Rabu, 11 September 2013

Labirin Rasa, Fresh Seperti Orange Juice!

Judul Buku : Labirin Rasa

Penulis :  Eka Situmorang-Sir

Penyunting: Faisal Adhimas

Halaman : 394

Penerbit : Wahyu Media

Congratulation Eka for your new novel, Labirin Rasa! ^_^


Blurb

Siapa bilang rasa tak dapat bertualang? Aku melakukannya. Melakukan petualangan di labirin rasa. Ya, untuk 'merasakan' hati dari Pangeran Fajar-ku. Aku berharap Pangeran Fajar-ku akan datang seperti fajar. Menyinari hidupku dengan banyak hal tak terduga. Menumbuhkan jiwaku dan melepaskan dahagaku yang haus akan rasa. Rasa cinta.

Di atas bukit, aku yakin rasa ini memilih dia sebagai Pangeran Fajar-ku. Rasa luar biasa cinta yang terhujam hingga ke hatiku yang terdalam. Tapi apa, ternyata dia yang menghujam rasa luar biasa sakit juga di hatiku. Aku jadi ragu, apakah benar ia Pangeran Fajar-ku?

Terbesit pesan Eyang Kakung di pikiranku. "Kayla, cinta itu membahagiakan. Namun, jika ia sudah mulai jadi beban, lepaskan jika harus melepaskan. Beri waktu. Beri ruang untuk cinta dapat bertumbuh alami hingga ia bisa mengambil keputusan. Karena cinta tak boleh dipaksakan. Ia hinggap bebas di hati setiap orang tanpa bisa diatur."
Baiklah. Ini saatnya aku harus melepas rasa. Namun, apa aku dapat menemukan Pangeran Fajar-ku sesungguhnya? Hanya labirin rasa ini yang mampu menuntunku kepadanya.



Review



Labirin Rasa adalah novel Eka Situmorang-Sir yang saya kenal akrab di dunia maya. Sedikit banyak saya tahu sosok Eka dari kicauannya di Twitter dan update statusnya di Facebook. Saat membaca Labirin Rasa, di beberapa halaman pertama saya tidak bisa menguasai diri saya untuk tidak menganggap bahwa sosok Kayla (si tokoh utama) terinspirasi karakter Eka. Tapi itu tidak lantas membuat saya langsung menghakimi kalau novel ini bercerita tentang kehidupan pribadi Eka. Saya tetap meneruskan membaca novel ini sampai selesai, dan surprise ... novel yang cukup tebal ini berhasil saya selesaikan dalam waktu 3 hari! Sudah lama saya gagal menyelesaikan membaca novel yang ketebalannya lebih dari 200 halaman. Saya harus angkat jempol untuk Eka karena berhasil menghipnotis saya hingga akhir cerita. Ini bukan perkara mudah untuk seorang penulis, apalagi ini adalah karya perdananya.
 

Premis Labirin Rasa ini sederhana: seorang perempuan muda yang berusaha menemukan pangerannya melalui perjalanan ke berbagai tempat dan menemukan orang-orang yang mengantarnya bertemu dengan sang pangeran. Klise romantisme yang tidak pernah membosankan untuk penggemar kisah romance seperti saya.  


Karakter Kayla dalam cerita ini sangat menarik. Dia begitu hidup dalam rangkaian kata Eka. Saya suka caranya menghadapi masalah dengan tidak cengeng dan perjuangan tanpa lelahnya untuk mencari cinta. Hanya di beberapa bagian, saya merasa karakter Kayla agak goyang. Misalnya saat Kayla sinis dengan Instagram dan Path, tapi ternyata dia tidak lupa untuk update Four Square miliknya. Selain itu proses metamorfosis Kayla yang “brangasan” menjadi kupu-kupu cantik juga kurang digarap dengan lebih detil selain dengan beberapa kalimat pengantar tentang akhirnya dia jadi rajin merawat diri dan nge-gym sehingga dia menjadi cantik. Sebagai seorang perempuan, pengen juga lihat perjuangan Kayla mempercantik diri, apalagi awalnya sosoknya digambarkan preman banget. Hihihihi ... Ruben dan Patar, dua laki-laki dalam hidup Kayla, cukup membayang di mata saya. Tapi sosok Ruben buat saya lebih kuat ketimbang Patar. Wajar aja, mungkin karena Ruben udah nongol dalam cerita sejak awal, sedangkan Patar baru muncul di pertengahan menuju akhir.

