Kursi Apa Ini?

Bismillaah... Sebelum saya mulai ocehan hari ini, perlu ada peringatan kalau tidak ada niat untuk nakut-nakutin sama sekali, ya! Saya cuma mau berbagi perasaan aja, sekalian curcol. Hihihihi...

Dulu, waktu saya masih kecil dan mengalami pengalaman pertama ke dokter gigi, terus terang saya tidak trauma seperti kebanyakan anak-anak dan terbawa sampai dewasa. Sampai saat ini saya nggak mengalami takut yang berlebihan kalau harus ke dokter gigi. Paling meringis-meringis doang, membayangkan mulut saya bakal diobok-obok sama dokternya. Selebihnya, saya malah suka banget kalau ke dokter gigi, terutama waktu masih kecil. Kenapa? Soalnya kursi pasiennya kereen! Hahahahaha, bisa turun naik otomatis, bisa maju mundur, trus banyak tombol-tombolnya di bagian pegangan tangan. Belum lagi, tempat air kumur di samping pegangan tangan yang bisa refill sendiri otomatis. Huwoow, magic!

Kursi pasien klinik gigi yang keren. Hihihihihi (mage from www.jualalatkesehatanpekanbaru.blogspot.com)

Jadi bisa dibilang, hal yang membuat saya tidak takut ke dokter gigi (sampai sekarang) itu ya karena kursi untuk pasiennya yang super kewl. Bahkan sampai sekarang saya masih suka nyengir sendiri, kalau dokternya mencet tombol buat naikin kursi. Saya masih suka mengamati diam-diam saat gelas untuk berkumur terisi secara otomatis. Haduh, ini norak kok bawaan banget, ya? Wkwkwkwk...


Lalu, sejak menikah dan hamil 9 tahun yang lalu, saya mulai berkenalan dengan sebuah kursi lain yang saya temui di klinik dokter. Yup! Kursi pasien di klinik kandungan. Dan jujur, sampai sekarang saya selalu mengalami semacam siksaan batin tiap mau berkunjung ke dokter kandungan kalau mengingat kursi itu. Hiks! Padahal, untuk sekarang ini, bisa dibilang, saya sudah lumayan sering ke dokter kandungan. Ya, anak udah dua, gitu. Tapiii...bayangan kursi pasien di ruang dokter kandungan itu udah kayak hantu buat saya. Hiks...

Kursi pasien klinik kandungan yang...errr... :| (image from www.made-in-china.com)

Secara umum, bentuknya nggak jauh beda sama kursi di klinik gigi. Bisa turun naik dan maju mundur dengan pencetan tombol. Yang membedakan yang bikin meringis adalah dua dudukan untuk kaki yang terletak di kiri dan kanan kursi. Huhuhuhu, saya masih aja ngilu tiap kali suster bilang, "Lepas celananya, bu!" Aaargh, kalimat itu aja (walaupun diucapkan dalam situasi berobat dan ada kepentingan) rasanya udah agak awkward di telinga. Terus dilanjutin sama, "Angkat kaki ibu ke sini, majukan pinggulnya." Errr, yang belum pernah coba bayangkan aja, duduk ngangkang (sorry), terus suster masang lampu sorot yang diarahkan tepat ke"situ." Situ itu ya area intim kita yang sudah terpampang bebas tanpa penutup selembar pun. Well, iya sih, ditutupin sama selimut tipis, tapi di bawahnya kan nggak pake apa-apa. Huaaa... Bener-bener nggak nyaman. Belum lagi kalau dokternya lama munculnya, karena lagi terima telpon, misalnya. Nyiaaah, siap-siap aja duduk dengan posisi ajaib itu untuk beberapa menit tanpa tahu gimana harus bersikap. Salting abisss!

Tapi jangan nganggap ini nakut-nakutin, ya. Karena yang pasti, memang itu yang akan kita hadapi saat pergi ke dokter kandungan. Prosedurnya ya menang begitu. Jadi mau nggak mau ya terima aja. Hihihihihi... Saya cuma mau berbagi kisah hubungan batin saya dengan kedua kursi tadi. Kursi di klinik gigi yang sampai saat ini saya sukai dan kursi di klinik kandungan yang sampai sekarang tetap bikin saya tekanan batin.

Hwahahahaha, ini postingan amit-amit banget, deh! Maaf, ya! Udah, nggak usah dipikirin! Mendingan ikut Giveaway Blog Emak Gaoel aja di sini. Hadiahnya banyak. Masih sampai 2 Agustus 2012. Jangan lupa ya! :D