Senin, 06 Januari 2014

My Bilingual Kids, Tetap Bisa Berbahasa Indonesia, Kok!

  43 comments    
categories: 

Assalamu'alaikum ....

Niat hati mulai tahun 2014 ini bisa mencanangkan program One Day One Blogpost, tapi ya malu hati karena pada saat yang bersamaan saya juga ikutan One Day One Juz (baca Al-Qur'an satu hari satu juz) yang ternyata masih plekak-plekok. :( Akhirnya, blogpost bisa menunggu, asal jangan kelamaan dianggurin, soalnya kalau dibiarin berdebu khawatir nggak bisa jadi bakul jajan lagi blog ini. :')

Buat yang udah temenan sama saya di Facebook mungkin udah akrab sama status-satus saya seputar obrolan sama anak-anak, terutama sama Safina yang sekarang udah 5 tahun. Safina (Nana) sudah saya biasakan ngomong bahasa Inggris di rumah sejak baru lahir, sama seperti yang saya lakukan sama abangnya, Fadhil (10 tahun). 

Image from http://www.freespirit.com/catalog/item_detail.cfm?ITEM_ID=689


Waktu sama Fadhil dulu, saya "terpaksa" ngomong bahasa Inggris sama dia karena Mama saya maksa untuk membiasakan anak saya yang kelahiran Bekasi totok untuk berbahasa Inggris. Alasannya, karena sepupunya tinggal di Singapura dan Malaysia. Mama saya khawatir nanti kalau udah pada gede-gede, mereka pada ngumpul, Fadhil nggak bisa ngikutin obrolan. Waktu itu saya cuma ngedumel aja dalam hati, "Yaelah, emak bapak mereka juga orang Indonesia, kali! Ya harusnya mereka dong yang diajarin ngomong pake bahasa Indonesia!" Hihihihi. Tapi karena saya nurut sama Mama (takut kualat), saya tetep aja melakukan apa yang diminta. Sejak bayi Fadhil saya biasakan ngobrol pakai bahasa Inggris. Kalau sama papanya, tetap berbahasa Indonesia. 

Tadinya, saya nggak yakin ada pengaruhnya kalau saya tiap hari ngoceh-ngoceh cas-cis-cus ke anak bayi. Tapi karena saya juga suka sok-sok latihan ngomong bahasa Inggris, saya konsisten aja terus menyapa dan mengajak Fadhil ngobrol pakai bahasa Inggris sederhana. Mulai dari, "Good morning," sampai "Let's play outside!" dan macam-macam kalimat pendek lainnya.

Sampai akhirnya Fadhil umur 2,5 tahun dan saya masukkan ke Play Group. Dia baru mulai lancar bicara waktu itu. Gurunya menyapanya dengan bahasa Indonesia, "Assalamu'alaikum Fadhil, apa kabar?". Dan Fadhil dengan muka lempeng sambil sibuk mainin sesuatu di tangannya menjawab, "I'm fine, thank you." Bu guru terbelalak sambil menatap saya dan bertanya, "Mama Winda, Fadhil di rumah ngomong bahasa Inggris?" Saya menjawab, "Nggak juga, sih! Cuma saya sendiri doang yang ngoceh-ngoceh bahasa Inggris. Fadhil banyakan dengerin aja."


Dari sanalah saya baru sadar, selama lebih dari 2 tahun saya ngoceh sendiri pakai bahasa Inggris, ternyata direkam semua sama Fadhil. Dan saat waktunya tiba, dia mulai ngomong lancar dan paham pemakaian setiap kalimat yang selama ini saya ucapkan. Ibaratnya, kayak muter hasil rekaman aja! Whew! Emejing! So, waktu Fadhil mulai sekolah, saya jadi ikut-ikutan memetik hasilnya, saya jadi nggak terlalu susah ngajarin mata pelajaran bahasa Inggris ke Fadhil karena dia lebih cepat menangkap. Aaah ... #leyehleyeh

Waktu Safina lahir, saya pun nggak ragu-ragu lagi melakukan hal yang sama dengan Safina. Saya sok nginggris? Jiailaah! Kagaak! Saya dan suami sudah sepakat sejak awal, hanya saya sendiri yang konsisten berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan anak-anak, sedangkan suami tetap berbahasa Indonesia. Dan lingkungan sekitar juga kan sudah pakai bahasa Indonesia juga.

