Selasa, 19 Februari 2013

Berani Dikritik: Sarapan Wajib Sebelum Menerbitkan Buku

  12 comments    
categories: ,
Sejak mulai aktif menulis sekitar tahun 2008 sampai sekarang, banyak sekali hal-hal baru yang saya pelajari. Bagaimana menulis cerita yang benar secara struktur dan kelengkapan elemen, EYD yang benar, penggunaan tanda baca, sampai seluk-beluk menerbitkan buku. Kali ini saya mau berbagi pengalaman (yang masih seuplik ini) tentang proses menjelang menerbitkan buku sendiri (self published).

Hari gini, nerbitin naskah sendiri jadi buku itu cuma sejarak "klik" di layar komputer. Nggak perlu punya duit buat modal, nggak perlu melewati proses seleksi penerbit, nggak perlu pusing mikirin cover. Pokoknya, kalau mau mah, tinggal "klik" submit naskah dan jeng jeeeng: buku udah siap dipesan dan dicetak sesuai permintaan (print on demand).

Image from http://beyond.customline.com/tag/book-publishing/

Waktu saya ikut kelas Akber Bekasi tentang Book Publishing, Windy Ariestanty ngomong, "Menerbitkan buku jaman sekarang memang gampang, tapi apa kita mau jadi orang yang punya buku (terbit) saja atau mau jadi penulis? Karena dua hal itu berbeda sekali."


Memang gampang menerbitkan sendiri naskahmu. Tapi inget deh, naskah yang sudah jadi buku dan dilempar ke publik untuk dibeli itu berarti sudah siap diceburin ke laut penuh penilaian yang nggak bisa kita kontrol lagi. Sudah siap?

Sebelum itu terjadi, persiapkan tulisanmu sebaik mungkin. Walaupun kamu mau menerbitkan sendiri bukumu, jangan lewatkan proses "seleksi" dari mata pihak lain. Maksudnya, kirim dulu deh naskahmu ke orang yang kamu anggap kompeten dan jujur dalam menilai naskahmu. Bisa teman, bisa saudara bahkan bisa juga menggunakan jasa editor berbayar. Ini penting banget, karena mereka akan memberikan masukan-masukan penting sehubungan dengan perbaikan naskahmu sebelum menjadi buku. Cara lain, bisa dengan mengkutsertakan naskahmu ke lomba, karena melalui lomba kita akan tau sejauh mana kualitas tulisan kita (setidaknya di mata para juri).

Jujur, kadang kita suka males dan takut duluan mendengar penilaian orang lain, makanya bisa jadi itu yang membuat kita memutuskan untuk menerbitkan lewat jalur indie. Tapi apa bukan konyol jadinya kalau kita berusaha menghindari kritik sebelum naskah dibukukan, tapi malah jadi korban bully pembaca bukumu nantinya? Inget lho, orang yang membaca bukumu kelak pasti akan memberikan kritik lebih pedas lagi karena mereka mengeluarkan uang untuk membaca karyamu.

Jadi, jangan mentang-mentang nerbitin buku sekarang gampang, terus main asal nerbitin aja tanpa mau mendengar masukan dari orang lain terlebih dahulu untuk memperbaiki naskahmu. Itu semacam sombong dan egois, sodarah-sodarah. :D

Nantiii, kalau kritik dari teman sudah masuk, kita bisa pilah-pilah sendiri kok mana yang menurut kamu akan bisa membuat naskahmu lebih baik atau mana yang sekedar kritik negatif. Yang jelas, menutup mata sejak awal akan membutakanmu selamanya. Kamu nggak akan pernah belajar dari kekuranganmu dan terus merasa kalau kamu sudah membuat cerita yang bagus. Apalagi kalau naskahmu mendapat banyak komentar, "Keren ceritanya!" atau, "Suka bangeeeet!" tanpa mereka bisa mendeskripsikan apanya yang keren dan apa yang disuka. Pujian memang bagus sebagai penyemangat, tapi jangan jadi acuan satu-satunya untuk merasa sudah pantas menerbitkan buku tanpa mencari kekurangan. Tidak ada naskah yang sempurna, memang. Tapi setiap naskah pasti bisa diperbaiki menjadi lebih baik. Nggak usah terburu-buru pengen bikin buku padahal karya kita sebenarnya belum siap untuk diterbitkan. Tenang aja, semua berproses.  :D

Yang paling penting itu, terus menulis, terus belajar dan membuka diri untuk setiap kritik yang masuk. Ganbatte!

12 komentar:

  1. memang kita harus bisa dikritik nih gan hehe

    BalasHapus
  2. kritik gunanya untuk membangun gan setujuuu

    BalasHapus
  3. hahaha...saya sdh sempat mengkeret kmrn saat dikritik pak johan yg bkn novelis aja kritikannya "makjlep" gitu, apalagi yg novelis sesungguhnya...ngeperrr bisa2 saya...

    BalasHapus
  4. Mak Gaoel, salut dengan semangatnya! Yah, benar memang sekarang nerbitin buku itu gampang, tapi kalau bisa kualitsnya gak gampangan ya, Mak? :)

    semoga saya bisa menuis buku dengan baik. Semoga, semoga dan semoga. Makasih sharenya, Mak

    BalasHapus
  5. artinyaaaaa.. apapun tulisannya, baik di blog, baik di majalah, baik udah jadi buku, siap-siap dikritik siapa ajah.

    semangat nulis terus mbak,
    *lirik draft yang nongkrong melulu di lepi*

    BalasHapus
  6. dikritik jangan langsung down ya mbak

    BalasHapus
  7. kritik ibarat cabe dalam makanan :) pedas-pedas, enaaak~

    BalasHapus
  8. Kunjungan persahabatan.
    Blog yang bagus kak :)
    Jangan lupa kunjungi blogku juga ya kak?

    BalasHapus
  9. Hmmm, pengen jadi penulis juga .. Emak dulu awal nulisnya gimana? Ceritain dong ..

    BalasHapus