Rabu, 08 Januari 2014

Meluruskan Do'a (Ketika Do'amu Memiliki Hidden Agenda)

  77 comments    
categories: ,
Assalamu'alaikum, semua ....

Hari ini topik blogpost saya mungkin rada seurieus, walaupun bagitu udah selesai saya tulis, jatuh-jatuhnya mungkin malah jadi "cupu". -_- Tapi beneran, saya mau sharing tentang do'a, berdo'a dan meluruskan do'a.

Meluruskan do'a pegimane maksudnya, mak? Ginih. Sebenarnya saya udah nge-twit tentang ini dua bulan yang lalu. waktu itu kejadiannya emang masih anget banget saya alami. Malah, ujian dari Allah masih berlangsung waktu itu dan saya masih berusaha mengatasinya. :')

Mungkin ada yang sudah tahu kalau bulan April 2013 kemarin Mama saya harus menjalani operasi besar: pemasangan katup jantung buatan. Operasi ini (konon) katanya termasuk operasi besar dan beresiko tinggi, karena harus membuka rongga dada. #ngilu 

April 2013, sebelum Mama masuk ruang operasi

Alhamdulillaah, operasi berjalan lancar. Sekarang jantung Mama memakai katup buatan dan berfungsi dengan baik, sesuai harapan. Kejadian yang tidak disangka paska operasi justru kondisi psikis Mama yang mendadak nge-drop sampai level yang bikin kami sekeluarga putus asa selama lebih dari enam bulan. 


Awalnya kami pikir Mama hanya stress ringan, karena biasa sibuk lalu tiba-tiba tidak bisa kemana-mana setelah operasi. Tapi lama-kelamaan, intensitasnya meningkat dalam hitungan minggu bahkan hari. Berawal dari paranoid yang makin intens, tidak bisa makan dan insomnia parah mengakibatkan Mama keluar masuk rumah sakit sampai lebih dari 4 kali. Lalu akhirnya berganti dengan treatment psikologis dengan psikolog dan juga psikiater. Mama terkena serangan depresi (yang menurut dokternya masih kategori ringan) dan keadaan mulai tidak terkendali. Padahal ini masuk kategori ringan, saya nggak bisa bayangkan bagaimana yang kategorinya lebih berat dari itu. -_-

Mama mulai berpindah tempat dari rumah sakit ke rumah  adiknya. Lalu ke rumah sakit lagi. Ke Bandung. Balik lagi masuk rumah sakit. Ke Bekasi. Semua karena kami sekeluarga mencoba mungkin Mama butuh perubahan suasana. Tapi kondisi Mama bukannya membaik, malah makin parah. Tingkat anxiety Mama sudah dalam tahap yang tidak bisa dikendalikan oleh dirinya. Mama sering merasa gelisah yang parah dan menyebabkan beliau tidak bisa menahan diri untuk diam walaupun dalam hitungan menit. Mama jadi seperti anak hyper-active. Yang membuat kami makin sedih melihat kondisinya, Mama juga tidak mampu mengendalikan emosinya. Kadang beliau marah, menangis, tertawa, berteriak dan lain-lain. Kami seperti bukan melihat Mama yang biasa. 

Terapi pun sudah kami lakukan dengan berbagai cara. Mulai dari sesi bicara dengan psikolog sampai hypnotherapy untuk menghilangkan sugesti-sugesti negatif yang menghantui Mama. Saya dan keluarga besar sampai pada titik nyaris putus asa. Kesimpulan akhir, Mama butuh obat untuk menenangkannya. Kami pun membawanya berobat ke psikiater di sebuah rumah sakit.

Dalam keadaan putus asa begitu, saya tentunya tidak berhenti memohon pada Allah untuk kesembuhan Mama. Saya bersujud lebih lama di sajadah meminta agar Mama dikembalikan seperti semula. Saya sudah nyaris tidak kuat melihat Mama seperti itu. Dan saya juga tidak sanggup melihat Papa yang terlihat sekali kelelahan mengurusi Mama. Belum lagi adik-adik Mama yang sudah bergantian mengurus Mama dan menghiburnya tanpa henti. Semua sudah lelah.  

