So, last night I was looking for a book to read in one night. (Duh, mau posting pake bahasa Inggris, nih? Serius lo, mak?) Hehehe .. Pake bahasa Indonesia aja, deh! -_-! Semacam nggak PD.
Jadi saya menelusuri deretan buku di lemari saya, melihat-lihat sambil mendesah, "OMG, masih banyak banget buku yang belum gue baca..." Orhan Pamuk, Capote, Allison Pearson, Jhumpa Lahiri, Charles Dickens... Deretan nama-nama keren di dunia buku mengintimidasi saya, seperti biasa. Deuh, baca buku mereka mana bisa selesai satu malam? I need something light! (Alesan aja, padahal emang kemampuan baca lagi menurun drastis).
Tiba-tiba mata saya melihat buku tipis di bagian pojok. Kertasnya sudah agak kuning dan bukunya belum tersampul plastik seperti hampir semua buku milik saya. Hmm, kalau belum disampul berarti ini buku luput dari perhatian saya.
"Every picture tells a story." Chalk and Blackboard Calendar.
"I know, I know. I just used this quote in my journal a few days ago. But I just HAVE to use it again." Abby Hayes.
Bener aja. Pas saya ambil, saya lupa kapan saya beli buku ini, ya? Atau siapa yang pernah bermurah hati ngasih buku ini ke saya? Saya nggak ingat sama sekali! Huaaa...toloong! Gejala menua ini makin parah! :|
Pas liat judulnya, saya makin berasa aneh. Ya ampun, judulnya panjang amat. Dan covernya, ABG sekali! Masa sih saya pernah berminat untuk beli buku begini? Ini kayanya lebih cocok dibaca sama anak saya si Fadhil atau keponakan saya, Fia. Terlalu unyu untu seorang emak rempong seperti saya.
Tapi karena penasaran dari mana munculnya buku itu, saya ambil juga dan mulai buka-buka. Eh, ternyata ini serial berbahasa Inggris. Deuh, hampir mau saya balikin lagi ke lemari. Iyes, soalnya selain ketebalan buku, bahasa Inggris juga sering mengintimidasi. Btw, banyak banget yang mengintimidasi, kapan bacanya? Hahaha...
Syukurlah, hati saya diberi kekuatan untuk membuka halaman pertamanya. Daaan...saya langsung suka begitu liat jenis huruf yang dipakai. Dan begitu saya mulai membaca, saya nggak bisa berhenti sampai halaman terakhir! Satu jam selesai! Rekor? Nggak juga. Soalnya buku ini emang relatif tipis dibanding buku-buku lain yang pernah saya baca. Wajar sih, karena ini kan ditujukan untuk pembaca remaja seperti saya.
So, Abby Hayes adalah seorang anak di Amerika, kelas 6 SD (dalam seri yang saya baca ini). Punya 2 kakak perempuan yang kembar, kelas 8 dan adik laki-laki kelas 3. Cerita dibuka dengan lembaran diary yang ditulis oleh Abby. Abby selalu mengawali curhatannya di diary dengan sebuah quote yang dia temukan di kalender mana saja. Abby sedang bingung melihat salah satu kakak kembarnya, Eva, bertingkah aneh belakangan ini. Dia curiga ada sesuatu terjadi pada Eva. Dan kecurigaannya adalah Eva sedang jatuh cinta!
Pada saat yang bersamaan, di sekolah semua murid sedang heboh menyambut pesta dansa Valentine. Abby tidak suka Valentine. Tidak lagi. Dulu dia suka Valentine, tapi menjelang remaja seperti sekarang ini Valentine menjadi aneh baginya. Kenapa mendadak semua orang jadi mikirin pacaran pas Valentine? Kenapa Valentine tidak lagi sesederhana memberi coklat ke sahabat-sahabatnya? Kenapa harus ada Smooch cards dijual di sekolahnya? Dan kenapa semua teman-temannya begitu antusias mengirim Smooch cards ke orang-orang yang mereka taksir? Bagaimana kalau dia tidak punya satu pun cowok yang dia taksir di sekolah? Heudeuh, Abby is soooo skeptical.
Masalah muncul, ketika tiba-tiba Abby menemukan beberapa buah Smooch card di dalam lokernya. Dari seorang pengagum rahasia. Sampai di sini saya ngakak-ngakak, teringat masa lalu. OMG, umur segitu dapet sesuatu dari secret admirer itu emang bisa bikin dunia jungkir balik, yah! Ah...indahnya... #hapus air mata.
Cerita pun bergulir menjadi sebuah pencarian, siapakah cowok yang mengirim Smooch card untuk Abby? Abby dan para sahabatnya; Hannah, Sophia dan Mason, berusaha memecahkan misteri ini. Dan cara mereka memecahkannya sumpah lucu dan cerdas. Khas anak-anak umur belasan.
