Sabtu, 19 Juni 2010

Ini Tentang Fani

  5 comments    
categories: 



"Faniiii! Ini terakhir kalinya ya Mami bangunin kamu! Kalau sampai belum bangun juga, Mami ke atas nyiram kamu pake aer seember nih!" suara penuh ancaman itu lumayan ampuh.
Fani menggeliat sambil keningnya berkerut kesal. Doooh, kenapa juga sih tiap pagi harus begini terus? Salah gue ya kalau gue belum juga dapet kerjaan? Salah gue ya kalau gue cuma pengen nikmatin tidur gue? Salah gue ya kalau gue masih pengen mimpi tentang dia pagi ini? Fani ngedumel dalam hati sambil melipat selimutnya dan berjalan ke arah jendela kamarnya.
Dibukanya gorden kuning yang menutupi jendelanya. Pintu kamar menuju balkon tidak terkunci. Fani membuka pintu dan duduk di balkon itu sambil menatap ke luar kamar. Taman Mami di samping garasi terlihat segar, habis disiram oleh Mami seperti biasa. Mobil Papi sudah tidak ada di garasi. Dilihatnya Mbak Inah sedang sibuk menyapu garasi dari guguran daun pohon jambu air di taman Mami.
Fani duduk di kursi kecil yang ada di balkon itu. Ia merenggangkan tubuhnya sebentar sambil menguap dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Benar-benar pose yang tidak indah untuk dilihat. Fani sadar sekali itu. Tapi dia tidak peduli, kemalasannya memang sudah mencapai titik puncak seminggu belakangan ini.
Lima bulan jadi pengangguran. Bayangkan! Lima bulan! Dan yang paling parah lagi, lima bulan tanpa bertemu dengannya. Iya, dia.. Dia yang selalu datang dalam mimpi-mimpi aneh Fani selama beberapa bulan ini. Dia yang selalu menyamar sebagai Richard Gere dalam film Pretty Woman versi mimpinya itu. Uuuh, ke mana sih tuh orang? Katanya mau datang ke Indonesia lagi? Katanya mau ada kejutan besar buat gue? Katanya dia masih suka sama gue? Katanya...Katanya...Kata siapa, ya? Fani ribet sendiri akhirnya.
"Faniiii!" kembali terdengar teriakan Mami dari bawah.
"Udah bangun kaleee!" balas Fani dongkol.
"Ooh, ya bagus deh!" suara Mami terdengar lebih kalem sekarang.
Hufff...Fani menghembuskan nafasnya kesal. Benar-benar hidup yang tidak berguna. Setiap hari kerjaannya cuma bangun siang, mandi telat, selancaran di internet, kecemplung di Facebook dan Kaskus, main-main game nggak jelas, baru terakhir cari-cari lowongan kerja dan mengirim lamaran via e-mail. Fani malas kalau dia harus mengirim lamarannya lewat kantor pos. Itu artinya dia harus mandi cepat, dandan sedikit, sarapan atau makan untuk mengisi perut lalu keluar rumah menantang panas terik Jakarta hanya untuk menyerahkan nasib lamarannya ke tangan Pak Pos yang baik budi dan sangat berjasa bagi orang yang sedang mencari pekerjaan seperti dirinya.
Aaargh...bahkan untuk mengisi perutnya pun Fani sudah masuk ke tahap malas-malasan. Mau turun tangga ke ruang makan itu sekarang sudah menjadi kemalasan edisi teranyar Fani dan kekesalan edisi terbaru Mami.
"Mau makan aja mesti disuruh dulu! Heran, males kok disayang-sayang kayak gitu!" omel Mami seminggu yang lalu.
"Duh, Mamiii...Ntar kalau aku udah hampir pingsan gara-gara kelaperan juga aku makan. Kenapa siiih? Ribet banget? Masih bagus aku ada di rumah, nggak kelayapan. Kalo aku kelayapan, kan Mami tambah pusing! Udah deeh...," Fani berusaha membela harga dirinya yang memang sudah jelas-jelas terstempel kata 'malas' di keningnya itu.
Lagi ada di mana ya dia? Masih di Jepang atau sudah ada di Jakarta? Kali ini Fani menerawang sambil menyenderkan kepalanya di senderan kursi. Diluruskannya kaki sambil memejamkan matanya kembali. Matahari sudah mulai terik jam sepuluh pagi itu. Sempat terbersit niat untuk mengambil sunglass di meja riasnya untuk menambah kenyamanannya bermalas-malasan di balkon kamarnya itu. Tapi urung dilakukannya karena takut orang-orang yang lewat di depan rumahnya akan melihat ke arahnya dengan aneh. Yang lebih dikhawatirkannya sebenarnya, dia takut kalau jatuh tertidur lagi kalau sampai matanya mendapat kenyamanan dari sunglass-nya itu. Bisa-bisa Mami pingsan histeris mendapati putri sulungnya itu tidur kembali dengan pose yang 'nggak banget' dan di balkon pula! Hihihi...Fani meringis sendiri membayangkannya.
Sampai di mana tadi? Oh, ya..dia...Kenapa ya dia nggak telpon-telpon aku? Kenapa ya dia nggak kirim e-mail ke aku? Nggak nanya gimana kabarku? Nggak ngasih kabar tentang dia? Fani masih sibuk dengan pikirannya tentang si dia.
"Faaan...kamu nggak ke mana-mana kan hari ini?" teriakan Mami kembali terdengar membuyarkan pikirannya kembali.
"Nggaklaaah...emang mau ke mana aku? Duit nggak punya gini...," jawab Fani dongkol.
Lima bulan tanpa memegang uang sendiri benar-benar tragis. Setelah setahun lebih sempat mengecap senangnya menghambur-hamburkan uang gajinya untuk segala kesenangan egoisnya selama ini, Fani kembali harus menerima kenyataan pahir sebagai pengangguran yang mengalami defisit berat. Mengandalkan pemberian dari Mami, Papi dan Fia, adiknya yang punya karir cemerlang itu, sebenarnya tidak meruntuhkan harga dirinya. Hanya saja, mereka suka lupa kalau di rumah ini ada satu orang yang perlu disuplai kembali setelah berhenti dari pekerjaannya itu.
Mami masih saja kesal kalau membahas hal ini.
"Kenapa sih kamu pake berhenti kerja segala?" tanya Mami tidak mengerti.
"Mami, aku cuma pengen nolong temen. Itu aja," jawabnya singkat.
"Nolong temen kan bisa pakai cara lain. Belum lagi teman yang seperti apa sih yang kamu tolong? Yang hamil di luar nikah? Yang nggak berani mengakui kesalahannya?" cecar Mami lagi.
"Mami, cukup deh! Ini keputusanku sendiri. Tolong dong Mami hargai. Aku kan udah gede, walaupun aku masih numpang hidup sama Mami dan Papi. Tapi aku punya pertimbangan sendiri. Onis itu sahabatku. Biar begitu-begitu, dia itu baik, Mi!" Fani berusaha membela sahabatnya itu.
Onis. Apa kabar ya dia sekarang? Sudah lebih sebulan dia tidak menghubungi Fani. Terakhir mereka bertemu saat Onis datang ke rumahnya sambil mengabarkan kalau dia sudah berhenti kerja dan sekarang membuka usaha toko pakaian anak di Depok. Kalau dihitung-hitung, mungkin sekarang kehamilannya sudah masuk usia tujuh bulan.
Tiba Fani kangen ingin bercakap-cakap dengan si 'gila' yang sudah tidak gila lagi itu. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya kembali untuk mengambil handphone-nya. Dilihatnya sebuah pesan singkat masuk.
Fani duduk di sisi tempat tidurnya sambil membuka pesan itu. Dari nomor tidak dikenal.
'Fan, apa kabar? Ini gw ogi...Gw lg di jkt nih. ketemuan yok?'
Bunyi pesan singkat yang singkat itu cukup untuk membuat Fani bengong menatap layar handphone-nya itu.
Ogi? Ogi mana ya? Kok rasa-rasanya seperti pernah dengar? Fani sedang berusaha mengelak dari kenyataan kalau sebenarnya nama itu selalu diingatnya. Bagaimana mungkin aku lupa sama dia? Biarpun sudah dua tahun berlalu tanpa kabar berita, tapi bukan berarti Fani bisa begitu saja melupakan cerita tentang mereka berdua. Ogi itu...
Mmmm...Fani menghempaskan badannya ke tempat tidur dengan gelisah. Antara menyesal dan senang mengingat kenyataan akan kekuatan Facebook menemukan jalinan cerita lama seseorang. Ogi pasti menemukannya lewat Facebook. Fani yakin sekali itu. Bukankah semua teman-teman kuliahnya adalah juga teman-teman Ogi? Dan bukannya Fani tidak tahu atau belum menemukan profilnya di Facebook itu. Sudah lama Fani menemukan Ogi di sana. Sebuah foto profil yang menyesakkan dada cukup membuat Fani mengurungkan niatnya untuk klik tulisan 'add as a friend' di samping foto itu.
Ogi tampak bahagia dengan seorang perempuan bergaun pengantin putih dan senyum yang sangat...sangat...Ah, tahu sendirilah bagaimana lebarnya senyum sepasang pengantin di hari bahagia mereka. Fani kembali menghela nafasnya dan memejamkan mata. Mendadak kantuk yang dahsyat kembali menyerang. Fani tidak peduli. Lebih baik dia tidur lagi untuk melupakan pesan singkat itu untuk sesaat.

