Minggu, 11 November 2012

Jujur Tak Hanya Butuh Mulut Untuk Mengungkapkannya

  9 comments    
categories: 
"Mengatakan secara terus terang apa yg kita pikirkan, apalagi tentang orang lain, bukan selalu berarti kejujuran yang patut dibangga-banggakan." Aksara, bertelekan pada sisi meja. Aku tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikirannya saat ini. Di dalam pikiranku, dia sangat yummy, delicious, harus aku berterus-terang?--Jasmine, #Nanowrimo2012 (Cuplikan Novel Gratcia Siahaya)

 "Pake kata lugas cenderung kasar. kejujuran katanya .. tapi di wilayah publik itu kaya orang gila di perempatan. seperti juga status ini :)) (Status Facebook Dimas Nur)


Nilai paling mendasar yang diajarkan kepada tiap kita oleh para orang tua dan pendidik adalah kejujuran. "Jadilah orang jujur, nak!" Ya, kejujuran adalah moral paling dasar untuk menjadi manusia yang bernilai di mata manusia lain dan Tuhan. Saat kita kecil, kejujuran equal dengan yang disebut "nggak boleh bohong". Berbohong artinya tidak jujur. Dan kita mengaplikasikannya dengan berusaha untuk tidak berkata bohong. Saat ditanya, "Kamu sudah sholat?" maka jawablah dengan jujur, "Belum," kalau memang kita belum sholat. Jangan bilang, "Sudah," padahal belum melakukannya. Itu bohong! Saat ditanya, "Masih puasa?" jawablah dengan jujur, "Tidak," kalau memang tadi secara sadar sudah menenggak seglas air dingin saat lewat dispenser minuman. :))) Begitu mudahnya mengaplikasikan kejujuran bagi seorang anak yang cara berpikirnya masih sangat sederhana dan jauh dari kompleksitas.


Saat kita tumbuh menjadi manusia dewasa, bentuk kejujuran menjadi sedikit bergeser. Dari yang awalnya "tidak berkata bohong" menjadi "ungkapkan dengan jujur". Ahahaha, dari sini mungkin muncul istilah, "white lie" atau "bohong putih". Kita yang tak sampai hati menyampaikan kejujuran yang menyakitkan memilih untuk berbohong demi kebaikan. Daripada nanti ada yang tersakiti atau dipermalukan? Demikian.

Kejujuran sampai kapan pun tetap akan menjadi sebuah nilai mulia. Harus tetap ditanamkan dalam setiap kita dan laksanakan dengan sepenuh hati. Itu saya setuju. Tapi pada saat kita dihadapkan pada sebuah fakta yang sekiranya akan menyakiti dan mempermalukan seseorang saat itu dungkapkan, perlukan kita berkata jujur dengan suara lantang? 

Saat seorang sahabat makan dengan suara mengecap yang keras, haruskah kita jujur saat itu juga di hadapannya dan di hadapan semua orang dengan mengatakan, "Ya ampun, makan kok brisik amat, sih? Nggak sopan, tau! Lo nggak pernah diajarin sopan santun, ya sama orang tua?"
Atau seorang teman yang penampilannya "nggak banget" di matamu. Gayanya yang ketinggalan jaman membuatmu gatal untuk berkomentar, "Jadul amat, sih lo!" dan membiarkan semua orang mendengarnya. Kenapa kejujuran jadi begitu menyakitkan?

Persahabatan terjalin antara lain karena ada semacam kekaguman satu dengan yang lain. Tapi ingatlah, batasan antara kagum dan cemburu itu sesungguhnya sangat tipis. Akan selalu ada evil side dalam tiap kita saat melihat orang lain atau bahkan sahabat sendiri yang memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Jealousy adalah nama evil side itu. Sehingga saat kita "membenarkan" diri kita untuk selalu memelihara nilai kejujuran dengan sang sahabat, maka tanyakanlah kembali pada nurani, apakah ini benar kejujuran yang ingin diungkapkan atau sekedar ingin mempermalukannya karena kita pada kenyataannya tidak memiliki apa yang dia miliki? 

