Kira-kira dua tahun yang lalu, saya baru mulai semangat-semangatnya belajar menulis. Semua akun yang berhubungan dengan menulis, penulis dan buku saya follow termasuk akun @nulisbuku waktu itu.
Di sela-sela malam menjelang pagi yang selalu saya isi dengan menulis sambil Twitteran/Facebook-an (atau sebaliknya; Twitteran/Facebook-an sambil menulis) @nulisbuku sering sekali merituit twit dari seseorang bernama Lala Purwono. Twitnya menarik perhatian saya karena ada ajakan untuk menulis surat untuk ayah lalu akan dibukukan oleh Lala melalui @nulisbuku. Iseng saya ikutan menulis surat dan mengirimnya ke Lala. Menurut Lala dan Meity yang juga ikut mengurus event menulis surat untuk ayah ini, semua naskah yang masuk akan dibukukan melalui Nulisbuku dan hasil penjualannya akan disumbangkan ke sebuah Panti Jompo di Surabaya. Ah, makin semangat.
Saat Dear Papa terbit melalui Nulisbuku, saya mengalami euforia "penulis dengan buku pertamanya" dengan bersukacita. Luar biasa senangnya, buku pertama yang memuat tulisan saya adalah buku yang memuat surat saya untuk Papa. Beberapa bulan kemudian, Lala dan Meity kembali melempar undangan di Twitter. Kali ini membuat surat untuk ibu. Saat itu bulan November 2011. Saya perkirakan kalau buku ini jadi, akan bertepatan dengan ulang tahun Mama pada bulan Januari. Saya kembali mengirim surat untuk mama melalui Dear Mama. Benar saja. Januari 2012 Dear Mama terbit, kembali melalui Nulisbuku. Kali ini, semua royalti penjualan disumbangkan ke sebuah Yayasan Kanker Payudara di Jakarta.
Arti kedua buku itu (Dear Papa dan Dear Mama) bagi saya saat itu besar sekali. Selain itu adalah bentuk buku perdana yang memuat tulisan saya, surat yang saya tuliskan untuk Mama dan Papa di dalamnya merupakan ungkapan hati saya yang sejak lama saya pendam dan tidak mampu saya ucapkan secara langsung. Saat saya mengantarkan buku itu ke tangan mereka, tidak ada kata-kata dari saya selain, "Di dalamnya ada surat Winda untuk Papa," dan "Di dalamnya ada surat Winda untuk Mama." Hanya itu, dan setelah itu, walaupun masih tanpa kata-kata, saya bisa merasakan hubungan kami makin dekat secara batin. Buku-buku ini sangat berarti bagi saya.
Jelang setahun lebih setelah Dear Papa dan Dear Mama terbit melalui Nulisbuku, sebuah email menghampiri inbox saya. Meity dan Lala menyampaikan kalau Dear Papa dan Dear Mama "dilirik" oleh sebuah penerbit major dan akan diterbitkan dan dijual ke seluruh Indonesia. Untuk itu Lala dan Meity harus menyeleksi dari ratusan surat yang masuk dalam serial Dear Papa dan serial Dear Mama. Alhamdulillaah, kedua surat saya lolos seleksi untuk ikut diterbitkan melalui Gradien. Ada nama saya dalam buku Dear Papa dan Dear Mama yang baru ini.
Beberapa hari yang lalu Meity kembali mengontak saya melalui e-mail dan mengabarkan kalau Dear Papa dan Dear Mama sudah ada di toko-toko buku. Dan seperti yang lalu, royalti penjualan buku ini tetap akan disumbangkan ke yayasan sosial.
Begitu lamanya hubungan saya dengan Dear Papa dan Dear Mama ini, sehingga sekarang sebagian besar dari penulis-penulis yang satu buku dengan saya di buku-buku itu sudah akrab di Twitter seperti keluarga. Saya bersyukur memutuskan ikut dalam project ini. Banyak sekali kenangan dan kebahagiaan yang saya rasakan selama proses menulis, menunggu terbit melalui Nulisbuku, memberikannya kepada Mama dan Papa, sampai kemudian dikabarkan akan diterbitkan melalui penerbit besar.
Terima kasih untuk Lala dan Meity. Terima kasih untuk teman-teman yang ikut dalam project keren ini. Terima kasih Nulisbuku. Terima kasih Gradien. Kalian semua mengukir kenangan indah dan jembatan yang selama ini saya butuhkan untuk menunjukkan cinta saya pada Mama dan Papa.
Teman-teman, saya sarankan beli buku ini. Bukan karena ada tulisan saya di dalamnya, tapi temuilah cinta anak kepada orang tuanya dan resapilah pelajaran-pelajaran hidup dari kejadian-kejadian yang real terjadi dalam hidup mereka. Belum lagi, kebaikan lain yang bisa kita berikan dengan membelinya, yaitu menyumbangkan beberapa rupiah untuk yayasan sosial.
