Membeli buku yang ditulis oleh teman sendiri adalah bentuk kita menghargai karyanya. ;) |
Saat memegang buku Rizcha ini, saya kesampingkan fakta kalau buku ini terlalu tipis untuk saya. Karena faktor-faktor lain yang rasanya lebih mengambil alih sebagian besar pertimbangan saya untuk mengembalikannya ke rak buku. Ya, Rizcha adalah teman seperjuangan saya dalam menulis. Saya tahu benar sepak terjangnya ikut lomba menulis ini dan itu, karena hampir sebagian besar lomba menulis yang sama kami ikuti. Selain itu, I can't resist anything pinkish or purplish. Hahahaha, warna covernya unyu banget! Belum lagi judulnya yang mengingatkan akan karya fenomenal penulis favorit saya, Sophie Kinsella. "OK, kamu masuk ke dalam keranjang belanjaan saya," ujar saya pada buku Rizcha itu. Maka saya pun ikhlas mengeluarkan uang sebesar Rp 28.000,- untuk membelinya.
Mini novel (saya pilih menyebutnya mini, karena tipis sekali) ini bercerita tentang Chacha, the Queen Bee di sebuah SMA swasta mahal terkenal dan Idea, si kutu buku yang kebetulan bisa bersekolah di sekolah mahal itu karena mendapat beasiswa. Hubungan cinta antara keduanya membentuk sebuah konflik klise, si populer pacaran dengan si kuper. Aaah, sebuah romansa biasanya memang selalu berawal dari perbedaaan yang obvious. Khas kisah Hollywood. Berhubung saya suka-suka aja sama kisah-kisah "standard" seperti itu, tidak ada masalah buat saya membacanya sampai selesai. Alkisah, Chacha jadian sama Idea setelah Chacha yang begitu saja jatuh cinta pada anak pendiam yang super pintar itu. Idea yang kebetulan adalah adik kelas Chacha, akhirnya tanpa banyak tanya pun menerima cinta Chacha. Sampai di bagian ini tidak banyak penjelasan tentang apa sebenarnya pertimbangan Idea menerima Chacha yang berbeda sekali dengan dirinya untuk jadi pacarnya. Kemudian tiba-tiba saja tanpa penjelasan Idea memutuskan hubungan secara sepihak. Benar-benar tanpa penjelasan dan langsung menarik diri. Perlakuan Idea ini membuat Chacha kelojotan, nggak ngerti kenapa Idea tau-tau mutusin.
Sepanjang buku ini bercerita, banyak notes Facebook dan status Facebook yang menjalin cerita. Jalinannya disambungkan dengan narasi dari sudut pandang orang pertama kedua tokohnya, Chacha dan Idea. Saya hampir bosan karena bagian awal sampai tengah menjelang ending, masalah masih berputar di situ-situ juga--Chacha yang kebingungan karena pengen balik sama Idea, dan Idea yang keukeuh nggak mau balik dan nggak mau ngasih penjelasan sama sekali. Satu-satunya alasan yang diungkapkan Idea adalah, "Kita terlalu berbeda." Somehow, ini bikin saya gregtan juga sh, jadi saya terus baca sampai selesai. Hahahaa, good point, dong!
Akhirnya di satu-satunya bagian, saya menemukan sedikit titik terang mengapa Idea tidak mau pacaran lagi sama Chacha. Idea merasa Chacha sedang tidak menjadi dirinya sendiri dengan menjelma sebagai Queen Bee di sekolah. Ditambah lagi, Idea dalam waktu dekat harus pergi meninggalkan semuanya. Entah kemana dan entah untuk apa, belum dijelaskan. Hmmm, apakah Idea sakit parah dan sedang sekarat? Atau dia harus pergi ke sebuah tempat yang jauh untuk suatu hal? Ahahaha, jawabannya cari tau sendiri, deh!
Selesai membaca buku ini, saya kemudian chat dengan sang penulis. Menanyakan tentang proses menulis buku ini. Yang paling pertama saya tanyakan adalah, kenapa buku ini begitu tipis? Ternyata buku ini adalah hasil lomba (lagi!) dan berhasil menyandang juara 1 di lomba Berfantasi Tidak Dilarang yang diadakan oleh Mizan bulan Januari lalu. Saya pun mahfum, sebagai sesama banci lomba (huahahaha), jumlah halaman memang kerap dibatasi. Hal itu sering sekali menjadi penghalang untuk mengeksplore elemen dalam cerita, baik itu karakter tokoh, setting tempat, konflik dan plot.
