image from www.investment-help-info.com |
Get rich or die trying!
Begitu saya ketemu sama kalimat itu saya langsung merasa gimana gitu. Nggak jelas juga, antara miris soalnya suka ngerasa "kok nggak kaya-kaya ya?" dan juga ngerasa "buset deh, segitunya pengen kaya!" Ironis. Siapa sih yang nggak pengen kaya? Masalahnya adalah definisi dan kriteria kaya itu buat masing-masing orang ternyata beda. Buat saya sendiri, sampai sebelum artikel ini ditulis, kaya itu adalah kalau saya sudah bisa ke Eropa. Hiks, so shallow, ya? Tapi beneran, saya suka mikir, kapan nih tabungan cukup sih buat keliling dunia? Saya nggak perlu rumah mewah dengan kolam renang, saya nggak butuh mobil Jaguar kayak punya Agnes Monica. Yang begitu-begitu masih bisa saya atasi dengan santai, sebab itu bukan hal-hal yang menurut saya penting sekali, walaupun rasanya memang menyenangkan juga ya kalau punya rumah ada kolam renangnya dan punya mobil mewah. Hehehe...Tapi kalau masalah keliling Eropa, ini masalah mimpi, masalah cita-cita. Sesuatu yang dari dalam diri kita ada sebuah dorongan untuk HARUS DAPAT! Dan kadang hal itu bisa bikin depresi juga. Gimana nggak depresi? Udah nggak kerja, penghasilan keluarga cuma dari suami, gaji sebulan cukup atau pas untuk kebutuhan anak-anak, dan lebihnya (kalau pun ada) bisa ditabung tapiii...kemungkinan untuk bisa buat jalan-jalan jauh gitu rasanya mungkin bisa bertahun-tahun kemudian. Jauuuuh banget!Hiks...
Makanya jadi mikir, apa iya satu-satunya solusi untuk masalah saya itu adalah Get Rich (jadi kaya)? Ada jaminan nggak setelah saya bisa jalan-jalan keliling Eropa saya jadi puas dan nggak kepengen apa-apa lagi? Soalnya, ternyata yang menyiksa itu adalah perasaan 'kepengennya' ini lho. Kadang udah blur juga antara pengen keinginan terwujud dengan keinginan itu sendiri. Lah, bingung gak? Pegangan tembok ya kalo bingung.
Semua orang tahu kalau yang namanya manusia itu dari lahir udah diikuti sama satu sifat 'jelek' yang namanya 'Gak Pernah Puas'. Untuk beberapa hal, sifat itu bisa jadi motivator unggul untuk mencapai keinginan atau tujuan. Saya masih ingat dulu waktu masih kecil, saya dapat ranking 2 di kelas, saya penasaran setengah mati, dan belajar sungguh-sungguh. Sampai akhirnya pada saat pengambilan raport berikutnya saya berhasil dapat ranking 1! Whew, rasa nggak puas dan penasaran karena cuma dapat ranking 2 itu memang beneran jadi motivator kuat banget waktu itu.
Tapi seiring bertambahnya umur dan (harusnya) meningkatnya kedewasaan, rasa tidak puas itu berkembang jadi sesuatu yang kompleks. Bukan hanya tidak puas seputar prestasi, tapi berkembang ke area materi seperti rumah, kendaraan, perjalanan liburan, gadget, bahkan tas dan sepatu. Trend dan melihat teman atau orang lain adalah pemicunya. Saya jadi mikir, jadi sebenarnya kita ini hidup untuk memuaskan diri sendiri atau memuaskan 'entah siapa' di luar sana yang menciptakan trend atau orang lain yang keadaannya jelas-jelas lebih kaya daripada kita? Soalnya, saya nggak yakin juga, kalau seandainya suatu saat nanti saya bisa seperti mereka, tercapai keinginan untuk keliling Eropa, lalu orang lain sudah mulai keliling dunia, apa saya akan diam saja dan cukup merasa puas dengan pernah keliling Eropa? Ahahaha...
Saya jadi ingat omongan Mama saya, katanya. "Kaya itu definisinya ada di dalam hati kita masing-masing. Kaya bisa jadi penyakit hati. Rasa syukur adalah obatnya. Dan rasa iri adalah penyebab gejala itu muncul." Dzigh!
Untungnya, sekarang saya ingat lagi sama ucapan Mama itu. Setidaknya keinginan untuk keliling Eropa itu bisa di-pending untuk beberapa saat, berganti jadi suatu pikiran logis, kalau hal itu memang belum saatnya untuk saya. Alih-alih membuat hal itu jadi suatu tekanan untuk hidup saya, lebih baik saya alihkan keinginan saya itu menjadi salah satu motivasi untuk lebih giat cari uang. Dalam prosesnya nanti, selalu bersyukur akan membuat saya tidak neko-neko saat ingin mewujudkan keinginan saya itu. Artinya, kalau memang uangnya ada dan keperluan lain yang lebih urgent belum terpenuhi, maka saya tidak boleh memaksakan.
Starting from now, saya tidak akan berusaha untuk Menjadi Kaya (Get Rich), saya ganti dengan Menjadi Manusia Yang Selalu Bersyukur. Dengan begitu saya tidak perlu sampai mati untuk menjadi kaya. Hahahaha...
Get rich or die trying? I'd rather be grateful and die peacefully! Alhamdulillaah...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGet rich or die trying? I'd rather be grateful and die peacefully!
BalasHapusHahaha.. motto yang bagus :D
Hiks.... kalu gw sih, terus terang aja nggak segitu2 pinginnya jalan2 ke luar negeri, hihihihihihihihi... Nggak tau gw pengennya apaan, yg pokok hidup enak nggak mikirin yg bikin stres naaaaah ituuu yg kumau... *ini jelas banget pikiran manusia yg ga punya kemauan, wkwkwkwkwk*
BalasHapusI wanna get rich without die trying, then grateful and die peacefully! Seenak kate! Hehehe...
BalasHapusGet rich or die trying? I'd rather be grateful and die peacefully
BalasHapusAhahaha.. motto yang bagus :D
jeng tuti: kok komennya ilang? :(
BalasHapusG: hahahahaa, waspadalah, itu juga KEINGINAN..walaupun maybe bukan base on wanna get rich, but still, if we want something really bad, sometimes we forget how to be thankful of what we are having right now... ;)
Vira: siapa juga mau kalleee..wkwkwkwkwk