Setting cerita yang mengambil tempat di banyak kota sukses bikin saya sirik berat sama keberuntungan Kayla. Pengen juga bisa lari dari satu kota ke kota kota lain untuk menenangkan hati, dan ketemu sama orang-orang yang mau bayarin saya hotel dan jalan-jalan ke Lombok. Saking banyaknya kota yang diceritakan, saya sampai merasa sangat padat informasi tentang banyak tempat setelah membacanya. Seandainya setting tempat lebih sedikit mungkin Eka lebih leluasa dan smooth menggarap keindahan setting tersebut dan memasukkannya ke dalam cerita. Tapi saya tetap menjura dengan keberanian Eka membuat tokoh yang fearless seperti Kayla dan membawanya ke banyak tempat.

Alur cerita Labirin Rasa ini maju dengan pace yang lumayan cepat dan energik, sehingga mungkin itu yang membuat saya tak bisa lama-lama meninggalkannya. Karena halaman berikutnya mungkin sudah lain lagi ceritanya. Dialog-dialognya segar, khas Eka yang saya kenal. Beberapa bagian membuat saya ngakak-ngakak sendiri. Sense of humor Eka tergambar melalui dialog yang dibangunnya. Fresh kayak orange juice!

Kalau digambarkan lewat grafik, ceritanya sendiri sudah menanjak tajam sejak bab-bab awal, dan terus menanjak hingga hampir ¾ bagian. Mungkin karena begitu banyak tempat dan kejadian yang terjadi sehingga banyak sekali kejutan dalam cerita ini. Saya merasa agak sedikit overwhelmed karena begitu “padatnya” kejadian dan tempat yang diceritakan, but somehow I enjoyed it. Eka tahu kelebihannya, sehingga walau begitu banyak yang ingin diceritakannya, dia menceritakannya dengan ringan dan enjoyable.

Kekurangan yang paling mengganggu sebenarnya adalah typo yang bertaburan dan justru makin parah di bagian-bagian akhir. Sayang sekali memang. Sebab saya sempat mengatakan pada Eka kalau typo itu takdir, saat saya baru membaca 20 halaman pertama. Tapi kalau sampai akhir typo masih juga ada, mungkin ini bukan takdir lagi. Hiks. Semoga ada kesempatan bagi Eka untuk memperbaikinya, melalui cetak ulang mungkin? Aamiin! 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Book Review Labirin Rasa. Jumlah kata (diluar blurb) 6o4 words, semoga masih tolerable. :D


8 komentar:

  1. yes bener banget, kelebihan utamanya memang dikecepatan alurnya itu, ga terasa sudah abis aja dibacanya :D Jempol deh buat Eka. Sakseus selalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, bener banget...kalau nulis buku tebel, alur cepet udah paling bener deh, daripada keburu ditinggal tidur...eka kerenlah..:)

      Hapus
  2. Saya belum baca novelnya, semoga menang ya mba, lombanya :)

    BalasHapus
  3. Wah3x reviewnya okpu nih, gimana bunda gak minder, lha wong bunda ini paling gak bisa bikin review, tapi untuk Eka yang ketawanya renyah itu, bunda harus ikutan ah, ni lagi baca bukunya, lom selesai. Btw, boleh donk sekalian ngucapin selamat disini ya untuk Jawara Satu #10daysforASEAN.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah bunda Yati yg okpu, ngereview buku tulis aja kesan2 kita setelah baca bukunya..apa yg disuka dan tidak....kalau aku sih begitu, gk mau susah2...hihihihi
      makasih ya bundaa..alhamdulillaah, rejeki...:D

      Hapus
  4. Wow, review yang apik dari seorang novelist dan blogger keren! Saya baru menamatkan novelnya, Mak, belum bikin reviewnya, semoga sempat. :)

    Sukses ya, Mak cantik!

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo mak Alaika, bikin reviewnya...
      kalau aku sih suka sama ceritanya...
      sukses ya mak..:)

      Hapus