Cerita berakhir dengan manis. Nggak ada yang jadian, nggak ada yang musuhan, tapi semua menikmati pesta dansa Valentine di sekolah, termasuk Abby. It turns out Abby like the dance! Dan siapakah si secret admirer ini? Gak mau kasih tau. :D
Saya cuma mau share hal-hal yang saya suka banget dari buku ini.
Kalimat dan dialog-dialognya cerdas tapi nggak ketuaan. Mengingat penulisnya, Anna Mazer, adalah seorang perempuan dewasa kelahiran 1953, saya kagum banget Mazer bisa bicara dengan level kecerdasan anak kelas 6 seperti Abby.Ini beberapa kutipan yang saya suka.
"All truths are easy to understand once they are discovered..." - Galileo (Earth, Moon and Sun Calendar)
I have discovered a truth about my older sister Eva. It wasn't easy to understand at first. Then, when I uncovered the truth, it all made sense. (tulisan Abby di diary miliknya)
Abby
had loved Valentine's Day when she was younger. She had given homemade
valentine's, cutout hearts, and candy to all her friends.
But now Valentine's Day was uncomfortable and awkward. She didn't know quiet how she felt about it. Suddenly it was all about boys.
But now Valentine's Day was uncomfortable and awkward. She didn't know quiet how she felt about it. Suddenly it was all about boys.
Didn't her mother always say, "Hindsight is twenty-twenty"? That meant you always knew what to do after you had made the mistake. It was easy to see things when it was too late.
"Why can't things stay the same? Abby burst out. "I like Valentine's Day the way it used to be."
Sophia was quiet for a moment. "I like all the changes," she admitted. "I like this part of growing up."
Dan beberapa tulisan di diary Abby yang sukses bikin saya ngakak-ngakak sendiri semalam.
Note to self: Forget it. It's just a Smooch card.
Another note to self: "Just" a Smooch card? It's the first romantic card I've ever gotten in my life! How can I forget it?
A third note to self: Ask friends, Hannah and Sophia, for help and advice.
A fourth note to self: What if they laugh? What if they think it's silly?
Fifth note to self: Forget it. Didn't I already tell you that?
Sixth note to self: Shut up.
Seventh note to self: Stop writing note to self. Now!!
Selesai membaca buku ini saya jadi paham kegelisahan-kegelisahan seperti apa yang dihadapi oleh anak-anak baru beranjak remaja ini terkait dengan lawan jenis. Dan cara saya melihatnya sekarang tentu berbeda dengan waktu saya masih seumur Abby. Setidaknya saya bisa belajar bagaimana bersikap jika kelak anak-anak saya menghadapi masalah dan kegelisahan yang sama.
Selain itu, buku ini bagus sekali untuk pembelajaran tentang persahabatan, merumuskan dan menyelesaikan masalah dan juga mengeluarkan pendapat secara cerdas. Anak-anak dalam cerita ini tak ubahnya dengan anak-anak di mana saja. Mereka polos dan masih memiliki pengetahuan yang terbatas tentang hidup. Tapi dari kepolosan dan keterbatasan itu mereka memiliki cara sendiri untuk menyelesaikannya yang kadang mungkin di luar dugaan kita.
Contohnya Abby yang akhirnya memutuskan untuk membuntuti cowok yang dia curigai sebagai si pengaum rahasia. Pada saat dia mengetahui siapa cowok itu, keadaan menjadi tak bisa dikendalikan olehnya. Dan Abby kembali bertanya kepada kakak-kakaknya dan para sahabatnya. Walaupun masukan dari mereka juga belum tentu benar di mata para orang dewasa, setidaknya Abby paham, bahwa segala sesuatu harus ada penjelasan logis dan jawabannya. Tipikal anak cerdas.
Saya sih suka buku ini, banget! dan kayanya mau hunting lagi serial yang lainnya. Walaupun saya harus memecahkan misteri terlebih dahulu, siapa yang ngirim buku ini ke sayaaa?
Jangan khawatir, bahasa Inggrisnya juga nggak njelimet, kok! Mazer memang menulis untuk anak usia belasan. Dia sepertinya tahu sekali, anak-anak umur segitu males baca kalimat-kalimat panjang dan ruwet. Selain itu lay out-nya juga segar untuk mata.
Jangan khawatir, bahasa Inggrisnya juga nggak njelimet, kok! Mazer memang menulis untuk anak usia belasan. Dia sepertinya tahu sekali, anak-anak umur segitu males baca kalimat-kalimat panjang dan ruwet. Selain itu lay out-nya juga segar untuk mata.
"Everyone is a genius once a year." Georg Christoph Lichtenberg. (Coffee Cup Calendar)
"Is today my genius day? I hope so. I need to come up with an A+ brilliant plan." Abby Hayes.
Judul: The Amazing Days of Abby Hayes, Sealed With a Kiss
Penulis: Anna Mazer
Penerbit: Scholastic
Aku masih suka loh baca-baca buku teenlit gitu. Apalagi kalo ceritanya bagus banget sampe terhanyut berasa masih umur segituh *tatapan ngenes liat ktp* :D
BalasHapushihihihi, samaa...
Hapusberasa kembali muda...:D