Selasa, 29 April 2014

Kelas Inspirasi: A Life Changing Experience That Will Never Be Forgotten

Menunggu Hari Inspirasi tiba seperti nungguin pacar bawain nasi goreng pesenan dan si pacar kejebak macet! Gimana banget rasanya. Gemes, deg-degan, laper (lah?). Perasaan saya maju mundur sampai masuk jam-jam keberangkatan ke SDN 07 Pagi Kemayoran. 




Yes! KEMAYORAN! Dari mana saya berangkat? BEKASI! That only means one thing: bangun subuh, mandi, langsung cuuusss! Fenomena langka dalam hidup seorang Emak Gaoel yang gak pernah bersahabat sama yang namanya bangun pagi. Demi Tuhan, bahkan saat dalam mobil, masih dengan terkantuk-kantuk, saya masih sempat kepikiran untuk kirim SMS ke salah satu teman sekelompok untuk ngarang alesan nggak jadi datang. :'(

Nggak tau kenapa. Makin dekat jarak saya dengan sekolah di pinggir rel kereta itu, hati saya makin nggak keruan. Beda banget sama waktu saya mendaftar untuk ikut Kelas Inspirasi. Waktu itu saya semangat banget mau ikut jadi bagian Kelas Inspirasi. Membayangkan saya dan banyak orang bekerja profesional berbagi tentang pekerjaan mereka dalam satu hari yang sama, luar biasa! Bahkan saya berdo'a semoga saya lolos seleksi untuk menjadi relawan. Terus kenapa pas hari H udah di depan idung gini, saya malah cemen? 



Sebelumnya saya udah cerita tentang briefing Kelas Inspirasi di sini. Saat briefing itu, awalnya semangat saya masih begitu menggebu-gebu. Lalu beberapa fasilitator dan relawan dari tahun lalu berbagi tentang bagaimana mengajar anak-anak usia SD. Saya ciut. Belum lagi Mbak Sasha ngasih bekal banyak banget buat ice breaking dengan anak-anak ini. Itu artinya, akan perlu banyak cara untuk sekedar bisa menarik perhatian mereka. Nggak usah ngomongin nyampein materi dulu, deh! Narik perhatian mereka aja butuh begitu banyak pembekalan. Dan saya makin ciut. 




Tapi aura 1000-an orang yang datang dari berbagai profesi, berbagai usia dan beragam level jabatan hari itu, cukup menguatkan hati saya untuk terus maju. Dalam hati saya, "Apa pun nanti, saya hadapi pas harinya aja." Ada semacam nekat dan tekad dalam hati. Nekat karena saya nggak tahu bagaimana nanti saya bisa menghadapi anak-anak ini. Tapi tekad saya justru makin bulat, walaupun dibumbui oleh ketakutan yang nggak jelas ini sampai hari H.

Bismillaah! Berangkat!



Hari H

Beberapa hari sebelumnya, teman-teman dari kelompok 52 sudah survey dan mempersiapkan banyak untuk kelancaran Hari Inspirasi ini di SDN 07 Pagi Kemayoran. Mulai dari bikin banner, kaos sampai mempersiapkan property untuk apel penutupan. Saya yang berstatus emak-emak penjaga anak di rumah, sempat nggak enak hati sama teman-teman karena nggak bisa ikut sibuk siap-siap. Untungnya, kami ber-12 cepat sekali blend. In fact, 1000-an orang di auditorium LIPI pas hari briefing pun langsung blend. Saya nggak tahu apa karena memang kita semua orangnya asik gitu #plak atau semangat positif yang begitu besar menguar ke udara dari masing-masing kami yang membuat kita semua jadi satu. Satu misi: berbagi melalui profesi, untuk membangun mimpi anak Indonesia. 



Profesi saya sebagai seorang penulis harusnya nggak terlalu susah untuk dijelaskan ke anak-anak umur 6-12 tahun dong, ya? Apalagi saya juga udah siapkan property menulis dan mendongeng untuk mereka. Ah, kayanya nggak bakalan gimana-gimana banget ntar, pikir saya menenangkan diri. Bayangan saya, paling kalau ribut dikit saya ajak mereka nyanyi-nyanyi dan mendongeng bakalan tertib lagi. Oh well, mimpi-mimpi yang indah, tak seindah kenyataannya. Huahahaha!

