Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 Januari 2012

Kamu, Seutas Tali Yang Mengikat Leherku

  8 comments    
categories: , , ,

kenangan masa lalu bersamamu ini seperti tali yang mengikat leherku...
membuatku takut bergerak karena kupikir aku akan tercekik nantinya ...
lama aku bertahan di tempatku berdiri karena ketakutanku itu ...
sampai suatu hari aku muak, karena aku tak pernah bergerak, dengan tali melingkari leherku...
kupikir, tak ada ruginya aku bergerak...kalau aku tercekik aku akan mati...
dan itu sama saja seperti keadaanku yang tak bergerak ini...maka aku nekad berjalan...
aku siap mati tercekik oleh tali yg melingkari leherku...dua, tiga langkah...
tali itu belum juga menegang, menarik leherku...empat, lima langkah...

Jumat, 20 Januari 2012

Inilah Aku Tanpamu

  10 comments    
categories: , ,
Kamu duduk di bawah pohon yang sama sore itu. Bedanya, kamu tidak bersamaku. Sepertinya kamu sendiri. Ada yang lain darimu kulihat. Rambutmu terlihat lebih berkilau. Yakin sekali wangi tubuhmu pasti seperti aroma buah, seperti yang pernah kuingat. Sedikit sesal menyelinap dan masuk ke dalam rongga hatiku.
Dulu kamu juga cantik, walaupun tak secantik sekarang. Saat pertama kita bertemu, aku begitu terpukau. Tak lama kamu menjadi milikku, hari-hariku mulai diisi dengan aroma buah dari tubuhmu. Namun itu tak lama. Aku yang salah. Aku bosan. Entah kenapa. Yang pasti, perlakuanku kepadamu sempat membuat marah adikku.
"Kamu jahat! Tidak perhatian! Jangan salahkan siapa-siapa kalau suatu saat dia akan pergi darimu diam-diam karena perlakuanmu padanya!" Ketus teguran adikku, menghakimi perlakuanku padamu.
Waktu itu aku hanya tertawa, menyepelekan. Tahu apa anak kecil itu? Aku bosan dan malas. Kenapa harus disangkut-pautkan dengan perhatian? Toh kamu tetap ada di sampingku. Aku yakin sekali kamu tak akan pergi meninggalkanku. Kamu begitu ketergantunganpadaku, betapa pun tak pedulinya aku padamu terkadang.

Rabu, 18 Januari 2012

Sepucuk Surat (Bukan) Dariku

  11 comments    
categories: , ,


Tanganku sudah cukup dingin, sekarang bergetar pula memegang selembar kertas itu. Terlalu lama aku menunggu rangkaian kata dalam secarik kertas itu menghampiri hidupku. Terlalu lama, sampai mungkin sekarang sudah terlambat.
Untuk apa dia mengirim surat itu untukku sekarang? Dia sudah menikah. Tak akan ada apa pun untuk kami berdua sekarang ini. Semua yang indah sudah menantiku dan dia, calon istriku. Jadi untuk apa selembar kertas itu sampai di tanganku hari ini?
Calon istriku menghampiri dengan tanda tanya besar di wajahnya.
“Surat dari siapa?”
“Bukan dari siapa-siapa!” jawabku sambil merobek dan membuangnya dengan tergesa.
“Bukan siapa-siapa adalah seseorang yang istimewa, begitu biasanya,” ujarmu pelan, menyelidik.
“Tidak istimewa! Tidak pernah istimewa dan tidak akan istimewa selamanya!” Entah mengapa aku merasa harus membela diri dengan suaraku yang tinggi.
Dia terdiam. “OK, kalau begitu,” katanya kemudian.