Kalau kamu mau tahu lebih banyak tentang Dear Mama silahkan lihat di sini. Untuk Dear Papa lihat di sini. Atau langsung saja ke page Facebook Dear Book Project di sini. :D
Dear Papa saat diterbitkan melalui Nulisbuku |
Saat Dear Papa terbit melalui Nulisbuku, saya mengalami euforia "penulis dengan buku pertamanya" dengan bersukacita. Luar biasa senangnya, buku pertama yang memuat tulisan saya adalah buku yang memuat surat saya untuk Papa. Beberapa bulan kemudian, Lala dan Meity kembali melempar undangan di Twitter. Kali ini membuat surat untuk ibu. Saat itu bulan November 2011. Saya perkirakan kalau buku ini jadi, akan bertepatan dengan ulang tahun Mama pada bulan Januari. Saya kembali mengirim surat untuk mama melalui Dear Mama. Benar saja. Januari 2012 Dear Mama terbit, kembali melalui Nulisbuku. Kali ini, semua royalti penjualan disumbangkan ke sebuah Yayasan Kanker Payudara di Jakarta.
Arti kedua buku itu (Dear Papa dan Dear Mama) bagi saya saat itu besar sekali. Selain itu adalah bentuk buku perdana yang memuat tulisan saya, surat yang saya tuliskan untuk Mama dan Papa di dalamnya merupakan ungkapan hati saya yang sejak lama saya pendam dan tidak mampu saya ucapkan secara langsung. Saat saya mengantarkan buku itu ke tangan mereka, tidak ada kata-kata dari saya selain, "Di dalamnya ada surat Winda untuk Papa," dan "Di dalamnya ada surat Winda untuk Mama." Hanya itu, dan setelah itu, walaupun masih tanpa kata-kata, saya bisa merasakan hubungan kami makin dekat secara batin. Buku-buku ini sangat berarti bagi saya.
Dear Mama saat diterbitkan melalui Nulisbuku |
Jelang setahun lebih setelah Dear Papa dan Dear Mama terbit melalui Nulisbuku, sebuah email menghampiri inbox saya. Meity dan Lala menyampaikan kalau Dear Papa dan Dear Mama "dilirik" oleh sebuah penerbit major dan akan diterbitkan dan dijual ke seluruh Indonesia. Untuk itu Lala dan Meity harus menyeleksi dari ratusan surat yang masuk dalam serial Dear Papa dan serial Dear Mama. Alhamdulillaah, kedua surat saya lolos seleksi untuk ikut diterbitkan melalui Gradien. Ada nama saya dalam buku Dear Papa dan Dear Mama yang baru ini.
Beberapa hari yang lalu Meity kembali mengontak saya melalui e-mail dan mengabarkan kalau Dear Papa dan Dear Mama sudah ada di toko-toko buku. Dan seperti yang lalu, royalti penjualan buku ini tetap akan disumbangkan ke yayasan sosial.
Begitu lamanya hubungan saya dengan Dear Papa dan Dear Mama ini, sehingga sekarang sebagian besar dari penulis-penulis yang satu buku dengan saya di buku-buku itu sudah akrab di Twitter seperti keluarga. Saya bersyukur memutuskan ikut dalam project ini. Banyak sekali kenangan dan kebahagiaan yang saya rasakan selama proses menulis, menunggu terbit melalui Nulisbuku, memberikannya kepada Mama dan Papa, sampai kemudian dikabarkan akan diterbitkan melalui penerbit besar.
Dear Papa dan Dear Mama yang sekarang terbit melalui Gradien dengan tampilan barunya. :) |
Terima kasih untuk Lala dan Meity. Terima kasih untuk teman-teman yang ikut dalam project keren ini. Terima kasih Nulisbuku. Terima kasih Gradien. Kalian semua mengukir kenangan indah dan jembatan yang selama ini saya butuhkan untuk menunjukkan cinta saya pada Mama dan Papa.
Teman-teman, saya sarankan beli buku ini. Bukan karena ada tulisan saya di dalamnya, tapi temuilah cinta anak kepada orang tuanya dan resapilah pelajaran-pelajaran hidup dari kejadian-kejadian yang real terjadi dalam hidup mereka. Belum lagi, kebaikan lain yang bisa kita berikan dengan membelinya, yaitu menyumbangkan beberapa rupiah untuk yayasan sosial.
Kalau kamu mau tahu lebih banyak tentang Dear Mama silahkan lihat di sini. Untuk Dear Papa lihat di sini. Atau langsung saja ke page Facebook Dear Book Project di sini. :D
Wah. Dear Papa dan Dear Mama diterbitkan secara komersil ya sekarang... dulu ingin ikutan tapi gak jadi mba. :)
BalasHapusSelamat ya mba untuk buku-bukunya. Baru kali ini saya mampir, padahal dah sering disebut sama Mas Hadi. Saya pernah dikirimi tulisan Mba.. dan langsung klepek-klepek bacanya.
Target berikut untuk dibeli Macaroon ah... :D