Sabtu, 12 Maret 2011

Tujuh Korban Rambutku

  4 comments    
categories: 

Rambutku adalah petualang. Aku tidak berlebihan. Sejak aku mengenal gunting, rambutku sudah memulai petualangannya. Usiaku tiga tahun saat petualangan perdana rambutku itu dimulai. Aku melihat gunting yang entah mengapa terlihat begitu lucu di mataku saat itu. Dua ujung tajamnya seperti sepasang tangan mungil dalam ruang imaginasi kanak-kanakku. Tangan-tangan mungil itu seperti mengajakku untuk menggandengnya. Kuraih dan kuselipkan jari-jari mungilku ke dalam dua lubang pegangnya. Lubang itu masih terlalu besar untuk jari-jari kecilku. Susah payah aku berusaha memantapkan kedudukan gunting itu di tanganku. Aku berusaha mengingat-ingat bagaimana Ibu dan Bapakku memegang gunting. Setelah mantap, mulailah aku beraksi. Tepatnya mulailah petualangan rambutku dimulai. Tak sampai dua menit rambut panjang, indah, lurus dan berkilau yang selalu dibangga-banggakan Ibuku itu sudah berserakan di lantai. Entah mengapa jeritan Ibuku saat itu justru membuatku terpekik girang. Aku memekik kegirangan sambil berusaha menghindar dari sergapan Ibuku. Aku berlari sambil mengacung-acungkan gunting di tangan dan tertawa gembira mengira Ibuku sedang mengajakku bermain 'tangkap aku'.
Itu dua puluh tahun yang lalu. Setelah kejadian itu aku seperti ketagihan untuk melakukan sesuatu dengan rambutku. Maka jadilah aku pelanggan salon depan rumah termuda saat itu. Aku selalu merengek-rengek kepada Ibuku untuk pergi ke salon untuk memotong rambutku. Ibuku tak pernah kuasa untuk menolak rengekan aku, bidadari kecil yang dipujanya ini. Akhirnya selama sebulan pertama sudah empat kali aku ke salon depan rumah untuk memotong rambutku. Takut dalam waktu sebulan lagi aku akan berkepala botak, akhirnya Ibu memberitahuku kalau banyak hal yang bisa dilakukan di salon selain memotong rambut.
Oww...sungguh sebuah penjelasan yang sangat mengagumkan bagiku. Ternyata aku bisa sekedar mencuci dan mengeringkan rambut di salon, mendapatkan layanan creambath bahkan meluruskan atau mengeriting rambutku. Wow!

