Rabu, 10 Agustus 2011

Tutu Sisi

  5 comments    
categories: 


Sisi meringis menahan perih di ujung kakinya. Tutu pink bertali panjang yang melingkari betis indahnya terpasang di sana. Sisi tahu kuku ibu jari kakinya sudah mulai mengelupas dan lecet. Tapi dia tetap memaksakan diri untuk mengikuti intruksi miss Patsy.

“Point!”

“Flex!”

“Point!”

“Flex!”

“Sisi! What’s wrong with you today? Kamu seperti anak baru belajar balet kemarin sore! Jangan bilang kalau ujung-ujung jarimu sakit. Kamu sudah tiga tahun belajar balet! Dan ini baru pemanasan!”


Miss Patsy menegurnya dengan suara keras. Sepertinya dia menangkap raut wajah meringisnya tadi. Sisi menelan ludah, menahan malu karena seisi kelas dalam ruangan berkaca itu memandangnya dengan tatapan aneh. Sisi, ballerina kebanggaan miss Patsy, ditegur? Tidak pernah terjadi sebelumnya.

“I’m sorry, miss…,” kata Sisi dengan pelan.

Miss Patsy meneruskan latihan hari itu. Masih dengan gerakan pemanasan kaki di sepanjang dinding ruang latihan yang dipasang tiang pegangan itu. Sisi berusaha keras untuk tidak merasakan sakit di ujung-ujung jari kakinya itu. Ada bagian lain dari dirinya yang terasa lebih sakit saat ini.

“Kamu minta ini, kan?” Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya.

Darah mengalir dari ujung bibir. Sama sekali tidak berani untuk bergerak mengusapnya.

“Lakukan apa yang aku suruh! Sekarang!” Plak! Sebuah tamparan keras lagi, kali ini di pipi kirinya.

Air menggenang di matanya, sebisa mungkin ditahannya untuk tidak jatuh menetes di pipinya. Makin lemah dia terlihat, maka manusia di hadapannya itu akan makin murka.

“Arabesque!”

Sisi menurunkan tubuhnya. Satu kakinya diangkat lurus ke atas. Berusaha sedapatnya meluruskan punggungnya dengan sempurna. Sebelah tangannya berpegangan pada tiang di samping dinding kaca ruang latihan.

“Arabesque, Sisi!”

Miss Patsy datang menghampirinya. Menekan punggungnya sampai jauh ke bawah. Sisi menahan nafas. Ini bukan gerakan sulit untuknya. Tekanan yang dilakukan miss Patsy sebenarnya tidak dibutuhkannya. Hanya saja pikirannya sekarang sedang teringat dengan sebuah tekanan keras lain yang dialaminya semalam.

“Jangan bergerak! Atau kau mau kutampar lagi?”

Dia menahan nafas. Tubuh besar manusia besar di atasnya itu menekannya dengan kuat. Ringkih badannya semakin merosok masuk ke dalam empuk ranjang tidurnya.

Sisi bersiap melakukan latihan lompatan Grand Jete. Menunggu gilirannya tiba. Kakinya masih terasa sakit. Tapi ada yang lebih sakit dirasanya saat ini. Sisi tahu ujung kuku-kuku jari kakinya mulai basah karena darah yang merembes.

Grand Jete-nya harus sempurna seperti biasa. Lompatan besarnya selalu dijadikan contoh di kelas miss Patsy. Sisi tidak pernah gagal melakukannya. Sisi mengangkat kedua tangannya tinggi sebelum mulai berlari. Cukup tiga atau empat langkah besar sebelum lompatan tinggi dengan kaki terbentang lurus di udara.

Manusia besar di atasnya bergerak dengan kasar. Satu, dua, tiga, empat. Dia tak mampu menahan teriakannya. Sakit itu terlalu hebat untuk dapat ditahannya. Tapi manusia besar di atasnya tidak peduli.

Plak! Sebuah tamparan kembali mendarat di pipinya.