Kelebihan buku ini adalah kemampuan Rizcha menghadirkan "kepintaran" Idea melalui istilah-istilah njelimet kimia dan juga ke"lebay"an Chacha yang into fashion sekali. Alur ceritanya (lagi-lagi) terasa agak mandeg, walaupun saya yakin sekali Rizcha pasti mampu mengolahnya dengan lebih baik lagi seandainya diberi space yang agak longgar untuk mengembangkannya. Atau, pilihan lainnya, Rizcha seharusnya mengurangi bagian kegalauan Chacha yang terasa terlalu panjang dan masuk ke kejadian-kejadian seru seputar usahanya untuk kembali ke Idea.
Selain itu, Rizcha lihai bermain diksi. Saya suka dengan caranya mengungkapkan perasaan yang sedang dialami Chacha mau pun Idea. Tidak bias antara tokoh Chacha yang populer dan Idea yang nerdy. Hal ini terasa saat membandingkan notes yang ditulis Chacha dan Idea, terasa seperti ditulis oleh dua orang yang berbeda.
Pada akhirnya, dari lima bintang, saya berikan tiga bintang untuk buku ini. Satu bintang karena Rizcha adalah teman saya, satu bintang karena riset Rizcha seputar fashion dan istilah-istilah kimia yang berhasil dimasukkannya ke dalam cerita, dan satu bintang untuk kemampuan Rizcha menulis dari sudut pandang dua tokoh yang berbeda. Seandainya Richa memiliki ruang yang lebih luas, cerita ini bisa jadi sangat menarik. Lagi-lagi saya menyayangkan betapa tipisnya buku ini.
PS: saya selalu menganggap review buku adalah sesuatu yang subyektif, selera penikmatnya yang bicara paling banyak. Jadi review saya ini jangan dianggap sebagai acuan, ya! Apalagi saya juga masih sama-sama belajar nulis yang bener. Wkwkwkwk....
Judul: Confession of A Silly Drama Queen
Penulis: Citra Rizcha Maya
Penyunting: Esti A. Budihabsari
Penerbit: Pastel Books
Harga: Rp 28.000,-
Ternyata kita sama, sayapun nyebutnya mini novel juga:) rasanya seru kalo ingat lomba-lomba nulis yang sering kita ikuti, dan pas Mini Teenlit- Just Idea (itu judul awalnya, judul Confession of Silly Drama Queen sebenarnya adalah nama blog saya dan 'drama queen' hmmm sebenernya panggilan buat saya dari seseorang hehehe :P) jadi juara. Saya sendiri berasa ini beneran nggak ya, nggak nyangka aja, naskah tiga tahun lalu yang ngendap di lappy iseng saya kirimin buat diikutin di ajang Berfantasi Tidak Dilarang... di tengah-tengah ngebut J50K di Kampung Fiksi. Setelahnya memang ada kesempatan untuk ngembangin naskah, tapi karena pikiran saya nih buku untuk teenager jadi sengaja dijadiin bacaan ringan aja (sebenarnya terlalu ringan buat saya yang terbiasa baca buku non fiksi tentang hukum, politik filsafat hehehe dan fiksi hukum dari John Grisham dan Jodi Picoult :P). Novel ini justru terinspirasi dari kehidupan jaman SMA saya, tentang betapa dramanya hidup cewek-cewek sekolahan . Buat reviewnya mbak Winda aku harus rayain dapat tiga bintangnya keren banget bisa dapat bintang hehehe, dan yaaaaa ampun komenku kepanjangan hihihi makasiiiii banyak banyak banget mbak Winda, XO
BalasHapusIhiks...kayaknya gw musti baca deh ini novel :D
BalasHapussesama penulis berbagi kritik dan saran..indah kalipun liatnya hehe
BalasHapussemangat terus emak..semangat terus mayya...
moga mkn byk aja buku2 yg diterbitkan dr tangan kalian.
#ngarepbukugratisan
Waaaah ... Study or Steady ... !!!
BalasHapusIdea menghilang karena dia sudah mendapatkan hidayah bahwa pacaran itu Dosaaa ... Hahahaha ...
Citra Rizcha Maya: aku nunggu novel2mu yang lain yaaa...semangat terusss!!! ^^
BalasHapusG: ada di tokbuk nih G...;)
mimi Radial: iya mak, saling memberi masukan itu kan proses belajar juga...;)
Putri Cute: hihihihihi, endingnya silahkan tebak sendiri, atau beli bukunya...;)