Desember 2013, Mama sudah bisa ke Malaysia untuk menghadiri pernikahan saudara

Berdo'a rasanya tidak putus-putus, tapi kok keadaan Mama tidak membaik juga? Begitu pertanyaan saya. Apa yang sedang Allah rencanakan untuk kami? Sampai akhirnya pada suatu hari, sepulangnya saya dari Bandung untuk melihat keadaan Mama, saya tersungkur di sajadah banjir air mata. Saya menangis sampai sesak napas, meminta dengan sangat, kalau memang ada mukjizat, turunkan ya Allah untuk menyembuhkan Mama. Kami semua sudah lelah secara fisik dan emosional mengurus Mama. That was the darkest point of my life, if I may say. Saya, literally, merasa dunia saya begitu gelap melihat Mama tidak bisa mengendalikan dirinya seperti itu. 

Keluarga memutuskan untuk membawa Mama kembali ke Bekasi dan rencananya mungkin saya yang harus pindah ke rumah Mama untuk membantu Papa mengurus Mama. Saya pun bercerita sedikit ke ibu tukang cuci (Bu Ana) di rumah. Bu Ana bilang ke saya, "Yang penting itu ibu yang harus ikhlas menerima keadaan Mamanya gimana pun juga." Satu kalimat dari perempuan sederhana itu terngiang-ngiang di telinga saya selama berhari-hari.

Saya sempat berdebat dalam hati, "Soal gue ikhlas sih kayanya masalah lain, yang penting itu Mama yang harus ikhlas menerima keadaan, biar cepat sembuh." Saya akui, saya agak ngeyel, karena saya pikir (waktu itu) penyebab Mama sakit cuma karena Mama yang belum ikhlas dengan keadaannya paska operasi (tidak bisa seaktif dulu lagi). Jadi, Mamalah yang harus ikhlas menerima keadaan kalau mau sembuh. 

Pulang dari Bandung, Mama langsung dirawat di sebuah RS di Bekasi, karena terkena seangan paranoid parah sampai beliau mengira dirinya terkena serangan jantung. Kondisi kejiwaan Mama makin menurun. Saya sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, kami sekeluarga sudah pasrah kalau mungkin keadaan Mama tidak akan kembali seperti semula. Saya teringat kembali ucapan Bu Ana. Mungkin ini maksudnya, saya yang harus ikhlas. 

Lalu Mak Indah Julianty sharing dengan saya waktu beliau datang ke RS. Katanya, "Aku udah mengalami ini, Winda. Selagi masih bisa, turuti kemauannya, rawat dengan sabar dan ikhlas. Karena kalau tidak, nanti kamu yang akan menyesal." Waktu itu saya hanya manggut-manggut. Dalam hati, seperti biasa, saya ngeyel lagi. "Ya, tentu saja saya harus sabar! Gimana nggak harus sabar, ini sudah berbulan-bulan dan keadaan makin memburuk, bukannya membaik. I need this to be ended!

Keluarga besar kami berkumpul untuk syukuran, salah satunya bersyukur untuk kesembuhan Mama/Jiddah :')

Dan saat kalimat "I need this to be ended!" itu melintas, tiba-tiba saja kepala saya seperti ada yang noyor dengan keras. Astaghfirullaah! Jangan-jangan niat di balik do'a saya meminta kesembuhan Mama selama ini salah? Jangan-jangan di balik doa saya meminta kesembuhan mama, sesungguhnya terselip keinginan saya untuk cepat-cepat lepas dari semua kerepotan ini? Jadi sebenarnya siapa yang lagi saya do'ain? Mama atau diri saya sendiri?

