Kamis, 16 Juni 2016

[Eat Travel Doodle #4] Ngabisin KL City Gallery dan Panggung Bandaraya

Assalamu'alaikum.

Lanjut nih cerita jalan-jalan hepi keliling Kuala Lumpur? Masih dari "keberuntungan" Emak Gaoel terpilih jadi partisipan di ajang Eat Travel Doodle 2016 yang digagas oleh Kementrian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia dan dilaksanakan oleh Tourism Malaysia dan Gaya Travel bulan Mei lalu. Cerita hari pertama ada di sini, cerita muterin kawasan Putrajaya ada di sini dan cerita peresmian Eat Travel Doodle ada di sini, ya.



So, hari kedua, kita mulai agak siang sekitar jam 11. Panitia dari Gaya Travel kasian kayanya liat muka saya semalem udah jelek banget, kuyu tak berdaya, kecapean. Udah dua hari kurang tidur, diajak keliling hutan dan naik menara lebih dari 300 meter. Apalagi yang kau inginkan darikuuuh? *tepar*


Malam kedua ini kita bermalam di Regency Club Hotel Kuala Lumpur di daerah Chow Kit yang ternyata lokasinya berseberangan dengan pasar basah Chow Kit. Tadinya saya agak gimana gitu pas tau hotelnya sebrang-sebrangan sama pasar. Pasar, bo! Tapi belakangan saya bersyukur juga, karena selain pasar ini pasar yang bersejarah karena sudah ada sejak lama, di sana juga banyak jajanan khas Indonesia. Hihihi. 


Setelah sarapan santai di coffee shop hotel plus nyicil ngedoodle, kita siap-siap menuju Dataran Merdeka untuk ngubek-ngubek semua yang ada di sana. Wuah, saya semangat banget, karena waktu jalan-jalan di KL setahun yang lalu di Sepetang Bersama Blogger belum puas banget eksplorasinya di Dataran Merdeka.

Kuala Lumpur City Gallery

Dataran Merdeka ini mungkin semacam area Kota Tua di Jakarta, ya. Sepanjang jalan dipenuhi dengan bangunan tua bersejarah, mulai dari Masjid Jamek, gedung pemerintahan, KL City Gallery dan juga gedung pertunjukan Bandaraya.


Seperti biasa, kami digiring lagi menuju Kuala Lumpur City Gallery yang ngehits banget sama sign raksasa I "heart" KL-nya yang berwarna merah gonjreng itu. Terlepas dari gelora narsis saya yang membahana untuk foto-foto lagi di sign itu, dalam hati saya lebih bersemangat untuk "ngabisin" isi KL City Gallery ini. Apalagi dalam trip ini kami mendapat penjelasan secara ekslusif dari pihak ARCH Associate yang mendapat mandat untuk mengelola kawasan warisan kota tua di Kuala Lumpur City Gallery. Kesempatan langka!





Memulai perjalanan ke masa lalu dari ruang galeri pertama yang kami masuki setelah area pembelian tiket dan resepsionis emang bikin perasaan gimana gitu. Ditambah lagi, latar belakang keluarga saya yang amat sangat melayu, membuat saya seolah melihat kembali kampung halaman saya di Sumatera Barat sana. Walaupun jelas beda perjalanan sejarahnya, tapi rasa ingin tahu saya sama besarnya untuk kota ini. Berhubung kita masuknya gratisan, ya gak bisa dapet oleh-oleh souvenir lucu-lucu yang banyak di area merchandise. Kalau kamu beli tiket masuknya seharga RM 5, kamu bisa tukar tiket itu dengan souvenir seharga sama atau tinggal menambah kalau mau membeli yang lebih mahal. Saya sendiri. kemarin beli ... kertas kado. -_-



Kita juga dibawa untuk menyaksikan pertunjukan singkat pembangunan kota Kuala Lumpur yang modern melalui KL City Model Show. Dengan pengantar fakta-fakta seputar perkembangan terakhir dan mutakhir dari Kuala Lumpur di big screen, miniatur kota (yang ukurannya gak mini juga, hampir seluas ruang 8 x 8 m) terhampar di hadapan kita lengkap dengan efek lampu-lampu yang menyala di setiap lokasi yang sedang dinarasikan. Ah, keren. Udah, gitu aja. Btw, bakalan ada gedung baru yang lebih tinggi dari menara kembar Petronas KLCC lho, nanti. LEBIH TINGGI, like seriously! @_@



