Rabu, 23 Maret 2011

All Hail Internet! My Achievement In Writing!

  5 comments    
categories: ,
Buku Dear Papa, berisi surat cinta dari anak kepada sang ayah. Buku Dear Papa 6 ini memuat tulisanku di dalamnya.

Baru tiga hari yang lalu akhirnya saya bisa memegang sebuah buku yang nama saya tercetak di sampulnya sebagai (salah satu) penulis. Olalaa, maafkan ke-norak-an saya ini, teman-teman. Dan biarkanlah saya menikmatinya sejenak. Ihik! Saya tahu (mungkin) tidak semua orang yang suka menulis bercita-cita untuk menerbitkan buku. Apalagi jaman sudah makin canggih. Internet bagi sebagian orang 'disalahkan' sebagai bergesernya minat 'penulis' untuk menerbitkan buku dalam bentuk yang riil. Buat apa ngemis-ngemis ke penerbit untuk menerbitkan tulisan kita, kalau blog gratis bertebaran di dunia maya dan jelas-jelas lebih mudah untuk di-akses oleh para pembaca? Oww, saya sama sekali tidak bisa mengecilkan peran internet dalam perkembangan dunia literatur dunia. Walau bagaimana, bisa jadi saya adalah salah satu dari ribuan penyuka kegiatan menulis yang merasa dibesarkan melalui internet.


Diawali dengan menulis kegiatan sehari-hari layaknya menulis sebuah diary dengan sebatang pena, seperti itulah saya mengawali perkenalan dengan hasrat menulis saya dan internet. Ya, saya baru tersadar akan hasrat terpendam saya pada dunia tulis-menulis justru setelah saya berkenalan dengan internet. Menulis dengan menggunakan pena akhirnya mulai saya tinggalkan. Tidak heran tulisan tangan saya makin hari makin hancur saja. Wkwkwkwk... I don't know about you, tapi bagi saya ada sensasi liar menggeliat saat saya menekan jari ke tuts keyboard dan menimbulkan bunyi tak tik tak tik yang menggelitik telinga. Makin banyak huruf berjejer membentuk barisan-barisan kata, makin besar semangat saya untuk meneruskannya sampai mata saya lelah dan panas sendiri dan akhirnya kantuk yang mengalahkannya.

Memulai tanpa modal apa-apa, jelas bukan suatu usaha yang menjanjikan, bahkan di dunia nyata sekalipun. Sedangkan dalam menulis, tidak ada pihak yang bisa dimintai pinjaman modal selain diri sendiri. Lagi-lagi internet membuat saya menemukan sendiri modal itu. Banyak membaca tulisan-tulisan penulis terkenal maupun orang biasa-biasa saja seperti saya sedikit demi sedikit menjadi tabungan saya dalam berusaha menjadi 'penulis' seperti dalam angan saya. Artikel-artikel tentang cara-cara menulis kreatif juga saya dapatkan di internet. Semuanya memang gratis dari sudut financial. Saya sama sekali tidak mengeluarkan uang (selain ongkos internet bulanan) seperti kalau saya membeli buku-buku panduan menulis yang perlu bagi pembelajaran saya itu. Ah, saya mulai merendahkan nilai sebuah buku kedengarannya, ya? Hiks! Bukan!

Begitu besarnya jasa internet bagi saya, tetap kehadiran buku teramat penting dalam hidup saya. Terima kasih Tuhan, saya dibesarkan dalam limpahan buku sejak saya belum bisa membaca. Kedua orang tua saya adalah pembaca yang sangat tekun. Menurun kepada tiga dari lima anaknya, dan saya termasuk yang kedapatan warisan tak ternilai itu. Sedikit banyak saya mengerti mengapa itu bisa terjadi. Tiga anak tertua orang tua saya (termasuk saya) lahir pada masa televisi baru mulai memunculkan gambar hitam putihnya pada pukul lima sore dan berakhir pada pukul sembilan malam dengan iringan lagu Nyiur Melambai (bener nggak ya itu judulnya?). Jangankan internet, film anak-anak pun kami tidak mengenalnya pada masa itu, selain Si Unyil. Games atau permainan atraktif? Saya baru mengenal Atari pada saat saya duduk di bangku SMP. Mall dan bioskop? Beruntung saya lahir dari keluarga yang seadanya secara ekonomi. Dimana mall yang hanya berjumlah satu atau dua di kota saya waktu itu bukan merupakan tujuan utama di akhir minggu. Bioskop pada masanya bukanlah tempat untuk anak-anak seusia kami, berbeda dengan sekarang dimana anak-anak berseragam putih-biru bisa dengan leluasa keluar masuk bioskop untuk menonton film yang bahkan jelas-jelas tertulis hanya untuk 17 tahun ke atas. Oh, dimana bagian yang harus saya syukuri dari keadaan yang sekarang ini?