Saya nggak khawatir kok membesarkan anak-anak dalam lingkungan bilingual. Ada efeknya memang, tapi masih bisa diatasi. Kosa kata anak-anak saya memang jadi lebih terbatas, terutama kosa kata gaul anak-anak jaman sekarang. Disiasati aja, suruh banyak baca atau denger lagu atau banyak maen sama temen-temennya. Intinya, usia 0-5 tahun memang usia yang paling manjur kalau mau memasukkan informasi dan pengetahuan ke anak-anak. Ini mah boleh baca dari artikel, hehehehe. Jadi usahakan dalam rentang usia itu ajarkan hal-hal mendasar seperti membaca, hafalan do'a dan (buat saya) termasuk juga pengenalan bahasa asing.

Pertimbangan personal ya itu tadi, biar kalau ngumpul sama sepupu-sepupunya, mereka nggak diem aja dan jadi minderan. Pertimbangan yang lebih general, untuk memudahkan mereka nantinya karena bahasa Inggris kan bahasa internesyenel kayak AgnezMo. Mak, nggak takut anaknya jadi kayak Cincaw Lawra, mak? Ngemeng bahasa Indonesia jadi campur aduk sama bahasa Inggris? Hihihihi. Jujur, dulu saya sebel denger Cinta Laura ngomong, karena acak-acakan. Tapi setelah diingat-ingat, waktu itu Cinta Laura masih usia ABG jadi saya mah maklum dia juga masih bingung untuk memakai bahasa tertentu di lingkungan tertentu. Sekarang udah agak dewasa, kayaknya udah nggak separah dulu lagi, kok. Karena dese kuliah di Amrik, ya jadi lebih banyak pake bahasa Inggris sekarang. Ya itu mah terserah dia, dong. Buat saya, untuk anak-anak yang besar di lingkungan bilingual, tidak sengaja mencampur-campur kata-kata bisa dimaafkan. Toh bukan lagi nulis artikel atau novel. Tugas kita sebagai orang tua untuk selalu mengoreksi apabila ada kesalahan. 

Fadhil yang mulai masuk usia pra-ABG sekarang udah mulai jarang ngomong pakai bahasa Inggris di rumah, apalagi di luar rumah. Mungkin dia mulai merasa sungkan kalau kedengeran sama teman-temannya dan jadi bahan cemoohan. Saya maklum, anak umur segitu apa aja bisa buat bahan ejekan. Nggak masalah juga buat saya. Saya nggak mau maksa anak untuk terus ngomong bahasa Inggris nggak liat tempat dan waktu. Ya harus bijak juga karena anak saya kan hidup di Bekasi, bukan di Ohio. :p


Saya kembalikan lagi ke kepentingan masing-masing aja. Anak-anak saya memang lahir dan besar di Bekasi. Kemungkinan untuk mendapatkan lingkungan berbahasa Inggris yang baik dan benar biasanya lewat sekolah bilingual. Sekolah bilingual mahal dan udah keluar dari pilihan saya dan suami. Fadhil sekarang sekolah di sekolah negeri. Safina masih belum sekolah, karena belajar dari pengalaman Fadhil dulu, takut kelamaan di sekolah malah jadi bosen. Sebagai orang tua, saya dan suami yang harus mengoptimalkan stimulasi untuk mereka di rumah, karena punya keterbatasan finansial dan lain-lain. 

Cara saya mungkin tidak berlaku di orang lain. Nggak apa-apa juga. Terserah masing-masing keluarga bagaimana mau memperkenalkan bahasa asing ke anak-anaknya. Karena saya mencari cara yang paling murah, jadi saya pakai cara ini: ngoceh cas-cis-cus sama anak bayi kelahiran Bekasi. Hihihihi. 

