Resep Si Onis
Sedikit cuplikan dari (rencananya) novel yang nggak pernah jadi ituh...hihihi...
Onis mengeluarkan sekotak kosmetik dari dalam laci dan membukanya. Aku terbelalak melihatnya. Eye shadow berbagai warna seperti pelangi, lipstick, blush on dan lain-lain sebagainya. Waw ! Aku sebenarnya bukanlah orang yang kuper-kuper amat. Aku tahu jenis-jenis kosmetik. Aku selalu membaca artikel kecantikan dari segala macam majalah wanita. Tapi aku bukanlah wanita yang bisa menghabiskan waktu lebih dari 10 menit di depan cermin hanya untuk berkutat dengan wajahku kecuali kalau aku sedang punya jerawat yang susah dipecahin. Dan rasanya uangku akan lebih menyenangkan kalau bisa kuhabiskan membeli novel daripada kosmetik sebanyak itu.
Onis mulai bekerja dengan peralatan ‘melukisnya’. Dengan sedikit khawatir aku biarkan dia melakukannya. Pasrah aja deh, pikirku. Toh nanti kalau hasilnya ‘mengerikan’ aku masih sempat ke toilet dan menghapusnya. Melihat cara Onis berdandan, aku yakin dia akan mendandani aku seperti dia. Eye shadow dengan 3 warna gradasi. Eye liner hitam di kelopak mata dengan ujung yang mencuat seperti lidah ular. Maskara hitam tebal yang membuat mata seperti terus-terusan membelalak. Blush on pink fusia di tulang pipi sampai dekat telinga yang membuat muka kelihatan habis ditonjok. Dan sentuhan terakhir adalah lipstick tebal yang dipertegas dengan lip liner berwarna lebih tua membingkainya yang membuat bibir kelihatan ‘penuh’ atau monyong ?. My God ! Please, jangan sampai dia buat aku seperti itu, doaku dalam hati.
“Nah ! That’s better ! Lumayan kan ? Aku gak berani ngasih tebel-tebel, takut kamu gak biasa. Gimana ?” tanyanya sambil menatap wajahku dengan puas.
Nantikan kelanjutannya...kapan-kapan...hehehe...
Hohoho.. Oniss.. selamat yaa akhirnya elo dibawa mengarungi kelanjutan kisah di tahun 2010 ini ;)
BalasHapus