Senin, 19 Oktober 2015

Dukung Local Brand Kita Menjadi Lebih Keren! #SmescoNV

  34 comments    
categories: 
Assalamu'alaikum.

Di cerita minggu lalu ketika menghadiri acara Smesco Netizen Vaganza 2015 saya sempat singgung sedikit tentang apa hubungannya netizen (warga dunia maya, penggiat social media dan blogger) dengan local brand kita? Bicara soal local brand atau produk dalam negeri yang akrab dengan pameran/expo/bazaar, selalu membuat saya kembali ke masa beberapa tahun lalu. 


Gedung SME Tower (foto milik pribadi)

Masa ketika Mama saya masih sehat wal'afiat dan kuat keliling ke berbagai kota dan negara untuk mengisi pameran produk Indonesia. Berawal sekitar 15 tahun yang lalu, Mama mempekerjakan dua orang perajin bordir dari Tasikmalaya untuk butik kecilnya. Dari sana beliau berkenalan dengan beberapa perajin kerajinan tangan lainnya yang ada di sekitar Rajapolah, Tasikmalaya. Lalu seorang langganannya mengajak Mama untuk mengisi sebuah pameran di Singapura. Pameran tersebut rutin diadakan di EXPO Hall Singapura setiap bulan. Semua kerajinan tangan dari Indonesia mengisi pameran tersebut, mulai dari keranjang sampah sampai lemari kayu jati. Mulai dari sapu ijuk sampai patung ukir. Mulai dari dompet manik-manik sampai kain tenun berharga puluhan juta.

Me and my Mom ^_^

Beberapa kali saya ikut menemani Mama mengisi pameran. Dan saya jadi tahu dan belajar banyak hal seputar pameran produk Indonesia di sana. Saya jadi tahu sedikit seputar seluk-beluk kegiatan dan pelaksanaan pameran dan bazaar yang sering diadakan oleh instansi pemerintahan dan juga swasta di banyak tempat.

Perjalanan Panjang Produk Lokal

Mama saya pernah mengajak saya untuk hunting barang-barang kerajinan di Rajapolah, Tasikmalaya. Kami menjelajahi tiap sudut desa perajin sampai ke instansi lokal yang menampung hasil kerajinan tangan penduduk di sana. Mulai dari yang usaha rumahan yang dikerjakan oleh satu keluarga, sampai ke kelas menengah yang bisa menampung sampai 20-an pekerja.

Produk Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat (foto milik pribadi)

Barang yang biasa kami bawa ke pameran adalah berupa hasil kerajinan anyaman seperti tas, keranjang, baki, tatakan gelas dan piring, tutup saji, bola takraw, dan banyak lagi. All handmade, mulai dari proses awal hingga finishing. Bisa dibayangkan kerja keras para perajin ini membuat sebuah alas piring saja, bisa bikin pinggang encok dan punggung bongkok. Serius!

Produk Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat (foto milik pribadi)

Untuk bisa sampai ke pameran  atau bazaar, barang-barang hasil kerajinan ini harus melalui banyak lagi gerbang. Bisa melalui instansi resmi pemerintah daerah atau melalui pengusaha-pengusaha kecil-menengah seperti Mama saya. Wajar sekali harga sudah ter-mark-up sampai pada tahap ini. Untuk kualitas produk lokal ini, ada pemerintah daerah melalui koperasi sebagai quality control. Selain itu, pengusaha-pengusaha yang datang langsung ke perajin seperti Mama saya juga bisa menjadi gerbang pengawasan kualitas, karena mereka juga tidak mau menjual barang yang asal jadi, kan? So, secara logika, jika barang hasil kerajinan sudah bisa masuk ke bazaar atau pameran skala besar, kualitasnya sudah bisa dijamin. In other words, local brand juga keren!

Produk Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat (foto milik pribadi)

Kemudian untuk bisa tampil di meja display di booth pameran atau bazaar, ada biaya sewa booth yang harus dikeluarkan per hari oleh pengusaha atau perajinnya sendiri. Kadang jika melalui instansi pemerintah, para perajin lokal kelas kecil dan menengah bisa mendapatkan booth gratis. Namun booth gratis, bukan berarti biaya lain juga gratis, kan? Saya pernah menemani Mama saya menjaga pameran selama 3 hari, dari pagi sampai sore (kadang malam). Berapa biaya makan untuk karyawan yang menunggu booth pameran? Berapa upah yang sesuai untuk bekerja seharian melayani calon pembeli? Berapa biaya angkut dan membersihkan booth setiap malam saat pameran tutup? Berapa biaya ini, itu dan anu? Semua menjadi pengeluaran para peserta pameran.