Kemaren Nana main. Dia pura-pura telepon untuk pesan pizza delivery. Terus dia nanya ke saya, "Mom, do you want the pizza or the pizza delivery guy?" Errrr, maksud ngana?! Lain hari dia ngayal dan bilang, "Mom, I saw a talking horse!" Saya tanya, "Where did you see that?" Dan dia jawab, "In my grandma and grandpa's house in Ireland!" Ngek, perasaan nenek kakek ni bocah ada di Bekasi sama Ciledug, deh! -_-

Kalau Fadhil dulu waktu awal-awal mulai aktif bicara bahasa Inggris, saya post di sini. Wakakak, jadi ngakak sendiri inget waktu itu saya malah ngomong pake bahasa Indonesia sama Fadhil, "Fadhil, nanti malam tidur di kamar sendiri, ya?" Si Fadhil malah jawab pake bahasa Inggris, "Don't be ridiculous, Mom!" Eaaaa! #toyor


Ini ada video Nana memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Bukan buat pamer, cuma mau ngeliatin hasil dari: Mama Ngoceh, Anak Merekam. Beginilah jadinya. :))))







43 komentar:

  1. wahhh saya dulu waktu anak saya masih bayi sering juga ngoceh pakai bahasa inggris. tp krn kosakata bahasa inggris saya sedikit jdnya awut-awutan. hihihi ini sikecil sdh hampir 2 tahun. kyaknya mesti cari buku kamus deh biar bisa belajar bareng sama sikecil

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak Mega...saya juga sambil belajar juga kok ini...
      sebenernya jangan ribet2...kalimat2 sederhana aja kayak sapaan salam, ajakan utk main, kayak "come on!" atau kalimat2 positif lainnya kayak, "I know you can do it!" ^_^

      Hapus
  2. Aku termasuk yang suka ngikutin perbincangan mbak Winda dan anak-anak. Suka deh :) sempat baca dimanaa ya tentang "bahayanya" mengajarkan bahasa Inggris ke anak kecil. Tapi sekali lagi, seperti yang mb Winda bilang, manfaatnya jauh lebih besar ketimbang "bahaya" itu ya. (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe, segala sesuatu pasti ada "bahaya"nya...tinggal berhati2 aja...selama masih dalam koridor belajar gak ada salahnya..yg penting kan diawasi, ya yan...;)...

      Hapus
  3. hihihi... ngikik sendirian nih, tanggung jawab ya :D anak2 memang cepat dalam menyerap segala hal ya, mba.. kita suka dibuat terkaget2 karenanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener...khusus untuk hal belajar bahasa asing ini aku emang jadi kaget beneran pas fadhil mulai bisa sendiri aja menggunakan bahasa inggris sederhana sehari2...:D

      Hapus
  4. nana kereen...share ya mak, saya punya ponakan dua, namanya tobu dan myrna. bapaknya dosen basa jawa, ibunya asli orang inggris. di rumah mereka konsisten memakai 3 bahasa. sang emak selalu ngomong inggris dengan fasih. sang bapak konsisten ngomong jawa dengan halus. hasilnya luar biasa, toby dan myrna nih berwajah bule tapi ngomongnya jawa halus dan inggrisnya dengan logat inggris yang kental...
    Nampaknya yang diperlukan adalah konsistensi orang tua untuk mempraktekkan lingkungan bahasa ini...hmm itu yang saya angkat tanag. Salut buat mak Krisna. salam peluk cium buat Nana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wuaaah, jadi pengen ketemu sama ponakan2mu mak...pasti keren banget ada anak muka bule bisa ngomong bahasa jawa halus..^_^
      aku sebenernya konsisten banget juga nggak mak...cuma selalu berusaha tiap ada kesempatan, karena kadang2 anaknya juga gk mau sih...
      yg jelas aku gk pernah kasih nonton tv lokal...soalnya acara2nya kebanyakan show yg pake bahasa kasar..:( jadi langganan tv kabel deh...

      Hapus
  5. Kak opi ngakak banget deh lihat video Nana. Kagum plus berasa dengerin pewawancara yang suaranya miriiiip banget ama Jiddah. hihihi.

    Btw, kak opi setuju dengan konsistensi Ninda berbicara english dengan anak-anak, sedangkan Bang edu berbahasa indonesia. Makanya Nana dan Fadhil tumbuh dalam bahasa yang bagus.

