Assalamu'alaikum.
Sejak menikah dan punya anak, banyak banget hal-hal kecil yang sederhana berubah menjadi sesuatu yang ribet dan nggak jarang menjengkelkan. Nggak usah jauh-jauh, mulai dari hamil aja dulu. Mau garuk dengkul pas hamil 8 bulan ke atas aja udah jadi problem. Perut udah mblendung gede gitu. Boro-boro mau nunduk garuk dengkul, mau ngelirik jempol kaki aja udah nggak bisa. Hahaha.
Begitu anak-anak saya lahir, mulai dari mereka masih bayi, kejadian-kejadian lain yang harusnya nggak ribet dulunya pun akhirnya berubah jadi sesuatu yang harus direncanakan sebelumnya. Ujung-ujungnya, saya suka "ngarep" seandainya ada teknologi atau benda apa yang bisa bantu saya saat melakukannya.
1. Emak dan Mesin ATM
Yang paling sering dihadapi sehari-hari itu biasanya yang menyangkut masalah transaksi pembayaran di luar, kayak lagi belanja di supermarket. Dulu, saya termasuk perempuan "tradisional" yang apa-apa sudah cukup terfasilitasi dengan kartu ATM dan mesinnya. Bayar tagihan bulanan, ke ATM. Bayar belanjaan di kasir, kalau lagi nggak pegang cash, ya gesek kartu debit aja. Buat saya, itu udah cukup "canggih". Sampai akhirnya saya nyobain sendiri bawa anak batita yang baru bisa jalan dan lagi lincah-lincahnya ke supermarket atau ATM. Maaak! Menjengkolkan sekalih!
Belum sempet masukin PIN, bocah udah hilang melintir ke rak tempat permen sama biskuit. Pakai jurus satu tangan: sebelah megang anak, sebelah lagi pencet-pencet ATM? Kadang berhasil, tapi seringnya mah tambah mumet. Pernah sampai tiga kali salah masukin PIN ATM karena nggak konsentrasi gara-gara anak saya ngoceh melulu. Diingetin sih, "Sebentar ya, sayaaang! Mama mau selesaikan ini dulu," pakai pasang senyum manis karena banyak yang ngantri di belakang. Padahal dalem hati gemeeezzzz. Wkwkwkwk.
2. Emak dan Dompet yang Nyasar di Dalam Tas
Saya nggak tahu apakah ini umum jadi tipikal ibu-bu, sejak punya anak, isi tas ramenya udah ngalah-ngalahin Ancol lagi musim liburan sekolah. Penuuh sama kertas , baju, bungkus makanan, koin, plus kalau kamu pakai jilbab di dalamnya bisa jadi ada peniti dan jarum pentul.
Drama paling sering yang saya alami saat lagi di depan kasir adalah bingung cari dompet di dalam tas. Isi tas diaduk-aduk, semua laci dibongkar, dompetnya kok nggak kelihatan? Yang bikin tambah jengkel, pas diusap-usap dari luar tas, sosok dompetnya terasa ada kok di dalam. Hih, misterius!
Jangan lupa ya, lagi ribet begitu, anak ikut nungguin di samping kita. Tahu sendiri deket kasir supermarket itu malah berjejer permen warna-warni yang bikin suara-suara, "Ma, beli ini, ya! Ma beliin, ya!" muncul menambah keriweuhan.
Saking gemesnya pengen cepet nemuin dompet di dalam tas, beberapa kali jari saya pernah ketusuk jarum pentul di dalam tas. Huaa! Lirik ke belakang, antrian makin panjang. Sutriiisss.
3. Emak dan Uang Tunai
Kalau untuk urusan yang satu ini, sejak sebelum menikah pun pegang uang tunai itu "berbahaya" buat saya. Hahaha. Apalagi udah punya anak. Kecenderungan untuk boros lebih besar kalau pegang uang cash.
Setelah punya anak, masalah lain muncul kalau pas transaksi mau bayar pakai tunai. Berangkat dari rumah sih, isi dompet udah rapi. Laci buat kertas struk beda sama tempat uang kertas. Uang kertas juga tersusun rapi berdasarkan nominalnya. Uang koin ada di dompet sendiri. Tapi ingat lagi di poin 2, isi tas yang tadinya rapi, dalam perjalanan mendadak bisa jadi jungkir balik kayak abis kena badai.