Dia menutup mata berusaha membayangkan Grand Jete sempurna yang selalu dilakukannya dalam setiap pagelaran ballet yang pernah diikutinya. Satu, dua, tiga, empat. Hatinya menghitung langkahnya sebelum melompat. Seirama dengan gerakan laki-laki yang sedang bergerak kasar di atas tubuhnya.

Brak! Sisi terhempas di atas lantai kayu ruang latihan. Pendaratannya kacau. Kakinya tidak menjejak lantai tepat pada waktunya. Fatal.

“That’s it, Sisi! Take a break!” Miss Patsy berteriak kesal.

Sisi berusaha keras menahan segalanya yang siap keluar dan meledak dari dalam tubuhnya saat ini. Sakit, air mata, takut dan sekali lagi, sakit. Dia berjalan tertatih menuju pojok ruang latihan. Terduduk di lantai kayu dingin itu.

Miss Patsy menghampirinya. Ikut duduk berjongkok di hadapannya. Memandang Sisi dengan tidak mengerti ke arah murid kesayangan dan kebanggaannya itu. Sisi benar-benar kehilangan fokus dan konsentrasinya hari ini. Dan itu tidak biasa.

“Ada apa, Sisi?” tanyanya dengan suara pelan dan tatapan simpati.

Sisi tergugu tidak bisa menahan tangisnya. Duduk memeluk kedua lututnya dan menangis tersedu-sedu. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan miss Patsy.

“Kamu sakit?

Sisi akhirnya hanya bisa menganggukkan kepalanya. Dia tidak sedang berbohong. Tubuh dan perasaannya memang terasa sangat sakit saat ini. Miss Patsy menganggukkan kepala tanda mengerti. Memberi isyarat agar Sisi membuka pointe shoes di kakinya dan tidak usah melanjutkan latihan hari ini.

Sisi membuka tutu berbahan satin berwarna baby pink itu. Tali panjang yang melingkari betis indahnya terurai lemah. Perlahan sekali Sisi mengeluarkan kakinya dari dalam tutu. Bebatan kain di ujung kakinya terlihat merah karena rembesan darah. Sudah lama dia tidak mengalami lecet di ujung kakinya. Dan hari ini itu terjadi lagi, seperti saat pertama kali ia berlatih menggunakan tutu dua tahun yang lalu.

Sisi memandang ujung-ujung jari kakinya yang merah karena darah kering. Kepalanya terasa pusing. Ruang latihan seperti berputar mengelilinginya. Semalam ia melihat darah segar dalam jumlah yang lebih banyak. Di atas sprei putih pelapis tempat tidurnya. Sesaat setelah laki-laki besar yang dipanggilnya ‘daddy’ itu berjalan meninggalkannya di atas tempat tidur.

“Tidak perlu kuingatkan, jangan bilang ibumu!” katanya tanpa menatap wajah Sisi.

Laki-laki itu menutup pintu kamarnya dengan keras. Ibu sedang tidak ada di rumah. Dan ‘daddy’ sedang tidak punya pekerjaan saat ini. Pada kenyataannya, dia tidak pernah bekerja sejak setahun yang lalu menikahi ibunya yang sudah empat tahun menjanda.

oooOOOooo

Tutu: sepatu balet dengan ujung yang keras

Point: gerakan meluruskan ujung kaki sehingga membentuk satu garis lurus

Flex: gerakan telapak kaki membentuk sudut siku-siku dengan tungkai

Arabesque: gerakan balet mengangkat satu kaki dan mencondongkan tubuh ke bagian depan.

Grand Jete: gerakan melompat dalam balet dengan posisi kaki lurus terbuka.

Pointe shoes: sepatu balet

5 komentar:

  1. Istilah-istilahnya balet sekaliiiii ;-)

    Aku aja yang waktu kecil les balet malah lupa sama sekali :D

    Oooh, si bapak kejam amat :(

    BalasHapus
  2. windaaaa, sedih.. hiks T_T


    btw, ini febbie ^_~ pa kabar buuuuu

    BalasHapus
  3. tutu itu rok balet..
    sepatu ballet yang ujungnya keras itu pointe shoe

    BalasHapus