    Bagi pengalaman ya Nin.
    Dulu Alma (anak sulung kak opi) berbahasa Jepang sampai usia 3, 7 bulan. Padahal bukan kami paksa, tapi bagi tugas kayak Ninda ama Bang Edu. pengaruh dari sekitarnya juga besar sih, kan waktu itu kak opi masih tinggal di japon. Tapi, usia alma belum usia main ke sekolah, jadi pada dasarnya dia lebih banyak komunikasi ama kak opi dan ayahnya.

    Sayangnya, pas balik ke tanah air, alma langsung dicap 'alien' ama anak-anak tetangga. hahaha...soalnya doi ngomong in japonese. Akhirnya alma jadi 'gagap' bingung ama kondisinya sendiri. Sekarang dia murni berbahasa Indonesia.

    Kak opi masih berbahasa jepang ama anak-anak, Mikirnya biar nggak mesti kursusin mereka kelak...hahaha #ortu nggak mau rugi.

    Sekarang kalo kak opi ngomong pake japonese, mereka sibuk nanya artinya apa? Beda banget ama Nana yang bahasa englishnya bagus.

    Rencana hingga mereka besar: tetap berbahasa Jepang ama mereka. Karena kak opi yakin seyakin-yakinnya seperti Ninda, suatu saat toh akan keluar sendiri.

    Pernah juga berencana suami kak opi pake english sama anak-anak, tapi akhirnya mengalir tak jelas karena kesibukan beliau. hihihi...
    Tapi komitmen berdua: nggak les-lesan deh nanti kalo soal bahasa. Harus bisa mengajari mereka sendiri kayak Ninda dan Bang Edu.


    Animasi, buku bacaan yang kak opi sediakan buat anak-anak semuanya dalam huruf hiragana, katakana dan Kanji. Tapi diimbangi juga dengan nashid anak-anak dan vcd Sofia The First yang english sajah.

    Buat memancing mereka ingin tahu.

    #sorry ye kepanjangan

    God job, Nin!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, iya kak...
      ini dalam rangka hemat...selama bisa belajar di rumah, jangan sampe keluar duit buat kursus...heuheuheu...
      tambahan lainnya, di rumah emang selalu nonton acara tv anak2 luar negeri yg pake bahasa inggris, habis tontonan anak2 di tv lokal gk ada yg bagus..:(
      bacaan juga dlm bahasa inggris, untuk fadhil yg udah mulai pegang gadget, settingannya pakai bahasa inggris...:)
      waah, kalau bahasa jepang pasti lebih susah belajarnya kalau udah besar ya...hiks...pengen juga ngajarin mereka bahasa asing lain..tapi nanti2 aja deh..emaknya juga sekalian..wkwkwkwkwk

      Hapus
  6. Untuk mengajarkan anak2 bahasa lain selain bahasa ibu memang gak ada rumus bakunya, ya. Bagus juga pas usia keemasan anak, karena lagi dahsyat2nya daya serap mereka.

    beberapa teman Nai, ada mengalami bingung bahasa, Mak. Sampe terapi ke psikolog. Dan, saran dari psikolognya harus juga diajarin bahasa ibu atau bahasa lingkungan sekitar mereka supaya gak mengalami bingung bahasa.

    Fadhil & Nana, gak mengalami bingung bahasa karena mungkin bahasa yang dikenalkannya berimbang

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mak Icha, anak2 yg bingung bahasa itu mungkin karena pindah lingkungan scr mendadak ya? kayak anak mak Novi Mudhakir di atas, yg dulunya tinggal di Jepang, begitu balik malah dicap aneh sama anak2 tetangga karena gk paham bahasa indonesia. Yg penting menyesuaikan dgn lingkungan aja kali ya. Khusus bahasa inggris, di kita kan memang belum terlalu umum dipakai sehari2, gak kayak di singapura atau malaysia atau bahkan India. Aku keukeuh ngajarin dari kecil, karena minimal bahasa inggris adalah bahasa asing yg harus dikuasainya kelak. ;)