Selasa, 17 Januari 2012

Ada Dia Di Matamu

  16 comments    
categories: , ,


“Ayo, kita udah telat, nih! Habis fitting di tempat Mbak Siska, kita masih harus ke catering untuk bayar DP!” Suara Dinda terdengar sedikit kesal di telepon.
Banu menghembuskan nafas perlahan, berusaha agar Dinda tidak perlu mendengar desahannya. Banu khawatir Dinda menangkap kegalauan dalam suara desah nafasnya yang tertahan itu.
Tiga minggu menjelang hari pernikahan mereka, semua persiapan tampak makin kacau-balau saja. Kebaya Dinda yang kurang motte, catering yang mendadak minta ditambah uang DP, fotografer yang terus-menerus mendesak mereka segera berangkat ke Anyer untuk keperluan foto pre-wed, dan seribu satu masalah kecil yang mengganggu sekali.
Banu heran, dengan pasukan panitia pernikahan mereka yang sejumlah dua kelurahan itu, masih saja ada yang tidak bisa dibereskan oleh mereka dan terpaksa calon pengantin yang turun tangan. Beberapa temannya di kantor sudah sempat mengingatkan Banu tentang masalah ini.
“Biasanya makin dekat hari H, malah makin kacau, Nu!” kata Mas Bambang, operator mesin di kantornya.
“Waduh, mas! Kok bisa gitu?”
“Nggak tahu juga, Nu. Tapi justru di situ dinamikanya. Itu akan jadi sesuatu yang akan kalian kenang berdua nantinya.” Mas Bambang menepuk-nepuk pundaknya, memberi semangat.

Minggu, 15 Januari 2012

Aku Mau Kamu. Titik.

  24 comments    
categories: , ,
Kenapa tiap bulan nasib gue selalu begini, sih? Sebenarnya apa salah gue sampai harus mengalami nasib kayak begini? Gue rasa, gue udah cukup manis selama hidup di dunia ini. Gue nggak pernah macem-macem. Gue selalu nurut sama lo. Gue selalu makan apa aja yang lo beliin buat gue. Gue selalu pergi tidur tepat waktu, sesuai keinginan lo. Malah gue selalu siap bertarung demi menjaga kehormatan lo, orang yang gue sayang. Kurang apa gue?
Kurang apa gue sampai tiap bulan gue harus babak-belur kayak gini? Tapi dasar gue emang manis banget, gue nggak pernah marah diperlakukan begini sama lo. Gue rela, ikhlas, entah kenapa. Mungkin gue bego, tapi biarin, deh! Gue nggak peduli. Asal lo tetep kasih gue apa yang gue butuhin, apa aja akan gue lakukan. Toh, tiap gue babak-belur, lo malah jadi tambah sayang sama gue. Lo jadi lebih perhatian ke gue. Lo jadi lebih merhatiin makan gue. Bahkan lo nggak segan-segan nungguin gue sampai ketiduran di kamar gue.
Ah, jadi bingung gue. Sebenarnya lo itu sayang atau nggak sih sama gue? Di satu sisi, lo biarin aja gue sampai berdarah-darah babak-belur. Kadang-kadang lo malah ikut-ikutan nyorakin gue kalau gue udah mulai nggak bisa ngelawan lagi. Tapi di sisi yang lain, lo selalu perhatian sama semua yang menyangkut hidup gue. Lo tau nggak, lo itu udah bikin hati gue terombang-ambing, galau men, galaauu!!!

Sabtu, 14 Januari 2012

Kamu Manis, Kataku

  15 comments    
categories: , ,

Tempat mereka bertemu selalu sempit dan bundar. Setiap mereka bertemu,
panas selalu menyergap. Belum lagi usai panas itu, pihak ketiga akan
selalu muncul mengacau dan mengaduk-aduk pertemuan mereka. Kalau sudah
begitu, keduanya hanya bisa diam memendam dalam panas.
Pagi, seperti biasa, adalah waktunya mereka kembali bertemu. Seperti
yang sudah-sudah, mereka tahu tak akan ada kesempatan yang leluasa
untuk bisa saling menyapa, apalagi berkenalan.
Namun salah satu dari mereka sudah membulatkan tekad, sebelum semuanya
luruh karena si pengacau yang selalu hadir lima detik setelah mereka
bertemu.
''Pagi ini paling tidak aku harus bisa menyampaikan sesuatu untuknya.
Lima detik yang berarti harus bisa kumanfaatkan dengan baik!" Tekadnya
membara dan membaja.

