapat telepon dari adikku yang sedang menyelesaikan study-nya di Oklahoma, AS dan bercerita sekilas tentang Obama. Waktu itu adikku bilang, "Ada senator yang lagi naik daun di sini. Namanya Barrack Obama. Banyak yang curiga dia muslim, karena namanya dan latar belakang masa kecilnya yang dulu pernah tinggal di Indonesia." Waw, waw, waktu itu aku hanya bisa terkesima...Seorang senator Amerika pernah tinggal di Indonesia? Keren juga! Walaupun entah di mana ketak kekerenannya itu, tapi saat itu harus aku akui kalau sedikitnya nasionalisme-ku yang nyaris hilang agak terangkat karenanya. Somehow...hehehe...

Back to Oprah Show. Walaupun tak sempat banyak dikisahkan tentang masa kecilnya di Jakarta, namun paling tidak dari sana aku bisa mendapat sedikit pencerahan dari pandangan-pandangannya. Obama bukan sosok yang asal bicara dan tidak ada aksi. Waktu masih menjadi seorang pejabat daerah, ia tidak segan-segan untuk turun langsung melihat keadaan lingkungannya. Bagiku itu sebuah nilai yang positif dan mutlak untuk menjadi seorang pemimpin. Setelah sekian lamanya muak dan makin muak dengan tingkah-tingkah pejabat di sini yang sibuk memperkaya diri sendiri, sosoknya bisa menginspirasi banyak pihak.

Berjalan dengan waktu, akhirnya aku sempat melantik diriku sendiri sebagai salah satu pengagumnya. Buku-buku yang berbicara tentang dirinya aku beli. Termasuk buku yang ditulisnya tentang sang ayah. Sebenarnya untuk sebuah perjalanan hidup, kisah hidupnya tentu tidak terlalu istimewa. Tapi ya itu tadi, sebuah benang tipis bernama Menteng selama 4 tahun, memang bisa menjadi magnet yang kuat untuk menarik rasa ingin tahu kita. Aku bukan hanya tertarik lagi, tapi nempel! Hahahaa...

Ketika putaran PEMILU AS berlangsung, aku adalah salah satu dari sekian juta rakyat Indonesia yang ikut dag dig dug ser menonton dari tivi dan berdoa semoga dia yang maju dan bukan Hillary. Dan ketika akhirnya dia lolos mewakili Demokrat, aku juga termasuk yang bersyukur karenanya. Sekali lagi, entah apa hubungannya dengan diriku dan dengan negara ini. Hanya saja, magnet anak Menteng itu memang begitu kuat menarik perhatianku.

Aku ikut terharu-biru seperti Jeng Oprah yang juga menonton pidato penasbihannya sebagai Presiden saat ia memenangkan PEMILU itu pada akhirnya. Oh, come on..Oprah aja bisa lebay gitu, apalagi gw! Wkwkwkwk...

Namun seiring dengan perjalanan kepresidenannya kemudian, kekaguman itu perlahan surut sedikit demi sedikit. Aku tahu, berharap sesuatu dari terpilihnya dia sebagai Presiden adalah sesuatu yang amat sangat absurd. Hellooo...desye Presiden Amrik bukan Indonesia, gitu! Memang mau mengharapkan apa dari dia? Tapi Mamaku sempat melontarkan sebuah ucapan pengharapan saat ia terpilih waktu itu. "Mudah-mudahan ijin ke Amerika bisa lebih gampang setelah dia terpilih!" Aku mengamininya. Maklum saja, kami masih punya saudara dekat yang tinggal di sana. Beberapa kali Mamaku dan adikku pergi ke sana, memang sulit sekali untuk mendapatkan visa. Berharap agar pintu Amerika bisa terbuka lebih lebar untuk warga Indonesia agar bisa berkunjung ke sana, aku kira tidak terlalu absurd pada akhirnya.

Tapi kemudian, Obama adalah Obama, dan Presiden adalah Presiden. Dengan berbagai kepentingan dan taktik politik yang selalu harus dibawanya kemanapun dan apapaun langkah yang diambilnya. Ditambah aku bukanlah pengamat politik, apalagi sekelas politik Amerika. Sehingga pada akhirnya aku jadi sadar, tidak ada untungnya sedikitpun bagi rakyat Indonesia dia telah terpilih sebagai Presiden Amerika. Dan alangkah naifnya kalau memang kita sempat berharap akan ada perubahan itu untuk kita. Hahaha...siapa elu? Wkwkwkwk....

Jadi tinggallah Obama sebagai laki-laki kulit hitam yang manis dengan cara berbicara yang menarik hati dan pembawaan yang menghanyutkan. Itu saja sosok dia bagiku sekarang. Dinikmati saja sebatas mata memandang dari layar kaca. Sluurp...Wkwkwkwk...

Dan lagi-lagi pagi tadi aku kembali terhanyut mendengar buaian suaranya yang menggelitik dan intonasi suaranya yang tak pernah bisa membuatku bosan mendengarnya. Sepanjang kuliah umum yang diberikannya di UI tadi pagi, setiap kata yang meluncur dari mulutnya, semua kutangkap dan seolah menetap dalam telinga dan kepalaku. Kekuatannya yang satu ini tampaknya makin kuat. Ditambah lagi, entah mengapa aku merasa dia begitu tulus dalam menyampaikan pidatonya. Terutama saat dia berbicara tentang kenangan masa kecilnya di Jakarta. Semua keluar dari dalam hatinya. Ucapan yang keluar tanpa basa-basi dan kebohongan, untukku pribadi.

Dan sekali lagi, pagi tadi, aku kembali jatuh cinta padanya. Hanya kali ini, tidak separah yang pertama. Tak ada harapan-harapan, melainkan 'hanya' nilai-nilai positif yang bisa kuambil. Cara berbicara yang sangat membius perhatian dan gaya bicara yang sangat akrab dan intim. Tidak semua pemimpin dunia memilikinya, bahkan pemimpinku di negeri ini sekalipun. Yes, Mr. Obama...I'm not a fan anymore, but I have to admit that you are one hell of a public speaker! I guess our leaders should learn from you of how to speak through their hearts. Yiuuuk....

2 komentar:

  1. Dan sekali lagi, pagi tadi, aku kembali jatuh cinta padanya.... Sssttt Pak edu ga dengerkan bu hhehehehe

    Jadi ingat waktu dia kepilih jadi presiden, perasaan mengharu biru gitu ampe kayanya mata berkaca-kaca wkwkwkwk

    BalasHapus
  2. tapi popularitasnya turun drastis ya... Sayang... Padahal dia charming banget... Dan bahasa Indonesianya itu jelas banget... Unlike that someone who pretend can not speak Indonesia fluently... Bleh

    BalasHapus