      Hapus
  7. ngikutin tipsnya ah...tp berhubung saya gak bisa ngomong bahasa inggris, di balik, bapaknya yang nanti di minta ngomong inggris di rumah xixixi

    BalasHapus
  8. masalahnya aku sendiri Englisnya sangatidak bisa mak, piye jal hahahaha..:v tapi aku ingin suatu saat anakku fasih supaya enggak seperti aku, jadi jalan satu-satuya memang aku harus berjuang ekstra cari biaya buat kursuskan dia

    keceee bingit mak :*

    BalasHapus
  9. Ngajarin anak beda bahasa itu menyenangkan.. anak-anak gak bakal stress percaya deh hahaha * berdasarkan fakta

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha iya mak...jadi hiburan sendiri, apalagi kalau tiba2 aja mereka nyeletuk pake kalimat yg rasanya belum pernah diajarin..suka takjub sendiri..lah tau dari manaa? gak taunya dari tontonan tv...:)))

      Hapus
  10. salam buat nana, terus belajar dearr..biar gak telat belajarnya kyk tante ;)

    BalasHapus
  11. Subhanallah, aku belum menerapkan masih cita-cita aja, hiks. Makasih sharingnya Mak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pelan2 aja diterapkannya mak...mulai dari kalimat2 positif yang sederhana seperti I Love You setiap hari...lama2 mereka terbiasa mendengar, lalu menggunakannya dgn pas..;)

      Hapus
  12. jatuh cinta sama Nana.. uwooowww.. Nanaaaa, Let me kiss u!!!

    BalasHapus
  13. Aku waktu kecil disodorin buku cerita disney yang dwibahasa. Kebetulan pun papa yang jurnalis sering tugas ke luar negeri meliput event olahraga dunia. Jadilah semacam wajib dikenalin ke bahasa inggris, karena diiming-imingi suatu saat akan diajak papa ke Amerika. Di saat anak lain koleksi doraemon, mama malah membelikan kami buku dwibahasa seperti itu. Dulu kesal sih, kita kan juga pengen baca doraemon kayak teman lain. Eh sekarang kalau diingat-ingat ya senang karena sudah diperkenalkan bahasa inggris sejak dini. Jadi di kelas sejak SD sampe kuliah, untuk pelajaran bahasa inggris saya selalu jadi murid kesayangan karena cepat banget nangkapnya... Kalau jalan ke negeri tetangga pun ga gelagapan pas ngobrol sama orang lokal. Ada orang ngecap aneh "Bisa bahasa inggris kok bangga?" Hadeuh, orang gitu mah pasti belum pernah berhadapan sama orang asing ya, jadi ga ngerti pentingnya english. Oh iya, alhamdulillah juga nilai saya di pelajaran bahasa indonesia juga tinggi. Jadi orang ga bisa 'nuduh' saya melupakan bahasa ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah kamu kereeen! iya bener banget, terbiasa berbahasa inggris, kan bukan berarti juga kita gk nasionalis ya...lanjut! :D

      Hapus
  14. Aaah..sukaaa.. mau saya praktekin aah, mumpung belum terlambat :D
    doakan saya mak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya doakan, yang penting konsisten dan lingkungan rumah juga mendukung ya mak..kayak memilih tontonan dan bacaan...;)

      Hapus
  15. harus sering praktek ya mbak cara paling cepat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan seringnya mak..tapi teratur....konsisten aja...kalau menurutku sih mau mulai di anak umur berapa aja belum terlambat, tapi mungkin hasilnya lebih maksimal di anak usia 0-5 tahun, berdasarkan pengalamanku...:)

      Hapus
  16. ya ampun, anan ngomongnya sampai merem-merem dan bergerak-gerak gitu :))
    harus dicontoh ini anak pinter :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihihi, itu gk pake pengarah gaya padahal mak...dia sendiri aja yg merem2 centil begitu...-_-