Kelas 5

Giliran pertama saya mengisi kelas 5 pagi itu. Dalam pikiran saya, ini harusnya kelas yang paling mudah diajak kerja sama karena mereka udah agak gedean. Saya masuk sambil tersenyum semanis mungkin. Menyapa mereka dengan hangat, "Selamat pagiii!" Mereka jawab dengan suara standard, "Pagi ...." OK, lanjut. "Kenalkan,nama saya Ibu Winda. Pekerjaan saya penulis." Saya berikan jeda beberapa detik untuk melihat reaksi mereka. Mereka menatap saya dengan ekspresi, "So?" Glek. Saya berusaha tenang, walaupun nelen ludah jadi susah banget. Sialan! Saya nggak nyangka banget bisa begitu terintimidasi sama anak-anak unyil ini. T_T 



Otak saya berusaha cepat bekerja untuk mengingat-ingat bekal dari Mbak Sasha tentang ice breaking. Hellooo! Ini beneran berasa es banget tatapan anak-anak ini! Dingin. Heelp! Panik, saya blank selama beberapa menit. Setelah agak tenang, akhirnya saya bisa ingat satu dua trik menarik dan meningkatkan mood mereka. Nyanyi sambil tepuk tangan buat anak kelas 5 sounds lame? But it worked! Walaupun awalnya harus saya sendirian yang nyanyi-nyanyi pake suara sember saya untuk memancing mereka ikut menyanyi. Setelah suasana mencair, barulah akhirnya saya bisa menyampaikan pengalaman saya kepada mereka.



Yang lucu, pas ditanya suka baca buku cerita nggak? Mereka jawab dengan antusias, "Sukaaa!" Pas ditanya baca buku apa, mereka jawab, "Naruto!" OK, itu buku cerita juga, kok. Tapi saya penasaran, ya masa cuma komik doang? Saya tanya, "Ada yang tahu Harry Potter?" Wah, hampir semua tunjuk tangan dengan semangat. Aha! Mereka baca ternyata buku Harpot yang setebal itu. "Aku suka nonton filmnya!" Teriakan mereka saling bersahut-sahutan ngebahas film harry Potter. Selidik punya selidik, belum ada satu pun yang baca bukunya. #okesip -_-

Kelas pun berjalan lancar sampai 45 menit yang ternyata cukup menguras energi. Saya keluar kelas dengan bersimbah keringat dan tenggorokan yang mulai terasa agak sakit. Waduh, masih ada dua kelas lagi yang harus saya isi. 

Kelas 3

Sebelumnya saya sempat ngintip, kelas 3 ini suaranya paling kenceng kedengeran sampe ujung sekolah. Saya meringis. Mudah-mudahan makin siang energi mereka makin turun, doa saya dalam hati. Doa Yang Percuma (semacam judul sinetron). Saya masuk kelas nggak diwaro alias dicuekin. Hahahaha! Ada yang masih makan di kelas, ada yang lagi lari-larian, ada yang keluar masuk kelas dan ada yang teriak-teriakan sama temennya. T_T



Pleaselaah, anak-anak. Suara saya udah hampir abis gini dan rasanya nggak bakalan sanggup teriak-teriak manggilin mereka satu per satu untuk mau kumpul dalam kelas. Mau nangis rasanya. Untung beberapa teman kelompok saya turun tangan membantu ngumpulin anak-anak lincah dan berisik ini. Kelas pun dimulai.

Well, at least di kelas 3 ini saya nggak dapat tatapan dingin ala Voldemort kayak di kelas 5. Tapi mereka, ya ampun, berisik banget! >.< This is gonna be a very looong 45 minutes. Akhirnya setelah berhasil menyamai gabungan desibel suara teriakan mereka, saya berhasil berdiri di tengah-tengah kelas untuk mulai sesi mendongeng. Lalu kemudian masalah baru muncul ....



Hari makin siang, cuaca makin panas, saya makin letoy. Saya berharap banget sesi mendongeng ini bisa dilalui dengan penuh kedamaian. Kenyataannya, kekacauan baru terjadi. Sesi mendongeng saya memakai properti topi binatang untuk pemerannya, dan nggak semua anak akan kebagian peran tentunya. Maka perang rebutan peran dongeng pun tak terelakkan. Mamaaa! Gue pulang aja deh, nih! Huaaa!

Selagi saya berusaha menenangkan perebutan peran ini (mereka benar-benar rebutan berusaha merebut topi-topi binatang dari tangan saya), sekilas saya ngelirik ke pojok kelas. Eaa, ada yang lagi pukul-pukulan dan tendangan-tendangan sampe naik-naik meja, dong! Like, this drama is not enough. Chaos.