Jumat, 13 Januari 2012

Dag Dig Dug

  17 comments    
categories: , ,

Dag…
Image from http://www.dreamstime.com/royalty-free-stock-images-girl-waving-hand-image3803209

Tangan kecil melambai riang melepas kepergianku. Ah, si kecil itu, makin hari makin kuat saja daya magnetnya. Ingin rasanya aku melepas pekerjaanku demi bisa selalu bersamanya di rumah. Tapi kami, aku dan dia, sama-sama butuh pekerjaan ini. Darimana lagi kami bisa mendapat uang pembeli susunya? Laki-laki yang harusnya dipanggil ayah oleh pemilik tangan kecil itu berkhianat atas nama cinta. Cintanya pada perempuan lain lebih besar, begitulah.

Kamis, 12 Januari 2012

"Halo, Siapa Namamu?"

  13 comments    
categories: , ,
"Halo, siapa namamu?" (image from http://www.glamquotes.com/quote/smile-quotes/)

“Selamat pagi! Ferdy menemani kamu menembus kemacetan Jakarta seperti biasa. Yang mau request lagu, mention aja Twitter kita. Syaratnya cuma satu, nggak boleh request lagu mellow, ya!”
Suara tawa renyah kemudian terdengar. Suara itu yang setiap pagi, lima hari seminggu selama hari kerja, yang berhasil membuat Dita mengurungkan niatnya untuk tidur di mobil omprengan yang membawanya ke kantor. Ferdy, si penyiar radio, selalu berhasil membuat pikiran Dita berkelana hanya dari mendengar suaranya saja.
Sebenarnya sudah lama Dita ingin berkenalan dengannya. Gedung tempatnya bekerja bersebelahan dengan gedung tempat stasiun radio itu berada. Hanya saja jam siarannya yang sangat awal di pagi hari, jam enam sampai delapan pagi, membuatnya sulit untuk menemukan waktu pergi ke gedung sebelah.
Pagi ini, seperti biasa, Dita harus cukup merasa puas hanya mendengar suaranya dari radio mobil omprengan langganannya. Beberapa kali request lagunya diputar oleh Ferdy, seperti tiga hari yang lalu.
“Request dari Ditalalala di Twitter, nih! Katanya minta lagu Move Like Jagger biar semua pada semangat! Move Like Jagger it iiiisss!!! Enjoy, guys! And, thank you, Dita! Semoga perjalanan kamu ke tempat aktifitas lancar, ya!”
Mendengar Ferdy menyebut namanya saja cukup membuat nafas Dita tertahan, lalu perasaan sumringah menyeruak dari dalam dirinya.

Rabu, 10 Agustus 2011

Tutu Sisi

  5 comments    
categories: 


Sisi meringis menahan perih di ujung kakinya. Tutu pink bertali panjang yang melingkari betis indahnya terpasang di sana. Sisi tahu kuku ibu jari kakinya sudah mulai mengelupas dan lecet. Tapi dia tetap memaksakan diri untuk mengikuti intruksi miss Patsy.

“Point!”

“Flex!”

“Point!”

“Flex!”

“Sisi! What’s wrong with you today? Kamu seperti anak baru belajar balet kemarin sore! Jangan bilang kalau ujung-ujung jarimu sakit. Kamu sudah tiga tahun belajar balet! Dan ini baru pemanasan!”

Senin, 08 Agustus 2011

S & P

  No comments    
categories: ,


S mengerling kepada P yang ada di sampingnya. Dengan bahasa isyarat yang hanya mereka berdua yang tahu, S berusaha memberitahu P akan kedatangan sepasang anak SMP yang masih lengkap dengan seragamnya. Mereka duduk di hadapan S dan P.