Idealnya, bisa bayar dengan uang pas aja. Misalnya transaksi Rp 48.000, bayar pakai pecahan uang Rp 20.000-an dua lembar, Rp 5.000-an selembar dan Rp 2.000-an dua lembar. Tinggal nunggu kembali seribu perak, beres. Kenyataannya, dengan harapan transaksi bisa selesai lebih cepat, malah ngeluarin uang Rp 50.000 atau bahkan Rp 100.000. Dalam hati, biar si mbak kasirnya aja deh yang ribet itung kembaliannya. Hahaha, kata siapa dia doang yang ribet? Emang itu duit kembalian nggak perlu dihitung ulang pas sampai ke tangan kita? Errrgh.
4. Emak dan Kartu Kredit/Debit
Bayar transaksi pakai kartu kredit atau debit sebenarnya lumayan ringkas untuk beberapa kondisi umum. Cuma problemnya itu buat saya, kadang karena ribet, selain suka mendadak nge-hang nginget PIN, juga mendadak nge-hang nginget sisa saldo di kartu debit, masih cukup nggak, ya? Hihihi.
Kalau ternyata nggak cukup, balik lagi ke poin 3 dong, ya, bayar tunai. Dan drama bayar pakai uang tunai pun terulang kembali. Gitu aja terus, mak!
5. Emak dan Transaksi Online
So far, transaksi online ini buat saya pribadi udah termasuk yang paling canggih yang pernah saya lakukan. Pernah nyobain belanja bulanan online, bisa bayar di tempat (COD), bisa pakai kartu kredit, bisa juga pakai debit. Kelihatannya praktis memang.
Sampai akhirnya pernah beberapa kali mengalami salah pesan tiket pesawat dan udah terlanjur bayar. Huastagah, ngeberesin urusannya sampai 3 hari lebih supaya bisa dikoreksi dan refund. Heuheuheu, iya sih, itu salah saya sendiri nggak ngecek-ngecek lagi sebelum hit the hot button: PAY. Tapi apa ini cuma saya sendiri aja yang ngalamin? Karena kalau pakai perasaan sih, semua udah fixed, udah re-check, kok ya masih ada aja yang salah? Namanya juga manusia, yah! *cari temen*
Sebenarnya masih banyak drama printilan lain yang menyangkut transaksi keuangan yang pernah saya alami. Tapi saya takut kena cap, "Hidup lo drama banget, sih Mak!" Intinya gini, karena sering ngalamin keribetan-keribetan seperti itu, saya suka mikir, apa gitu sih yang bisa bantu emak-emak drama kayak saya ini biar lebih gampang dan cepat kelar urusannya kalau lagi transaksi keuangan?
Beberapa model "bantuan" dari pihak perbankan/pihak ketiga berupa tawaran menggunakan produk atau fasilitas dari mereka pernah saya coba. Misalnya, internet banking. Saya pernah pakai internet banking dengan menggunakan Key BCA. Walau harus saya akui, pengurusan untuk mendapatkannya buat saya yang agak susah keluar rumah begini, lumayan makan waktu, karena nggak bisa dilakukan di kantor cabang kecil. Hanya bisa diambil di kantor cabang pembantu. Dan masalah lain adalah, kalau rusak (bisa karena beberapa kali salah memasukkan kode atau PIN), mau nggak mau harus diganti ke kantor cabang pembantu lagi.
Image from http://www.uangku.co.id/
Pernah juga ditawari untuk pakai FLAZZ Card, lebih simple karena banyak merchant yang menerima transaksi menggunakan kartu tersebut. Cuma buat orang "tradisional" kayak saya ini, saya nggak lihat bedanya dengan debit card. Sedangkan debit card saya udah punya.
Kalau untuk transaksi online, banyak sebenarnya tawaran aplikasi atau produk perbankan yang bisa mempermudah saya. Misalnya, aplikasi pihak ketiga bernama Uangku yang menempel di smartphone Smartfren saya. Di sana ada banyak pilihan untuk mempermudah kita supaya bisa melakukan transaksi lewat smartphone. Mulai dari bayar tagihan bulanan sampai beli pulsa untuk orang lain. Problemnya, ya modelnya sama aja, harus Top-Up kalau saldo kosong. Hihihi.
Untuk aplikasi di smartphone ini kayanya udah banyak ragamnya ya. Di produk Apple ada yang namanya Apple Pay ya, kalau nggak salah? Hehehe, saya bukan pengguna iPhone soalnya, ada yang udah pernah cobain? Ada yang udah pakai? Share, dong!