BERSAMBUNG (kapan-kapan mood aja... ^^b)

image from http://vanessaleighsblog.files.wordpress.com/2009/04/disney_pluto.jpg

5 komentar:

  1. Oalaaah bener2 sudah ditulis di siniiii rupanyaaa.. Ahahaha... Udah Fani, jangaaan sama Ogi ya.. Sama si ganteng Tanabe saja.. *wkwkwkwk ngatuuur sih!*

    BalasHapus
  2. Faniii.. welcome back!!

    Kangen euyy ama dirimuu :D Ngapain aja selama liburan kemaren inii?

    Psstt.. Fanii, Ogi itu siapaa?

    BalasHapus
  3. Waaah Indah masih begadang... sama dooong! Hahaha!

    BalasHapus
  4. kayanya baru mampir pertama deh.... dan langsung suka ma blognya :).. ceritanya keren.....


    ogi..jadi pengen tau klanjutannya

    BalasHapus
  5. All : tengkyu yaaa...btw, ceritanya gw edit dikit...bukan tujuh tahun gk ketemu sama Ogi tapi dua tahun...hehehehee....biar sinkron sama cerita si onis...

    Ge : wahahahaaaa...abis udah gregetan pengen masukin sekuelnya Onis ini, cuma mikir2, jangan rame dulu dong...soalnya sama kayak savannah...belum tau mau selesainya kapan...pengen santai, gak diburu2..kemaren jadi agak kurang sreg karena jadi bias akibat memenuhi permintaan orang banyak...hihihihi....

    Indah : wkwkwkwkwk....Fani kebanyakn tidur, jadi keingetan sama Ogi, mantan pacar....

    Kak ega : halooo, salam kenal yaa...wah makasih udah mampir ya kak... :)
    cerita Fani ini sebenernya sekuel dari cerbung yg udah aku posting di kompasiana. lengkapnya lihat di sini ya..
    http://www.kompasiana.com/tag/resep-si-onis/

    BalasHapus