I nearly gave up. Capeknya itu yang nggak nahan banget. Saya harus konstan menarik perhatian mereka tanpa jeda sedetik pun. Meleng dikit, muncul masalah baru. Saya nggak kebayang guru-guru yang setiap hari menghadapi polah anak-anak ini setiap hari. Ya Tuhan, semoga Engkau berkati mereka dengan kekuatan, kesehatan dan kesabaran. ._.

Akhirnya dengan terpaksa saya pakai trik reward. Sebenarnya saya nggak nyiapin reward apa pun dari rumah. Tapi pas liat dalam tas, ternyata saya bawa satu komik Transformer punya anak saya. Saya pun berdiri di tengah kelas dan berseru lantang sambil mengacungkan komik itu, "Komik ini akan saya kasih ke anak yang paling tertib sampai selesai!" Sssiuuuttt! Hening. Mwahahaha! Berhasil. Saya tersenyum puas. Paling nggak sampai akhir kelas mereka akan nahan diri untuk nggak teriak-teriak lagi. Wekekekek.

Kelas 1

Begitu keluar dari kelas 3 yang heboh itu, saya merapal dalam hati, "Tinggal satu kelas lagi .... Tinggal satu kelas lagi ...." Langkah kaki saya udah terseret-seret. Suara saya sudah hilang. Baju saya sudah basah kuyup karena keringat. Saya lirik isi tas saya dan hati saya kecut. Duh, saya nggak punya apa-apa lagi buat dijadiin reward seandainya kelas 1 ini juga sama ramenya kayak kelas 3. Dan ini kelas dengan usia anak paling kecil. Cleguk. 



Untungnya properti topi binatang masih sempat saya selamatkan dari kelas 3 tadi. Semoga mereka mau saya bagi-bagikan topi ini nanti ketika kelas sudah selesai. 

Surprise! Surprise! Kelas 1 ternyata kelas yang super duper unyu, kiyut, manis dan segala rupa kembang gula lainnya! Mereka damai sekali. Duduk manis dengan tangan dilipat di depan. Menatap wajah saya dengan antusiasme polos yang menggemaskan. Dan mengikuti semua gerakan-gerakan yang saya ajarkan sambil tertawa berderai-derai. Aaah, senangnya menutup hari dengan anak-anak manis ini. Hihihihi.



After the Class

Tiga kelas saja. Lima jam saja. Dan saya seperti habis lari marathon 500 km. saya cuma bisa duduk ngedeprok di sofa tamu Pak Kepsek sambil minum berbotol-botol air mineral. Perasaan saya campur aduk. Saya capek tapi bahagia. Entah kenapa mata saya mulai berkaca-kaca.

Respek saya pada sosok guru berlipat jutaan kali. Saya tak akan pernah tahu bagaimana sulitnya mereka mendidik puluhan anak dengan berbagai tingkahnya setiap hari sampai saya mencobanya sendiri hari ini. Saya malu karena sempat punya pikiran untuk menyerah di tengah-tengah kelas tadi.



Dan anak-anak itu ... anak-anak itu! They suck up your energy. But strangely, you get more energy to keep going just by seeing their faces. I would definitely do this again and again and again! Saya nggak peduli gimana ngesotnya saya setelah menghabiskan waktu bersama mereka, tapi perasaan yang saya dapat setelahnya melebihi apa pun.

At the end of the day, label Inspirator yang kami bawa ke sekolah itu, selayaknya kami berikan kepada anak-anak dan guru-guru di sana. Saya jauh lebih terinspirasi oleh mereka, ketimbang apa yang mereka dapatkan dari saya. I was so lucky!

Thank you Kelas Inspirasi. This has been a life changing experience for me. Terima kasih teman-teman kelompok 52. Bersama kita bisa! (bukan slogan kampanye). Dan terima kasih SDN 07 Pagi Kemayoran! You are the true inspirations.

Yang mau liat video kita di Kelas Inspirasi monggo klik link ini. :D

Photo courtesy: all friends from #52: Frans, Rendy, Rauf, Maria, Winni, Puti, Terre, Cherry, Hardian, Indra, Ulil. 