Saya sendiri (jujur-jujur aja, nih!) agak sulit menelan kejujuran yang pahit apabila disampaikan oleh teman sendiri secara lantang dan lugas. Akan lebih mudah bagi saya menelannya jika orang lain yang tidak saya anggap teman yang mengungkapkannya. Kenapa? Karena dalam persahabatan pun akan selalu ada suatu perasaan insecure. Dia lebih cantik dari aku, dia lebih pintar dari aku, dia lebih kaya dari aku, dia lebih banyak teman dari aku...dan lain-lain. Bukan saya membenci kejujuran itu sepahit apa pun, tapi walau bagaimana saya akan lebih menghargai sebuah kejujuran pahit yang disampaikan secara manis dan private. Ego saya sebagai manusia tidak akan terlukai dan persahabatan pun insya Allah akan tetap terjaga. Ketimbang sang teman berteriak sambil tertawa, "Ya ampuun, baju lo culun amat siih! Huahahaha...!" Anggaplah persahabatan yang demikian erat yang membuat kita begitu nyaman untuk berkomentar selugas dan sebebas apa pun dengan sang sahabat. Tapiiii apa iya sahabat kita mampu menelannya begitu saja atas nama persahabatan? Aih, coba dipikir lagi. 

Pada akhirnya, bersikap jujur dengan orang-orang dekat kita pun akan berawal dari niat. Apa niat awal kita mengungkapkan kekurangan seseorang di depan publik? Apakah murni ingin berkata jujur atau ada terselip niat untuk menjatuhkan atau mempermalukannya? Saya pernah nonton sebuah sitcom (lupa judulnya...hehehe...), seorang gadis berkencan dengan seorang pria yang menganut paham, "say what you think, on the spot!" Pada awalnya sang gadis merasa kagum akan kelugasan sang pria dan keberaniannya mengungkapkan segala hal yang dipikirkannya saat itu juga. Somehow, it turns her on! Hahaha...Beberapa hari berlalu, sang gadis mulai mendapat masalah dengan sahabat-sahabatnya. Mereka bilang, "Pacarmu itu nggak punya perasaan ya? Semua orang dikritik!" Sang gadis membelanya dan berkata, "Kalian tidak menghargai kejujurannya. Sulit mencari orang yang begitu jujur jaman sekarang, tahu!" Sang gadis pun tak lepas dari "kejujuran" sang pria. "Bajumu membuat pantatmu terlihat besar, dear!" katanya suatu hari di hadapan banyak tamu di sebuah pesta. "Apakah kamu akan selalu menguap saat kita bercinta?" katanya lagi saat mereka sedang...well, on the bed gitu deh. -_- (NB: ini cuma anatara mereka berdua ya, nggak ada orang lain di sana...). "God! Nafasmu bau sekali! Kamu nggak gosok gigi, ya?" kata sang pacar dengan suara keras di sebuah bar. Pada akhirnya, sang gadis mulai merasa gusar dengan "kejujuran" pacarnya itu. Kejujuran yang sifatnya pujian pun akhirnya tak mampu  menghapus rasa malu dan sakit hatinya akibat "kejujuran" yang menyakitkan dan mempermalukannya di depan orang banyak. 

Saya jadi berkesimpulan, kejujuran ternyata tak hanya butuh mulut untuk mengungkapkan, tapi juga hati untuk menimbang-nimbang. Karena saat hati sudah tersakiti, maka tak ada obat yang bisa mengembalikannya ke bentuk semula. Hati-hati dengan mulutmu. Hati-hati dengan kejujuran. Tak semua kejujuran harus diungkapkan dengan suara keras, bahkan dengan sahabat dan pacar sekali pun. 

But...but... Honesty is the best policy, no? Yes, kejujuran adalah kebijakan terbaik dalam hidup! Artinya, bijaklah saat harus berkata jujur. Tanyakan hati nurani terlebih dahulu, apa niatmu sesungguhnya saat ingin mengungkapkan kejujuran? Tring! ;)


Sebelum jujur mengungkapkan sebuah fakta yg akan menyakiti/mempermalukan seseorang, pastikan dulu kalau kita jujur pada diri sendiri akan tujuan mengungkapkan fakta tsb...murni karena mau jujur-jujuran ngasih tau atau sekalian pengen juga membuat org itu malu dan sakit hati? Siapa bilang jujur itu harus bersuara keras? :))) (Status Emak Gaoel di Facebook pagi ini...hihihihi...)