Akhirnya seminggu sekali aku mencuci dan mengeringkan rambutku di salon depan rumahku itu. Sebulan sekali aku ikut Ibuku untuk creambath buah-buahan. Dua bulan atau tiga bulan sekali aku mengganti model rambutku. Aku sangat terobsesi dengan rambutku. Terobsesi untuk selalu melakukan sesuatu padanya. Itulah yang terjadi padaku selama bertahun-tahun hingga saat ini.
Sampai akhirnya aku mengenal cinta. Pacaran sih, tepatnya. Kalau cinta aku juga tidak yakin. Cinta itu adalah perasaan yang sangat dalam, seperti perasaanku kepada rambutku. Kalau dengan laki-laki rasanya perasaanku tidak sedalam itu.
Pacar pertamaku, Bejo. Waktu jadian dengan dia, rambutku sedang panjang sebahu dan lurus. Dia suka sekali mengelus-ngelus rambutku kalau sedang duduk berduaan di teras rumahku. Sampai suatu sore dia berkata, "Yang, kamu panjangin rambut, dong. Pasti kamu lebih manis deh!". Aku langsung mutusin dia. Enak saja dia mengatur-ngatur rambutku! Huh! Dan Bejo pun pulang dengan bingung.
Pacar keduaku, Tejo. Waktu jadian dengan dia aku sedang bereksperimen dengan rambutku. Aku keriting bagian bawahnya dan membiarkan bagian atasnya tetap lurus seperti sediakala. Awal-awal pacaran dia memang tidak  pernah komentar soal rambutku. Sampai suatu hari dia berkata, "Aku suka inget ibuku deh kalau ngeliat rambutmu yang keriting di bawah itu. Ibuku waktu muda juga rambutnya kaya gitu". Haha...dengan senang hati Tejo aku putusin saat itu juga. Rambutku tidak bisa disama-samakan dengan siapapun! Dan Tejo pun pulang dengan bingung.
Pacar ketigaku, Ujo. Yang ini agak berbeda. Dia sangat menyukai hobiku berganti-ganti model rambut. Dia sangat semangat jika aku akan ke salon. Dengan sukarela dia akan menawarkan diri untuk mengantarku. Tidak jarang dia ikut creambath sambil menunggu aku mewarnai rambutku. Kadang malah aku yang harus menunggu dia di salon, kalau treatment untukku sudah selesai lebih dahulu. Ternyata Ujo lebih rajin keluar masuk salon daripada aku. Oh my God! Kenapa aku telat tahunya ya? No way! Aku tidak suka cowok ganjen seperti dia. Putus! Dan Ujo pun pulang dengan bingung.
Pacar keempatku, Parjo, seorang pelukis. Dia suka sekali menjadikan aku model lukisannya. Aku tidak keberatan, selama dia tidak menyentuh rambutku dengan tangannya yang berlumuran cat itu. Sampai suatu hari tidak sengaja dia menumpahkan cat minyaknya ke rambutku. Kelanjutan kisahnya sudah bisa ditebak, Parjo pulang dengan bingung. Aku marah sekali karena dia begitu ceroboh dengan rambutku. Huh!
Pacar kelimaku, Ajo, seorang Minang sejati. Dia bekerja sebagai pengusaha, karena dia tidak mau disebut sebagai pedagang. Dia punya warung sate padang di daerah Pasar Baru. Waktu pacaran dengan dia sering mengajakku ke warungnya. Aku diperbolehkan makan sate padang sepuasnya. Tentu saja, itu kan dagangannya, masa aku harus bayar ke pacarku sendiri? Kadang aku curiga, dia senang sekali mengajakku ke warungnya dalam rangka mengirit ongkos pacaran kami. Tapi sebenarnya itu bukan masalah. Aku tidak keberatan dengan dalih penghematan ini. Yang jadi masalah, tiap kali aku pulang dari warung satenya, rambutku pasti bau asap. Susah sekali menghilangkannya. Dua bulan saja cukup, aku tidak tahan lagi. Dan Ajo pun berjualan sate padangnya dengan bingung setelah aku putuskan.
Pacar keenamku, Marjo, seorang musisi amatir. Bisa ditebak rambutnya gondrong tidak bermodel. Yang penting asal gondrong dan bisa menunjukkan identitasnya sebagai seorang musisi, selain gitar yang selalu disandangnya kemana-mana itu. Marjo bilang rambutku adalah inspirasinya menciptakan lagu. Aku biasa saja mendengarnya. Bagiku rambutku lebih dari sebuah inspirasi, jadi tak ada yang istimewa jika ada yang menganggap rambutku adalah inspirasi. Cukup sebulan aku pacaran dengan Marjo. Dan alasan putus kali ini tidak seperti biasanya, tidak ada hubungannya dengan rambutku. Marjo sangat ngotot dengan karir bermusiknya. Sampai-sampai dia lupa makan, lupa tidur dan yang paling parah lupa mandi. Aku tidak tahan dengan bau rambutnya yang berminyak tak kena sampo berminggu-minggu. Astaga, jadi ini karena rambut lagi, dong? Entahlah, yang pasti Marjo tidak pulang dengan bingung waktu aku putuskan dia. Tampaknya yang ada di pikirannya hanya bagaimana menjadi artis terkenal. Biar saja.
Pacar terakhirku, Sung Jho, seorang Korea. Dia sangat pendiam. Kalau aku tanya mau kemana malam ini, dia akan menjawab dengan gerakan bahu khas yang mengisyaratkan ‘terserah kamu'. Kalau aku tanya sudah makan belum, dia akan menjawab dengan menelengkan kepalanya sedikit dan sumpah aku tidak tahu apa maksudnya. Lama-kelamaan aku bosan juga jadi pacarnya. Entah ya, sepertinya aku merasa kok dia ingin sekali kelihatan ‘cool' seperti aktor-aktor film drama korea yang pelit ngomong dan pelit ekspresi itu. Tapi aku putus dengannya bukan karena itu. Dua minggu yang lalu aku pergoki dia sedang berjalan dengan seorang perempuan cantik yang model rambutnya ‘nggak banget'! Shaggy pendek yang sudah sedikit kepanjangan dan butuh trimming darurat saat itu juga. Highlite yang sudah sedikit luntur menambah gatal mataku melihat rambutnya. Aku putuskan dia di TKP bukan dengan alasan selingkuh, melainkan tidak bisa memilih perempuan dengan model rambut yang bagus. Memalukan! Sung Jho cuma menggelengkan kepalanya sedikit setelah aku putuskan dan berlalu dengan gaya sok ‘cool' ala aktor film drama korea-nya itu.
Sekarang aku lagi jomblo. Aku cuma berharap bisa menemukan seorang pacar yang bisa mengerti aku dan rambutku. Apakah itu permintaan yang terlalu berat? Uuuh....

*Sebuah cerpen lama*

4 komentar:

  1. Jadi.... Apa karena binun soal rambut makanya tu rambut sekarang disarungin ^_^

    BalasHapus
  2. hahahahaaa, nggak juga sih..tapi emang lebih ringkes jadinya is..gk pusing mikirin gaya...wkwkwkwkwkwk

    BalasHapus
  3. windaaaaaaa...... lama-lama aku jatuh hati.....
    tarik napas dulu...... uuuuffftt.... keren!!

    BalasHapus
  4. Hmm kamu cocok dgn seorang Pria Hair Fetish... seperti saya... :)
    klo belum tw hair fetish see this:

    http://www.experienceproject.com/stories/Have-A-Hair-Fetish/1876727
    http://www.experienceproject.com/stories/Love-Playing-With-Womens-Hair/1765386

    BalasHapus