Saya pernah meringis geli baca sebuah status di FB, "Gue do'ain rejeki lo banyak ya, biar lo nggak ngutang melulu sama gue!" atau "Ya Allah, semoga orang tua si mbak cepat sembuh, biar mudiknya nggak lama-lama." Ada kepentingan lain terselip dalam do'a semacam itu. Mungkin, do'a saya untuk kesembuhan Mama juga termasuk dalam do'a jenis ini? Saya berdo'a (seolah-olah) untuk kebaikan Mama, padahal kepentingan saya sendiri yang menyelinap dan mengambil porsi yang lebih besar." :'(

Mungkin saya sudah salah selama ini, dan wajar Tuhan belum mengabulkannya. Yang saya minta bukan murni kesembuhan Mama. Tentu saja saya ingin Mama sembuh, tapi secara tidak sadar sebenarnya keinginan di atas itu adalah agar saya cepat terbebas dari semua ini. Tuhan Maha Tahu apa yang ada di dalam hati setiap hambaNya.

Setelah kejadian itu, saya berusaha memperbaiki do'a saya. Saya berusaha meluruskan do'a saya untuk kesembuhan Mama. Saya mengikhlaskan semuanya kepada Allah. Semua kerepotan yang harus saya hadapi, ya saya hadapi dengan ikhlas. I do this for my Mom. Keterlaluan sekali kalau saya masih hitung-hitungan repot. Helloooh! Situ lahir langsung jadi segede ini apa? 

Hari ini, dua bulan sudah, Mama sudah kembali seperti biasa. Kondisi fisiknya membaik, tidak mengalami insomnia dan paranoid lagi, serangan gelisahnya sudah tidak pernah datang dan sudah bisa beraktifitas keluar rumah seperti dulu. Bagi kami, melihat betapa parahnya beberapa bulan yang lalu kondisi Mama, ini seperti keajaiban. Mungkin ini memang keajaiban, keajaiban dari do'a dan niat yang mengawalinya.

Semoga cerita saya ini bisa menjadi bahan pelajaran untuk semua. sampai hari ini saya hanya bisa bersyukur Allah masih begitu baik pada saya karena menegur saya "hanya" sebegitu. Segitu aja rasanya tidak berdaya sama sekali. Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmatNya kepada kita semua. :')

77 komentar:

  1. Cerita yang menginspirasi banget Mak, Alhamdulillah Mama sudah membaik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya teh...alhamdulillaah....semoga kita selalu dilindungi Allah ya teh :')

      Hapus
  2. Semoga mama mbak Winda senantiasa sehat, begitu juga semua anggota keluarga ya :) amin.

    Btw, dari dulu pingin komen begini. Uhuk. Aku suka banget pakaian pernikahan ala Melayu, sederhana tapi tetap keren (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin, makasih doanya, omnduut...
      iyaa, wedding orang malaysia gak ribet...santai tapi tetap terasa kebudayaannya yg kental..aku selalu suka datang ke kawinan saudara2 di malaysia..:D

      Hapus
    2. Biar bisa pake pakaian kayak gitu, harus dapet cewek melayu dulu ya kayaknya

      *komen mulai melebar haha*

      Hapus
    3. nah iya, komenku kurang...harusnya tadi nulis ini:
      cari jodoh ke Penang gih...ntar kawinan undang aku yak...wkwkwkwkwk #dilebarinsekalian

      Hapus
  3. betul sekali Mak, meluruskan doa, dan ikhlas menerima kalau doa kita tidak terkabul saat itu juga :)
    Semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayangNya ke Mak Winda sekeluarga, amiiiin... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin, mak Riski...doa yang sama untuk dirimu dan keluarga ya.. :*

      Hapus
  4. Alhamdulillah... semoga kondisi mama Mbak tetap membaik. Makasih udah berbagi :)

    BalasHapus
  5. semoga mamanya selalu sehat ya mak.. btw saya juga merasa kadang ada 'hidden agenda' dalam doa, hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin...
      iya, harus sering2 introspeksi...gak boleh lengah, namanya hati manusia, waktu sedetik aja bisa berubah..:')

      Hapus
  6. Jleb!