29 komentar:

  1. kereen seru bangeet, kalo di Semarang ada pingin ikut euy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Rahmi, KI Semarang ada loh, pantengi aja web www.kelasinpirasi.org . Yuk gabung jadi keluarga KI

      Hapus
    2. iya mak, cek ke web-nya, udah banyak di beberapa kota kok, dan bergiliran waktu pelaksanaannya.. :)

      Hapus
  2. Mba, you know something? Begitu tahu di kelompok 52 ada penulis...hehehhe senang bgt. Pasti seru...well aku ga salah. I really do thanks God bisa jadi bagian kelompok ini. Though really hard to bind you all in a meeting, nothing could make us separated. Btw, bisakah mimpi maksi bersama kelompok ini di rumah Emak Gaoel ini direalisasikan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. huaaa, mbak mariaa, aku yg beruntung banget bisa kenalan sama dirimu yang super passionate... :')
      hayolah, kapan mau ke bekasoy? :D

      Hapus
  3. Begitulah Mak, makanya guru SD saya hampir semuanya awet muda, ga keliatan berubah kendor wajahnya atau apa.. energi dari anak2 yang setiap tahun berganti anak2 baru itu yg bikin semangat menjalani hidup.. :) (hadeh.. saya keluar lagi deh sok dewesenye)..
    Btw.. kelasnya seru Mak kalo diliat dari fotonyaaa... :D
    Semoga saya bisa ikutan ya.. taun depan dibuka lagi ga ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kali ya mak...biarpun capek tapi seneng aja ngeliat bocah2 itu...tapi gk tau juga deh kalo tiap hari..hihihihi...
      ada kok tiap tahun, ini udah angkatan ke-3 buat di jakarta...ada di beberapa kota juga...

      Hapus
  4. Emaaaak aku mau ikutan yaun depan untuk dij jakarta. Semoga tahjn depannaku udah di Indo. Aamiin... walopun nggak kepikiran mau ngajar apa di kelas. Karena aku ga bisa ngajar. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo maaak, ikutaan. yg tadinya gk bisa, karena nekat akhirnya bisa juga kok mak..lagian kita dikasih pembekalan dulu kok sebelumnya...seruuu!

      Hapus
  5. Wahahaha... toss dulu deh! Kebalikan sama aku, justru aku "dikerjain" anak-anak kelas 1. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. mak fitaaa..aku sampe ngakak baca anak kelas 1 ada yg pura2 pingsan di kelasmu...wuakakakakakkk

      Hapus
  6. Hahahaha...seru bangettttt.....q plg suka ngajar anak sd..seru aja hehe....semoga ada kelas inspirasi di kota2 lain jd bisa ikutan deh hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada mak, ada! liat ke web-nya itu ya...kalaupun di bbrp kota belum ada, bisa jadi perintis dibantu sama mereka..pokoknya gk ada kata gk bisa...:)

      Hapus
  7. seru banget acara kelas inspirasinya, seseru kelas kelas inspirasi yang diadain di jogja.

    menyalalah indonesia ku :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oyee! semoga nanti semua kota kebagian dan semua sekolah juga, biar anak2 kita makin melek cita2...^_^

      Hapus
  8. Seruuuuuuuu.... pingin ikutan deh tahun2 mendatang.. semoga tetep ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. insha Allah ada mak..ini udah tahun ke3 di jkt...:)

      Hapus
  9. heboh ya kelasnya, guru sama murid sama2 narsis ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, aku ketularan anak2 kok mbak... #pencitraan

      Hapus
  10. Pengalaman yg menyenangkan ya mak..

    BalasHapus
  11. Seru banget, jadi terharu bacanya dan bangga jadi anak guru, emakku ternyata sabar banget sampe pensiun masih jadi guru SD.
    Salut mak..ceritanya seruuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. uaaa, salam hormat sambil sungkem bu buat ibumu.... :')

      Hapus
  12. Heboh dan kelihatan seru....senangnya bisa berbagi ilmu pada anak-anak...

    BalasHapus
  13. wahhh keren banget mak! jempol buat TEKAD n NEKAD mu ya! kalau di Cianjur ada mau ikutan ah! suerr kangen sama anak2 i kelas euy! pengen ngajarin mereka cara nulis n ngeblog! yuhuuyy asyikk!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya maaak..ikutan yaa...seru banget...dan bikin ketagihan.. :")

      Hapus
  14. Mak Winda loh,,,seperti ABG tak lihat2,,,gayanya nggak kuat deh ... pake melet2 segala :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, soalnya aku palin tuir di kelompokku mak...wkwkwkwkwkwk

      Hapus