9 komentar:

  1. hehhh... bener banget.. jujur sih jujur.. tapi kalo nyolot ngomongnya, bacok nih... haghaghag.. yaa kasarnya sih gitu ya... intinya biar sama orang terdekatpun, sama orang terkasih pun, tetep musti pake hati kalo ngomong. ga asal...

    setujuh pokoknya mah...

    BalasHapus
  2. Some people FEEL THE NEED to give the harsh truth because LIFE IS HARD sister. Heheheheh.

    BalasHapus
  3. Baru bisa baca.. this is very good.

    Gw selalu berpikir, apa sih esensi dari kejujuran itu sebenarnya?

    Apakah selalu mengatakan apa yang kita pikirkan itu adalah jujur atau spontanitas yang seharusnya dan sewajarnya dengan bertambahnya usia dan kesadaran sebetulnya mampu untuk dipertimbangkan lebih dahulu sebelum diungkapkan?

    Bagi gw kejujuran itu seharusnya adalah menyatakan kebenaran tentang suatu hal yang prinsip apapun resikonya. Kejujuran adalah melaksanakan pekerjaan dengan bersih dan lurus saat memperoleh sebuah tugas dan tanggungjawab. Kejujuran adalah memiliki hati yang berusaha untuk selalu introspeksi dan memeriksa diri. Jadi, nggak melulu soal apa yang keluar dari mulut itu yang menjadi tolok-ukur kejujuran seseorang. Jujur bukan berarti nyeplos. Jujur bukan berarti menyakiti. Jujur itu jauh lebih besar tanggungjawabnya daripada sekedar melemparkan pendapat kita pribadi untuk memuaskan diri kita sendiri tentang suatu hal atau orang lain.

    Dan tentang jujur-jujuran dengan sahabat. Hmm...kalau kejujuran itu berupa feedback yang memang ada gunanya, gw cenderung melihat segala sesuatu dari segi ada atau tidak ada manfaatnya, maka gw biasanya mampu menerima walaupun pakai berdebat dulu (you know me lah... hahaha). Tapi kalau kejujuran itu cuma untuk bilang, "Buset muka loe bergelombang yak kayak permukaan bulan!" Itu gw gagal melihat apa manfaatnya bagi gw, sebab gw udah tau muka gw emang nggak unyu2. Dan, apakah ada urgensi-nya mengatakan hal itu? Apakah gw bakalan mati kalau elo nggak ngasih tau gw bahwa muka gw ga halus lembut seperti perempuan2 cantik dalam iklan2 di TV? Ihiks... gw mulai lebay huahaha..

    Intinya adalah, dari pola pikir semacam ini, gw membentuk dialog antara Aksara dan Jasmine, karena latar belakang kehidupan keluarga Jasmine yang intimidatif dalam soal 'nyeplos' yang jujur dan memojokkan. Mulut memang dapat menjadi senjata paling ampuh untuk menyakiti apalagi ketika di dukung oleh motivasi yang perlu dipertanyakan kejujurannya.

    Tahukah kamu bahwa beginilah bentuk dari Nanowrimo 2012 gw, hehehe, catatan2 kayak ini adalah bagian yang gw labelin: 'brainstorming', ini juga sebuah bagian dari outline yang gw buat, segala macam latar belakang tokoh dan dasar-dasar pemikirannya. *Sekian*

    BalasHapus
  4. Ngahahaha... gokil, gw ternyata ngeblog di komentar inih...mihihihi...

    BalasHapus
  5. Setuju bangett mba,...meski mengungkapkan sebuah kejujuran kita tetep harus elegant menyampaikannya.

    sesuatu yg disampaikan dgn baik pasti akan berefek lebih positif :)

    BalasHapus
  6. Jujur itu wajib. Tapi tidak semua jujur harus diucapkan. Gila aja kalau semua2 dikomentari hahahaaa....

    BalasHapus
  7. Sampaikanlah dengan penuh hikmah... Itu kata Nabi kita...

    BalasHapus
  8. jujur kadang membuat temen jadi musuh makk .. #curcol utk yg bbrp kali di delete pertemanan di BBM ..*ngga mau mau lagi jujur ... better diplomatis ajaaa

    BalasHapus
  9. jujur kadang membuat temen jadi musuh makk .. #curcol utk yg bbrp kali di delete pertemanan di BBM ..*ngga mau mau lagi jujur ... better diplomatis ajaaa

    BalasHapus