    Jadi, bahan renungan buat saya. Thx, ya.

    Semoga mama dan Mak Winda sekeluarga selalu diberi kesehatan. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga bisa diambil hikmahnya mak..
      aamiin, doa yang sama untuk mak nai dan keluarga...:')

      Hapus
  7. Semua berkat kekuatan doa.. Semoga mamanya selalu sehat ya, aamiin. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak, doa yang dipanjatkan dengan ikhlas...
      aamiin doanya, terima kasih ya mak...:)

      Hapus
  8. Semoga mama mak Winda sehat selamanya, dikarunia lebih banyak lagi kebahagiaan. Dan semoga kita bisa menjadi anak2 orang tua kita yg ikhlas ya, seperti mereka dulu ikhlas merawat kita. Aamiin

    BalasHapus
  9. Semoga mama semakin sehat ya mak..terima kasih ceritanya.^^

    BalasHapus
  10. Ceritamu bikin aku ikut merenung mak,

    BalasHapus
  11. Bener ya mak yang sering orang bilang, Allah gak akan memberi ujian melebihi batas kemapuan umatnya. Biarpun ditengah2 keadaan, kita merasa udah gak kuat, tapi nyatanya kita mampu untuk melewati itu semua :')

    Semoga Mama-nya mak Winda, makin sehat dan bisa beraktifitas seperti biasa lagi ya mak:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget...saat kita ngerasa udah gk sanggup lagi, pertolonganNya pasti datang....Allah yg Maha Tahu kapan waktu yang tepat menurunkan pertolongannya...:')

      Hapus
  12. ah...aku baru ingat, sepertinya aku sedang mengalami ini deh, saat ini, detik ini, ingin mengubah sebuah keadaan dengan dalih untuk kebaikan semua padahal 90% untuk kebaikanku sendiri...hiks, langsung mau nagis rasanya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. manusiawi kalau kataku mak...yang penting kita inget untuk introspeksi niat kita mak....semoga selalu diberi petunjuk oleh Allah..:')

      Hapus
  13. jangan lelah bersenandung harap, mak Winda...

    BalasHapus
  14. Saya ga tau lagi mau ngomong apa Kadang kita suka protes, manyun atau apapun itu yang seperti ga ikhlas kalau harus brepot-repot sama ortu ya, mak. Duh, astaghfirullah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. huhuhuhu, kadang suka gk sadar juga begitu ya mak..alasannya lagi repot sama anak2...gk bisa ngurusin org tua...:( #istighfar

      Hapus
  15. Glek.. Makasi banyak mbak udh sharing. Iya, saya juga terkadang suka bgitu klo berdoa. Apa jangan2 sering? Duhai Allah.. Mohon ampun atas smua salah hambaMu. Semoga Allah selalu mengingatkan kita ya mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin, semoga kita selalu diberi petunjukNya ya..:)

      Hapus
  16. salam kenal Mba WInda, saya niubi di KEB:). Hmm begitu ya, mbak... Kadang kita suka ngga lurus doanya, disadari atau nggak. Hiks... semoga kita semua selalu dimudahkan untuk selalu ikhlas dan tulus dalam berdoa ya, mBak Winda.. (ini termasuk doa yang lurus ngga ya...)

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga mak Khurie...
      aamiin, semoga doanya lurus...hihihihihi

      Hapus
  17. Alhamdulillah, moga mamanya sehat terus ya mak. Emang tanpa sadar kita suka kayak kurang iklas gitu ya ngedoain, bukan murni untuk orang yang kita doakan, sebenarnya yang paling utama untuk kepentingan diri sendiri. Makasih udah diingatkan maak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mak, makasih juga udah mendoakan mamaku...:')

      Hapus
  18. Alhamdulillah Mama Mak dah baik lagi. Mksh udah nulis mengingatkan untuk hati2 dalam berdoa.