      Hapus
  17. haduh,merinding pas habis baca sm dengerin videonya, kerennn!!!...suka aja sama nana,meskipun belu ketemu cuma lihat fotonya,celotehnya di fb yg bikin guling2 dan ngakak g karuan hahaha.....kalo baca ini,jadi inget waktu ngajar di PG thn lalu,kebetulan SBI jd bilingual percakapan sehari2,kl bisa 80% pakai english..g usah bingung,soalnya apa yg kita omongin di kelas (nerangin,cerita,nyanyi,dll) mereka bener2 rekam dan ikuti,beneran copy pastelah...meskipun awalnya mereka tolah toleh aja,tapi lama kelamaaan ngecewes dan lebih fasih lo hahahaha...
    salam buat nana ya mak,mwah tlepoks... ^_^

    sangat bermanfaat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak Hana....
      yag penting itu kitanya jangan mengharap hasil instan dan langsung jago....
      yang penting mereka berani bicara aja udah bagus banget..:)

      Hapus
  18. Setuju! ^^d kalau kita pingin anak kita ngenglishnya bagus yah harus kita sbg emaknya yg pelan2 ngajak cas-cis cus ya mak?. si Nana keren banget, suka denger suara dan pronounnya... anak-anakku nggak secentil itu hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, mak Haya, Nana juga jago kandang doang...kalau depan orang2 sok malu2...wkwkwkwkwk

      Hapus
  19. Sama mak. TV du rmh jg bukan tv lokal. Krn keseringan nonton Hi-5 jdlah thole2 di rmh bs dikit2 nginggris. Buat saya sih bhs asing dikenalkn sebnyk mgkin gpp, doa sy thole2 bs nguasai minimal 7 bhs asing, hehehe... Yg penting nantinya anak2 ga kaget kl dngar bhs lain yg blum prnh didengar skalipun. N bhs itu paling bagus kl dipraktekkan bukan cm dihafalkn. Ya ga mak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa, Nana sering nonton acara berbahasa inggris...jadi terbiasa mendengar...
      wah mudah2an anak2nya bisa fasih bicara 7 bahasa asing....

      Hapus
  20. Hihiii aku enggak bisa bahasa Inggris *bisa yang sederhana saja, Faiz usia 3 tahun, mulai belajar bahasa Inggris dari televisi dan DVD, sembari aku pandu. Aku ngikik ketika aku tunjukkan sebuah warna dan aku minta Faiz menyebut warna apa ini (lagi bahasa Indonesiaan)... eee... eee...padahal sebelumnya aku tujuk merah lancar, biru lancar, hitam lancar, aku tunjuk kuning dia rada mikir...aku gelitikin..itu yellow mi.... Satu lagi ketika aku minta warna apa yang ada di kamarnya (ngindonesia critanya) ketika sampai pada warna cokelat, brown yang disebut... jadi faiz belum siap untuk mempelajari bilingual...hihiii...Tapi ok juga tuh, bahasa Inggris untuk anak, dimulai dari dini, meski emaknya bahasa inggris dapat 6, siap daah. Tks Mak Winda

    BalasHapus
    Balasan
    1. mak astin, anak-anakku juga gak serta merta langsung bisa kok...semua berproses...awalnya cuma aku aja yg ngomong inggris sendiri, mereka tetep jawab pake bahasa indonesia..aku sih gk maksa...tapi karena aku konsisten, lama2 mereka kebawa juga dengan sendirinya...perlu banget diingat, ini bukan sesuatu yang hasilnya bisa dilihat dengan instan, beneran deh...harus konsisten dan sabar...masing2 anak juga beda-beda menerimanya...;)

      Hapus
  21. kwereeen... Setuju mak, anak balita emang kayak tape recorder, dia merekam apa aja yang dia denger dengan amaaatt sangat baik. Aku juga manfaatkan banget 5 tahun pertama, tapi di hafalan ayat. Ya meski ga banyak tapi lumayan lah sekarang pas mo masuk TK bisa sedikit leyeh-leyeh, sama kayak Mak Winda :)

    BalasHapus
  22. 1 poin penting yg sya dapat dari postibgan emak Einda disini, ternyata masih bayi aja anak udh bisa merekam bahasa kita ya mak? *yaelah kemana aja cyin*
    Aku pengin bgt anakku bisa pakai bhasa inggris, eh tapi ini tiap hari aku pakai bahasa jawa. Hahaha aduh

    BalasHapus