Yang paling baru saya temuin di Youtube nih, ada yang namanya Google Hands Free. Belum ada di Indonesia, sih. Tapi kalau sekilas melihat videonya, kok kayanya enak, ya? Nggak perlu kartu-kartuan apalagi PIN dan tanda tangan. Nggak perlu ngeluarin smartphone. Cukup bilang, "Bayar pake Google, Mbak." Tagihan langsung masuk ke akun Google milik kita. Aman, gak menurut teman-teman transaksi model begini?
Karena prinsipnya, tiap transaksi keuangan itu kan harus memiliki nilai utama keamanan dulu, ya. Mau itu transaksi tunai, uang elektronik atau pun yang secanggih model Google Hands Free ini. So far, yang saya lihat di beberapa produk keuangan yang saya sebut di atas, nilai keamanannya memang yang diangkat. Tapi sejauh mana keamanan transaksi tidak kasat mata itu bisa dijamin? Seandainya nih, kalau orangnya clumsy kayak saya, ada kesalahan transaksi dan mau cancel, ribet nggak ngurusnya? Atau misalnya, kesalahan ada di pihak penjual, salah input nominal, bagaimana klaimnya? Atau yang sering saya baca di status teman-teman yang membayar uang toll memakai GTO Gate, sering ke-swap lebih dari sekali, sehingga uang terdebit dobel. Yang begini-begini ini saya memang masih awam dan cenderung kayak orang kebanyakan: ogah ribet. Padahal memilih produk perbankan yang canggih tujuannya kan supaya nggak ribet awalnya, ya. Hihihihi.
Saya pribadi sih, mau banget sebenarnya kalau ada yang model nggak usah bawa dompet dan segala rupa kartu kalau mau transaksi baik offline dan online. Buat saya, selain harus aman, juga harus nggak ribet kalau ada kejadian di luar normal. Misalnya ada kesalahan, sampai rumah tinggal kirim e-mail aja gitu. Lebih bagus lagi kalau pihak bank-nya aja yang nelpon saya, ngasih tau kalau kesalahan sudah dikoreksi. Saya tinggal leyeh-leyeh aja. Maunya lo, Mak! Hahaha.
Kalau teman-teman, produk keuangan paling membantu apa yang sudah dipakai sampai saat ini? Puas nggak? Apa kemudahannya dan ada keluhan nggak selama memakainya? Share doong, bantu aku! Cieh!
aku asliiiii 'pecandu' kartu kredit hehehe. Untungnya ada pak satpam yang galak dan selalu mengingatkan untuk bayar semua utang, STAT :). Jadi aman dari bunga..
BalasHapusNah iya tuh mak, aku juga selalu siap CC di dompet. Niatnya sih buat emergency atau buat beli tiket pesawat, kenyataannya....-_- hahahaa
HapusAku paling suka transaksi online :D
BalasHapusaku juga suka jajan online....eh, beda yak.. :v
HapusSaya adalah yang jarang bawa uang tunai diatas seratus rebu haha, jadi lebih suka bayar debit aja dan belanja online
BalasHapuskalau aku masih harus ada tunai tiap hari sih mak, buat jajan printilan bocah...judulnya printilan sih, tapi gede juga kalau ditotal...-_-
HapusAku masih pake cara konvensional...bayarnya ngantri di bank..*emak gaptek :p
BalasHapuswah, stok sabarnya banyak berarti dirimu, mak...hihihihi
HapusAku masih setia pakai cash. Ada cc cuma biasa buat bayar hosting. Sering lupa pula kalau punya dan bawa cc. Hi..hi.. ndeso ya akuuh
BalasHapuswah keren mak, bisa lupa kalau punya cc. aku kalau ke mana2 malah ingetnya sama cc mulu :))))
HapusMasih konvensional banget Mak.. hihi. masih lebih nyaman pakai cash meskipun rebutan sama sikecil :P
BalasHapusaku juga sampai sekarang masih harus ada tunai di tangan, buat belanja sehari2 sama keperluan anak2....tapi kalau yg lain2 bisa non cash, aku prefer non cash...
Hapusaku malah gk bawa apa apa mak, yg bayar si ayah *dislepet androk
BalasHapuskalau di aku, suamiku justru yg gak bawa apa2...hahahahaa
Hapussaya sekarang udah ikut gerakan non tunai, mak.
