Dag…
Image from http://www.dreamstime.com/royalty-free-stock-images-girl-waving-hand-image3803209 |
Tangan kecil melambai riang melepas kepergianku. Ah, si kecil itu, makin hari makin kuat saja daya magnetnya. Ingin rasanya aku melepas pekerjaanku demi bisa selalu bersamanya di rumah. Tapi kami, aku dan dia, sama-sama butuh pekerjaan ini. Darimana lagi kami bisa mendapat uang pembeli susunya? Laki-laki yang harusnya dipanggil ayah oleh pemilik tangan kecil itu berkhianat atas nama cinta. Cintanya pada perempuan lain lebih besar, begitulah.
“Dag, mama!” Teriaknya dalam gendongan si mbak.
Aku balas melambai. Lupakan laki-laki brengsek itu. Anakku lebih berharga. Aku melangkah sambil menahan geram, menyeberang jalan ramai di depan rumahku. Sebuah mobil menyambar tubuhku keras.
“Dag, sayang…” Ujarku lemah, bersimbah darah.
Dig!
Image from http://www.acclaimimages.com/photos-images/child_digging.html |
Laki-laki itu berdiri mengangkang. Matanya terbeliak. Rambut pirangnya berkilau ditimpa sinar matahari. Aku bersimpuh, menunduk, takut. Apa lagi salahku kali ini? Aku tak mengerti. Rasanya mainanku sudah kurapihkan sejak semalam. Kamarku bebas dari debu yang dibencinya.
Andai ibuku masih hidup. Aku tak akan pernah dibiarkannya duduk bersimpuh di tanah seperti ini. Kepergian ibu terlalu cepat, untuk aku dan juga untuk laki-laki pirang itu, ayahku. Aku tidak tahu bagaimana sosok ibu kemudian bisa tergantikan dengan botol-botol berbau memuakkan itu. Yang aku tahu, dia akan selalu berdiri mengangkang dengan mata terbeliak setiap selesai menghabiskan isi botol-botol itu.
“Dig, I said! Stupid boy!”
Tentu saja aku mengerti ucapannya walaupun rambutku hitam dan kulitku gelap seperti ibu. Tapi yang aku tak mengerti, mengapa sekarang dia menyuruhku menggali tanah di halaman belakang rumah kami?
Aku terlalu lelah setelah menggali lubang sebesar ukuran tubuhku. Aku terlelap begitu menyentuh tempat tidur. Dalam tidurku aku bermimpi. Ayahku, laki-laki pirang itu, menghantamkan setangkai kayu ke kepalaku, lalu mengangkatku. Dia membuangku ke dalam lubang yang aku gali siang tadi.
“There you are! Aku terlalu muda untuk menanggung beban seorang anak sendirian. Not to mention, a down syndrome one!”
Samar kudengar bunyi tanah tersaruk. Kulihat wajahku mulai tertutup tanah, sedikit demi sedikit. Dalam mimpiku aku masih tak mengerti, apa salahku?
Dug!
Image from http://www.clipartof.com/portfolio/prawny/illustration/mad-white-mans-hand-punching-outward-48495.html |
“Hey, jangan meleng!”
Aku membesarkan mataku, tidak terima atas bentakan keras yang menyusul tabrakan yang tak kalah keras sebelumnya.
“Situ kali yang meleng!” Aku membalas dengan suara tak kalah keras.
Buku-buku di tanganku berserakan di lantai. Bagus! Sekarang aku harus jongkok untuk memungutinya satu per satu, dan laki-laki sialan itu masih berdiri di depanku. Apa maunya, sih?
Kulihat dia melangkah, sengaja menginjak sebuah buku yang belum sempat kuraih.
“Hey, jangan diinjek, dong!” kataku marah.
“Kenapa emangnya?” katanya mengejekku. Sekarang kakinya makin disengajanya menginjak-injak bukuku. Sampul buku itu mulai robek.
Darahku mendidih. Mukaku panas. Telingaku berdengung. Dan sebuah tenaga maha dashyat membimbing tanganku dengan mantap.
Dug!
Laki-laki tidak punya sopan santun itu mundur beberapa langkah. Dia menyeka hidungnya yang berdarah. Menatapku dengan tidak percaya. Aku tersenyum lebar. Untuk ukuran seorang perempuan dengan tinggi hanya sepundaknya, ternyata hantaman tanganku cukup lumayan.
Aku berlalu dari hadapannya dengan perasaan puas.
Hari ke-dua #15HariNgeblogFF, start January 12, 2012.
2 cerita yang pertama kok sedih amat sih *hiks*
BalasHapusmakanya jgn anggap remeh perempuan :)
BalasHapusIndah:
BalasHapuslagi melloooow....pembantu pulang...wkwkwkwkwk
Mama Pascal:
yoi, jek...wkwkwkwkwkwk
hahaha...unik ini ceritanya. Dag dig dugnya terpisah :D
BalasHapusAdmin:
BalasHapushihihihi, abis bingung, mikir mau yg beda, tapi mentok2 kisah cinta lagi.....saya kurang bisa nulis kisah cinta...
makasih apresiasinya yaa...
bukan dag dig dug jantung mau copot ternyata. great! dr tiap kata dag-dig-dug bisa dikembangkan jd cerita sendiri2.
BalasHapusdug-nya bukan sambungan dag-dig nya ya? aku pikir dugnya itu si lelaki pirang kurang ajar itu trus di-dug sama orang lain, ngerasain sakitnya dibunuh.
BalasHapus*jiwa psikopat muncul*
wow. ini beyond expectation... nga nyangka bakal jadi 3 FF.
BalasHapussuper keren.
Olivia:
BalasHapushihihihi, iya, abis bingung mau bikin cerita cinta gk bisa.. :))
BabyBee:
waah, itu ide yg bagus banget!!! kalau punyaku ini asli emang 3 cerita yg berdiri sendiri, tapi entah kenapa setelah dibaca emang kayanya yg dag sama dig bersambung ya? hiks...dasar amatiran...wkwkwkwkwk
latree:
haaai, terima kasih yaaa... :D
Weh, Mak, keren eui...
BalasHapusDibikin 3 hehehe
Ajarin saiyah, Mak :(
whaaaatttt??? ngajarin kamuh? *kaki gemeteran....* wkwkwkwk..kamu kan jago nuliiiiisss... :D
BalasHapusayo cepet, aku tungguin FF-nya! CTARRR!!!! *pecut pake tali rafia*
haiyah, Maaakkkk :(
BalasHapusHaaahh....!!! wah.. mbak Winda ternyata bukan hanya emak gaul... tapi juga emak yg bakat jadi centeng alias body guard...
BalasHapuskabur ah ketimbang kena tonjok emak... wkwkwkwkwk
wah, keren ini, kereeeennn...inspiratif!
BalasHapusini FF kedua ttg dag dig dug yang memisahkan tiap kata...hahahahahahahaahahahahahahahaha
mantap jaya!
wihihihi... jadi keren gini, 3 pula :D
BalasHapusgw gak ngerti sama elu. sementara orang kesulitan ngerangkai cerita dengan judul dagdigdug, elu malah bikin tiga biji... hahahahahahahahaha
BalasHapusAhhh... dua cerita di awal seremm... :|
BalasHapusYang ketiga.. girl power-nya keluar... :D
Mantabs...