Produk Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat (foto milik pribadi)

Apa cuma lewat pameran atau bazaar aja harapan para pekerja kerajinan tangan dan kain lokal ini? Umm, kalau mereka sanggup punya toko atau butik sendiri, tentu bagus sekali, ya. Tapi biasanya butik produk lokal, apalagi handmade, kalau berdiri sendiri sepi pengunjung. Saya senang lihat gedung Smesco kemarin. Dalam satu gedung megah kita bisa melihat semua produk lokal dari seluruh Indonesia. Semua diletakkan dalam display yang menarik di galeri-galeri yang dibagi berdasarkan propinsi yang ada di Indonesia. Makin banyak yang dilihat, makin ramai pengunjung. Konsep ini juga yang dipakai oleh penyelenggara pameran atau bazaar. Maka tidak heran, para perajin lokal selalu berusaha untuk bisa ikut dalam pameran skala besar seperti INACRAFT misalnya. Atau pameran-pameran di Singapura dan Malaysia seperti yang Mama saya ikuti selama ini.

Produk Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat (foto milik pribadi)

Bagaimana cara netizen mendukung local brand agar makin keren?

1. Kalau ke pameran atau bazaar produk lokal, belilah produk yang dipamerkan. Kadang biar pun cuma satu buah, itu bisa sangat menolong kelangsungan industri kecil mereka di daerah asal.

2. Ambillah foto produk di pameran dan sebarkan tentang acara tersebut di socmed.

3. Biasanya disediakan kartu nama pengusaha lokal di meja atau booth pameran, ambillah dan simpan supaya sewaktu-waktu bisa direkomendasikan kepada kerabat yang sedang membutuhkan sesuatu.

4. Lagi punya hajatan? Mau bikin event blogger? Pusing nyari isi goodie bag? Kenapa nggak diisi sama suvenir buatan lokal? Lebih unik dan tidak terkesan pabrikan. Jangan lupa cantumkan kontak yang bisa dihubungi.

5. Yuk, mulai menulis blog post tentang produk-produk lokal di daerahmu. *Mulai cari-cari produk buatan lokal di Bekasi, ah* Atau bisa juga mengangkat sosok inspiratif perajin batik di Pekalongan atau kain tenun di Sumba, misalnya. Bisa juga menceritakan proses pembuatan sebuah meja ukir di Jepara atau cara menganyam keranjang dari eceng gondok di Garut. Wah, banyak banget yang bisa kita angkat untuk menjadikan local brand lebih keren lagi. Semangat! :D

6. Tinggal di Jabodetabek dan sibuk dengan rutinitas sehingga susah mendapatkan waktu libur keliling Indonesia? Wah, saya banget itu. Pas weekend bolehlah mampir ke Smesco untuk melihat-lihat dan belanja-belanja lucu produk lokal Indonesia yang dipamerkan di UKM Gallery. By the way, waktu ke Smesco minggu lalu saya melihat replika radio antik yang perajinnya ternyata ada di Cawang, Jakarta. Cawang! Nggak nyangka juga, ternyata dekat rumah saya ada kerajinan unik yang layak untuk diangkat seperti radio antik replika ini.


Replika radio antik, Radio Cawang (foto milik pribadi)

Fun Facts about Smesco dan UKM Gallery

- Smesco adalah singkatan dari Small and Medium Enterprises and Cooperatives atau dalam bahasa Indonesia Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM).

- Smesco memiliki UKM Gallery di Gedung SME Tower di Jl. Gatot Subroto, Jakarta. UKM Gallery menempati 2 lantai di gedung uta,a SME Tower.

- Terdapat lebih dari 500 UKM dari hampir seluruh daerah di Indonesia, 19 provinsi dan 124 jenis produk yang sudah terlayani di UKM Gallery, Smesco.

- UKM GALLERY memiliki misi untuk ikut menjaga dan mengembangkan warisan budaya Indonesia, dengan terus menerus melakukan pengembangan desain agar daya saing produk meningkat sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.