    Ibu saya suka bolak-balik ke rumah sakit udah bertahun-tahun. Semenjak saya SD. Skrg udah stabil, tapi blm keliatan 'ujung'-nya dimana :'(.

    BalasHapus
    Balasan
    1. peluk mak Hanna...
      sabar dan ikhlas ya mak..ingat, sabar dan ikhlas.. :')

      Hapus
  19. Terimakasih atas renungannya mak...bisa mengingatkan saya dan org lain u lbh iklas dlm menerima segala sesuatu dr Allah apapun itu bentuknya...

    BalasHapus
  20. Speechless bacanya.
    Tapi gue mau komen ya, Alhamdulillah Mama sudah lebih baik ya, Winda. Buatku tak ada yang lebih indah dan bahagia ketika kita bisa merawat mama yang sedang sakit, karena disitulah akan terlihat bagaimana rasa kita kepada orangtua, bisa nggak sebanding, minimal 1/3 dari yang pernah dilakukan orangtua kepada kita.
    Setuju banget, doa yang lurus, doa yang sebenarnya yang akan mempengaruhi keikhlasan kita dan dikabulkan oleh Tuhan. Eh itu kata ustad ya, gue cuma ngutip doang :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. mak Indaaah,
      aku bersyukur banget waktu itu ngobrol sama dirimu di RS. obrolan kita itu turning point aku menyadari kalau mungkin selama ini aku udah salah berdoa..makasih ya mak..:')

      Hapus
  21. Renungan penting ini! Saya makjleb sendiri, ternyata selama ini doanya masih belok-belok, makanya bukannya terkabul malah melebar kali ya, hehe.
    Makasih sharingnya, Mak Winda.

    Alhamdulillah Mamanya Mak Winda sekarang sudah seperti sedia kala. Semoga selalu diberikan kesehatan buat beliau dan Emak Sekeluarga. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mak...aku juga pas baru nyadar jleb sendiri jadinya.. :'(
      mungkin emang udah salah dari awal niat doanya....hiks...syukurlah masih diberi hidayah sama Allah ya mak..:)
      semoga kita selalu dalam petunjukNya...

      Hapus
  22. maksih sudah sharing mak...memang bener, sering ngg sadar kalau doa itu sebenarnya hanya untuk 'menyenangkan' diri sendiri, bukan orang lain...ternyata ikhlas ngg mudah ya mba...makasih sudah diingatkan...semoga selalu sehat dan salam untuk mama dan keluarga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mak, memang bener ikhlas itu ilmunya susah banget...salah dikit langsung ruisak...:')

      Hapus
  23. intinya semua hal harus seimbang, antara doa, kerja keras dsb. Akan menjadi satu kesatuan yang kuat, ketika hal tsb sudah dilakukan :)

    BalasHapus
  24. sharing yg bagus bgt mak,,mgkn aku jg hrs merenung lg,,makasih udh berbagi mak,,semoga mamanya sehat selalu ya mak,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mak, kita saling mengingatkan aja...terima kasih doanya untuk mama..:)

      Hapus
  25. MasyaAllah. Alhamdulillah semuanya sudah baik kembali ya mba...
    Jadi diingatkan utk selalu berdoa dgn niat yg lurus

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, alhamdulillaah banget kondisi mama sudah kembali seperti semula...makasih udah mampir ya..:)

      Hapus
  26. Aku jadi ingat kata-kata yang aku copas dan aku tulisa dib log ku. "Jangan katakan ikhlas jika hati masih terasa terbebani" kurang lebih begitu, mak. Dan itupun jadi pengingatku. Insya Allah, Mama akan membaik ya. Peluuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak, biarpun mulut udah mengucap ikhlas, hati yang paling sulit untuk melakukan sebenernya...peluuk...:)