Puas ngubek-ngubek galeri cantik ini, termasuk melihat dapur pembuatan souvenirnya yang mayan bikin saya pengen nerobos masuk tanpa permisi karena crafty banget, kita makan siang di ARCH Cafe, masih di dalam galeri. Makanannya, mayanlah. Hahaha. Tapi ada satu yang dipesen sama Olyvia Bendon yang bentuknya bikin penasaran, ini nih. Namanya Durian Imperial apa ya kalo gak salah. Sayang, saya gak nyicipin. Bukan karena Olip pelit, tapi saya lagi buru-buru pengen ke toilet. -_-




Saran saya, kalau ke sini, jangan pake acara buru-buru, ya. Nikmati tiap menitnya. Resapi semua yang ditampilkan di tiap ruang galeri apik ini. Karena selain nilai sejarahnya, penampilannya juga artistik banget. Sayang kalau cuma dilewati aja sebagai sekedar memenuhi check list tempat yang dikunjungi. Ciyus.


Setelah dipaksa untuk puas menikmati KL City Gallery, kami kembali digiring di siang garang untuk berjalan sedikit menyeberangi Dataran Merdeka, menuju Panggung Dewan Bandaraya. "Ayo, ibu! Kita mau nonton MUD KL!" kata Hilmie, anak angkat saya dari Gaya Travel. Hihihi. Telinga saya nangkepnya, dia bilang "Mat KL". Oh, OK. Ini mungkin pertunjukan komedi lucu-lucuan model kayak di Seoul itu, pikir saya. Mat itu pasti nama tokohnya. Saya udah ngebayangin adegan-adegan semacam lenong Betawi. Dan tentu saja, saya SOTOY.

MUD, The Longest Running Musical Show in Malaysia


MUD, bukan Mat! Iya, MUD alias lumpur. Yup, ternyata ini adalah pertunjukan musikal tentang sejarah berdirinya Kuala Lumpur. Dan, maaf, susah banget saya ceritain detailnya, karena astaga ampun, kok keren. Perlu dicatat, saya ini bukan penikmat pertunjukan live, apalagi yang rada-rada musikal. Biasanya kurang menikmati. Tapi nonton MUD selama kurang lebih 1 jam dan tanpa jeda, saya sempat beberapa kali ngakak, dan sekali nangis, kebawa adegan. OK, saya udah bisa masuk golongan orang kaya dan berbudaya yang suka nonton opera gitu, dong? *tampar*


Penonton dimanjain banget dengan lagu-lagu dan tari-tarian yang ciamik yang dimainkan sekitar 20-an pemain yang suaranya merdu dan narinya jago banget. Gak cuma itu, effect panggungnya juga lumayan bikin bengong, tiap adegan digarap dengan serius, sehingga pada saat ada adegan bencana banjir bandang dan kebakaran besar di Kuala Lumpur, kita bisa ikut ngerasain hiruk-pikuk dan mencekamnya. Yang bikin saya nangis, waktu pemeran utama wanita yang memerankan Teja, @naszsally menyanyikan lagu untuk bayinya. Itu, sungguh, bikin, sebel, karena saya jadi norak hapus-hapus air mata diem-diem.



Untuk pertunjukan live sepanjang satu jam, harga tiket RM 85 menurut saya worth to spend, terutama untuk penikmat pertunjukan seni panggung dan musikal. Sedangkan saya yang bukan penikmat aja bisa ikut terlarut dalam pertunjukan. Ditambah lagi, kamu bisa ikutan ngetop naik panggung kayak Olip nih, yang ditarik untuk ikutan main sebentar di stage. Hahaha. Dan penonton juga diajak interaksi untuk bantuin memadamkan kebakaran dengan mengoper-oper ember . Somehow, saya jadi inget adegan yang sering saya lihat di berita-berita di tv. Nggg ....


Hari kedua Eat Travel Doodle, puas! Dapat referensi  doodle lumayan banyak. Apalagi ditutup sama acara belanja manja di Pasar Seni Central Market. Lanjut hari ketiga?



4 komentar:

  1. ihhhhh, pas ngeliat menu durian imperialnya aku lgs terpaku gitu hahahah, pengeeen cobaaaa ^o^.. seperti apa rasanya.. bntuknya udh menarik mata gitu ;)

    BalasHapus
  2. Beruntung banget sih dirimu :)
    Nggak dapat ke Australia, tapi ke KL ya, dan yang penting ke luar negeri, hihihihi

    BalasHapus
  3. haduuuh, durian itu ya wuenakkk bangeeet

    BalasHapus
  4. itu yang ijo - ijo apaan ya mbak , kok kayak durian gitu bentuknya

    BalasHapus