Ah ya, tentu saja! Tadi kan saya sudah bilang, internet! Ya, ya, ya, lepaskan dia dari segala efek buruknya bagi semua kalangan yang menggunakannya. Maka internet akan menjadi guru yang serba bisa menjawab  segala pertanyaanmu. Diwakili oleh paman yang bernama Google atau adik kecil yang memakai kaos bertuliskan 'search', maka dunia akan terbentang di hadapan mata dalam hitungan sepersekian detik (tergantung kecepatan koneksi anda, syarat dan ketentuan berlaku).

Dari sanalah akhirnya buku berjudul Dear Papa yang memuat tulisan saya itu akhirnya bisa sampai ke tangan saya. Dari internet! Mulai dari menemukan sebuah kegiatan yang woro-woronya akan dibukukan melalui twitter. Sampai penerbitnya (www.nulisbuku.com) yang memang khusus menerbitkan buku via internet. Sampai ke penjualan pun hanya melalui internet. All hail internet! Hahaha... Sebuah ironi terjadi. Saya seperti berkhianat pada dunia lama perbukuan yang tersentuh, karena segala sesuatu yang saya dapatkan sebagai modal saya membuat buku sungguhan justru saya dapatkan secara maya alias tak tersentuh. Heuuu...salahkah saya?

Beruntungnya saya, ternyata saya bukan orang yang suka terlalu pusing dengan pertanyaan-pertanyaan kurang penting seperti itu. Apalagi kalau sampai pertanyaan-pertanyaan itu menghambat saya untuk mendapatkan apa yang saya impikan selama ini. Mau dari mana kek, mau lewat mana kek, mau pake apa kek, yang penting semuanya berbentuk perjuangan dan halal.

Hahaaay, saya sedang bersemangat! Ini baru satu! Mau akan dua, tiga, empat dan seterusnya. Doa dan harapan saya hanya supaya apa pun yang saya lakukan di dunia ini mengalami perbaikan setiap saat. Kali ini baru buku yang berbagi kapling halaman dengan 22 penulis lainnya. Besok lain cerita. Kali ini tak ada seleksi dari penerbit untuk menerbitkan tulisan saya. Besok lain cerita. Kali ini tak ada royalti untuk saya. Besok (harus) lain cerita! Hahahaha...

Apapun pencapaian saya sampai hari ini, saya syukuri. Saya selalu percaya apa yang kita dapatkan berbanding lurus dengan apa yang kita usahakan. Mereka bergerak sejajar dalam dua garis yang selalu bertambah panjang dalam kecepatan yang sama persis. Usaha besar, maka hasil besar.
Terima kasih tak terhingga pada internet yang membuat semua ini mungkin terjadi. Dunia maya yang membuat impian saya menjadi berwujud di dunia nyata. Hihihihi, ironic!

Special thank's to www.nulisbuku.com. Buat yang mau memesan serial buku Dear Papa (1-6) silahkan ke sini. Semua hasil penjualan akan disumbangkan untuk sebuah panti jompo di kota Surabaya. How kewl is that? ^_^

5 komentar:

  1. NulisBuku memang yahuuud. pas proyek ini saya juga pengin ikut lho mbak. :)

    BalasHapus
  2. like this ^^
    Semoga impian untuk punya buku sendiri tercapai. Amin...

    BalasHapus
  3. gugun: kenapa gk ikutan? kalo gk mungkin bisa satu buku... :)

    mira: amiin.. :D

    BalasHapus
  4. siap menunggu buku berikutnya :)

    BalasHapus
  5. Wah mbak aku juga masuk di buku kedua loh, salam kenal ya mbak :D

    BalasHapus