      Hapus
  27. Aamiin. semoga selalu dalam lindungan Allah ya mbak

    BalasHapus
  28. Astaghfirullah..., tulisan ini sangat menyentuh banget... terutama untuk doa, nyentil aku banget mak... Doa yang ada kepentingannya untuk diri sendiri. Harus diperbaiki.. dan selalu belajar ikhlas agar dimudahkan.. Thanks mak tulisannya mengingatkan.. Salam kenal ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga mak...saling mengingatkan ya..:)

      Hapus
  29. terharu sekali membaca kisah ini, barangkali kita semua hanya sekedar menjalankan takdir yang membawa kita ke arah manapun

    BalasHapus
  30. inspiratif sekali..
    makasih udah sharing.. jd pengingat buat saya..

    BalasHapus
  31. Wow.. ketoyor juga nih pas baca postingannya.. baru nyadar betapa selama ini kalau berdoa ternyata suka nyelip berbagai kepentingan saya sendiri :( Astaghfirullah... makasih banyak ya sudah ngingetin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mak pipit....saya juga diingatkan ya kalau lupa..:')

      Hapus
  32. Berada ikut tertoyor n makjlebbb bgt mak, Makasih sdh mengingatkan. Semoga mama sehat trs ya Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mom...saling mengingatkan aja kita ya mak..:')
      terima kasih doanya untuk mama...:)

      Hapus
  33. Setiap doa memang merupakan senjatanya orang muslim, namun terkadang kita sendiri tidak mampu menyelaraskan senjata tersebut kepada diri kita ya Mba. Hingga kita bingung dan hampir putus asa. Namun di balik semuanya ini ada sebuah pembelajaran yang berarti untuk contoh nasehat kebikan kita semua. Trims atas sharingnya.,,,,,,,,

    Salam,

    BalasHapus
  34. Selalu memberi kesan tersendiri membaca sebuah tulisan yang keluar dari hati. Sejuk banget, terasa banget sesudah membacanya. trims banget

    BalasHapus
  35. Inspiring Mak.. Saya pun harus memperbaiki do'a-do'a saya sepertinya. :)

    BalasHapus
  36. Maaak aku sedih banget ngebacanya, semacam flashback 6 tahun yang lalu. Sama seperti mamanya, mamaku lepas operasi ganti engsel di tulang panggulnya. Kondisinya drop, berat badan sampai menyusut hampir 40kg. Pun mama sempat berwasiat, di situ aku nggak sanggup ngedengernya. Tangisku pecah di kamar (waktu itu aku blm menikah, tinggal aku yg tinggalbserumah dgn ortu) pun menuliskan komentar ini aku berkaca2.

    Alhamdulillah fase tsb berhasil saya jalani bersama saudara, semoga orang tua kita selalu di jaga oleh Allah SWT aamiin ya Rabb.
    Tfs mak, jadi paham kenapa waktu itu mama saya drop. Jadi kangen mamaaaa huhuhu.

    BalasHapus
  37. Alhamdulillah ya Mak, Mama masih sehat, senang dan bahagia melihat Mama bisa berkumpul lagi. Jadi ingat ibuku, hiiks...

    BalasHapus
  38. Hampir mirip sama ibuku mak.cm bedanya ibuku ga operasi jantung.semua normal kecuali gula darahnya tinggi..tp kondisi psikisnya yg dibilang depresi berat. Udh sampai berhalusinasi dan sama dokter disarankan masuk RSJ :(
    Tpi alhamdulillah sekarang semuanya udah membaik mak..aq jg dititik putus asa waktu itu.disalahin pihak sana sini dn anggapan akulah yg jadi penyebab ibu depresi gt.

    Duh malah jd curhat mak.hahaha..
    Semoga mama sehat selalu ya mak

    BalasHapus
  39. Wah, iya ya teh..aku pun juga pernah mengalami begitu ..betul banget teh, kadang kita ego dan memaksakan keadaan seperti keinginan kita ya..

    BalasHapus