- Lantai dasar UKM Gallery terdapat jenis produk makanan, rumah tangga, pakaian muslim, perhiasan dan asesoris, keramik, produk spa, dan lain-lain. Lantai 2 terdapat batik, tenun, kerajinan tangan, buku, souvenir khas daerah Indonesia, wayang, dan masih banyak lagi.


Ayo, kita mulai dari sekarang mendukung keberadaan local brand kita agar lebih keren. As I said here, "Kalau kamu netizen sejati, anak socmed yang selalu update, kamu pasti tahu, foto atau status atau twit-mu sesungguhnya sudah melampaui jarak yang bisa ditempuh langsung oleh langkahmu. Kekuatan netizen untuk memberi pengaruh kepada dunia luar secara instan sangat besar. Kita harus sadari itu dan manfaatkan untuk mengangkat nilai Indonesia di mata orang Indonesia sendiri dan dunia." Nggak usah dipikirkan nilai kontribusinya kecil atau besar, yang penting kita sama-sama bergerak aja sesuai dengan bidang masing-masing untuk mengangkat produk dalam negeri menjadi raja di rumah sendiri dan juga merajai di negara lain. Ahsek!









34 komentar:

  1. Kalau produk ukm itu ga terbatas kan ya apapun? kebetulan ada kakak dia punya hasil kerajinan tangan, cuma suka bingung cara ikutin pameran mak, banyak syaratnya ga sih *eh, ko malah nanya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. suka ada iklan penyelenggara pameran skala kantoran atau mall di tabloid2 wanita kayak nova kok mak.. ;)

      Hapus
  2. jadi kepikiran buat nulis produk lokal Bengkulu, mak Winda.
    Btw, tulisannya lengkap kali. Sukaaaaa :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. tulis dooong, aku kan juga pengen tau khasnya bengkulu apa aja.. :)

      Hapus
  3. Keren sekali ini produknya ya 😊

    BalasHapus
  4. Tipsnya keren mak, perlu dipraktekin ni :D

    BalasHapus
  5. kalo bukan kita yg beli dan memasarkan gak bakal terkenal brand lokalnay ya mbak

    BalasHapus
  6. Sebenarnya produk lokal lebih keren tapi kebanyakan masih mikirin brand, hihihi termasuk saya kadang - kadang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi, aku untungnya gk pernah pusing sama brand, yg penting suka dan bagus... :D

      Hapus
  7. seneng banget lihat kerajinan dari rotan ini :)

    BalasHapus
  8. jadi terinspirasi buat tulisan tentang brand lokal juga :)

    BalasHapus
  9. Owh jadi buka tiap hari tooh... Hmmm, jadi mupeng mau ke sana... tapi takut laper mata nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya rii...seru kayanya kalo seharian eksplor isi smesco ^^

      Hapus
  10. Aih, keren kali liputannya, Mak. Support our local products! \o/

    BalasHapus
  11. kalo keluarga saya ke tasik, sering Mak ke tempat kerajinan itu dan belanja. banyak variasinya dan muraah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa, kalau belanja langsung ke sana emang murah banget mak...

      Hapus
  12. jadi keinget dulu pernah bikin tulisan tentang mangga gedong gincu, terus ya nu nginbox, pesen sekian kuintal...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga mau, nin...grats yak, masa promo..hahahaa

      Hapus
  13. Mamanya hebat banget. Sering aku mikir, ibu2 yg ulet seperti itu energinya dari mana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama maaak, aku juga suka heran2 sendiri liat mamaku kayak gk ada capeknya...tapi ya itu kali ya, kuncinya, suka sama yang dikerjakan..mamaku emang hobi banget berniaga...orang minang sejati hihihihihi

      Hapus
    2. Ikut komen disini Mak,

      Merasa heran yg sama, saat melihat ibu-ibu yang shubuh-shubuh sudah berjalan menuju pasar dengan menggendong barang jualan yang menurutku sangat berat. Seolah tidak ada capeknya karena setiap hari mereka menjalani hal tersebut

      Hapus
    3. iyaa, kekuatannya datang dari anak-anak dan keluarga kayanya ya mak... ;)

      Hapus
  14. Eh, mamamu usaha rotan, Mbak? Aaaak kapan-kapan kalau aku mau isi rumah, aku mau liat koleksi2 mamamu, yah! :))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. mamaku mah cuma dagangin doang...hunting ke perajinnya langsung di rajapolah.. ;)

      Hapus