BalasHapus*sok...
andalannya ya kartu atm dan internet banking ini.
kartu atmnya bukan buat narik tunai lho yaa..tapi lebih dipakai untuk bayar-bayar yg pakai mesin edc ituhh..
enak aja sih,soalnya gak ada drama total belanjaan yang dibulatin. biasa banget tuh supermarket kan?
kalau pakai mesin edc kan berapa totalnya ya segitu juga yang dibayar.
#edisigakmaurugi
wah hebat, bisa total non tunai ya mak? aku masih butuh tunai sih di rumah...kalau keluar rmah, dan bisa non tunai, aku pilih non tunai juga sih...
Hapusuih makin keren aja tinggal bilang pake google, dibayarin google aku mau, hihi.. pakai kartu lumayan oke, meskipun skrg dompet pun makin tebal dengan berbagai kartu
BalasHapusaku pake PAYTREN mak, gampang gak ribet eh dpt cashback pula tiap transaksi, #ehpromosi :D
BalasHapusATM yg berfungsi sebagai kartu debit masih menjadi favorit sampai saat ini selain cash hehehe...
BalasHapustetep cash, belum punya cc juga. Tapi uang di dompet harus dipres. bahaya banget kalau pingin ini itu terutama makanan yang mengundang iler.. :v
BalasHapusSaya males ngerangkak ke ATM, semua bayaran bulanan dari mulai listrik, tv kabel, internet, sampe bayaran sekolah semuanya pake internet banking. No mobile banking, sayang pulsa kepotong *emakngirit. :p
BalasHapusSehari-hari dipas banget pegang cash soalnya banyak godaan. Hahaha kadang malah repot pas keabisan harus buru-buru ke ATM. Udah dilebihin tetep kurang, dasar manusia yak.
Suami anti CC jadi debet card andalannya, walaupun pas-pasan. Alhamdulillah disyukuri. hihihihi
Seru nih pembahasannya mak Winda.
Salam hangat,
Zia
mantep Winda! gue jg lagi kepikiran bikin postingan ini abis emosi sm anaknya yg punya warung... Passss bener elo mengutarakan hal yg sama... Anaknya yg punya warung menolak mentah2 pas gue menggunakan uang recehan buat beli jajanan... :))) sakiiiit rasanya hati gue... katanya maap bu, kami gak terima uang receh. gak laku dibelanjain...
BalasHapusSaya cuma punya tunai, ebanking, CC & debit. Kalau di sini pasti belanja pake tunai dan selalu berusaha ngepasin bayar meski harus nyari2 recehan. Untung nggak ada kebiasaan kasih kembalian pake permen hihihi.
BalasHapusKalau lagi mudik baru pake debit karena suka males ke atm. Kalau belanja online baru pake cc atau ebanking. Bayaran bulanan baru deh semua pake ebanking.
klo istri saya senang belanja online terus saya yang disuruh bayar terserah via debit or kredit :)
BalasHapuskadang kehabisan uang tunai di dompet :)
BalasHapusAku masih sebatas tunai n debit, hehe.. iya, Mak, paling penting segi keamanannya. :)
BalasHapusAku palingan cuma buat debit aja, mbaa. Dan belanja online. Nggak punya kartu kredit juga :)
BalasHapusnggg, kalo akun kita disalahgunakan bisa ngga?
BalasHapuswah, blanja pakai google....bagiku yg gaptek kok radsanya mlh kian ribet...hihihi
BalasHapuswkwkwkwk, dari 5 hal tadi, hal pertama sering ceweku alami, cuma di hal pertama bukan karena anak (belom punya anak) karena ane yang muter cari makanan udah lebih cepet dari diayang ambil duit, wkkwkwk
BalasHapusnjemur
akibat join MLM dan jadi dowline
https://jildhuz.wordpress.com/2016/02/20/ini-akibat-anda-menjadi-downline-mlm/
so far sih, ttp aja yg paling srg aku pake CC, kedua baru debit card mbak.. dan 2-2 nya produk dr bank tempatku kerja sendiri ;p.. jadi mkasdnya, kalo sampe kenapa2, aku ganpang urusnya, tinggal telp temen yg kerja di bagian CC ato debit card, dan mereka yg bntu2 proses refundnya :D .
BalasHapus