Si anak laki-laki usia tanggung itu tampak sedikit grogi. Terus-terusan dia menggaruk-garuk kepalanya seolah ada banyak kutu bersarang di sana. Sesekali diusapnya keningnya yang lebar. Semua gerakan-gerakan tidak perlu yang menunjukkan kesalahtingkahannya. Sementara si anak perempuan berseragam SMP yang datang bersamanya tampak diam saja. Sibuk mengamati menu.

Jumat, 29 Juli 2011

Arisan Krompyang!!!

  No comments    
categories: ,


Sore itu semua peserta arisan sudah lengkap berkumpul di atas tempatnya masing-masing. Berjejer manis dengan tubuh bersih, berkilau, wangi dan kesat. Semua asyik bercakap-cakap mengenai hadiah arisan kali ini. Terlihat jelas semua antusias untuk memenangkannya. Mengingat arisan-arisan yang terdahulu selalu dimenangkan oleh satu pihak yang sama, pihak yang lain menjadi semakin terpacu untuk memenangkan arisan kali ini.

Ketua arisan mulai buka suara. “Ehem..Ehem..!” Dia berdehem berusaha terdengar berwibawa. “Sudah bisa kita mulai, ya?” tanyanya kepada seluruh peserta arisan.

Para peserta mengangguk-angguk setuju dan siap mendengarkan ketua arisan membuka arisan sore itu. Sesekali terdengar cekikikan dari arah peserta kembar tapi tak sama di pojokan. Tatapan ketua arisan yang kurang senang akhirnya berhasil membuat si kembar tapi tak sama itu terdiam sambil tersenyum simpul.

“Oke. Malam ini seperti yang sama-sama telah kita sepakati bersama bulan lalu, jangan sampai pemenangnya sama seperti yang sudah-sudah. Arisan kita ini berdasarkan pilihan terbanyak pada cerita yang paling bagus. Jadi saya berharap kali ini kerahkan seluruh kemampuan kalian, gali kembali ingatan kalian dan pilihlah yang terbaik. Walaupun saya juga berharap menang, saya akan tetap memilih cerita terbaik. Tapi mudah-mudahan bukan kamu lagi ya pemenangnya. Maaf lho…” kata ketua arisan itu sambil mengerling pada peserta yang ada di tengah-tengah.

Jumat, 17 Juni 2011

Don't Judge A Guy From His Name

  9 comments    
categories: 
Sambil nunggu gw nerusin January 50K, baca-baca cerpen lama gw ini ya. Base on true story! Beneran! Sumpah! Asli! Nggak palsu! Berani jamin! Kualitas eksport! Sudahlah... Selamat membaca! :D

Kalo menurut lo cowok ini ganteng, belum tentu namanya 'seganteng' wajahnya...itu berlaku kebalikannya...wkwkwkwk


Sudah lebih tiga bulan aku lulus kuliah. Berharap bisa langsung mendapat pekerjaan begitu aku lulus kuliah ternyata hanya angan-angan belaka. Buktinya, tiga bulan lebih aku jadi pengangguran! Aku nyaris frustasi dengan keadaanku itu. Setiap bangun pagi aku mendapati diriku tidak punya tujuan yang harus kutempuh. Makan hanya mengandalkan yang ada di rumah tanpa ada daya financial dari dompetku untuk jajan sendiri. Mau minta sama Mama malu hati rasanya.

Satu-satunya alasan yang bisa membuatku berani untuk meminta uang ke Mama adalah untuk keperluanku ke warnet. Tentu saja Mama akan langsung memberi uang karena alasanku adalah untuk mencari-cari lowongan kerja di internet. Setiap hari selama dua jam sehari kuhabiskan di warnet untuk berselancar di situs-situs lowongan kerja. Inbox e-mailku penuh dengan lowongan pekerjaan untuk semua lulusan dan untuk semua posisi yang diinginkan. Aku tidak mau pilih-pilih. “Baru lulus aja kok belagu,” pikirku dalam hati.

Kamis, 24 Maret 2011

Perjalanan Pohon Pinus Terakhir

Pohon pinus terakhir di puncak bukit yang sejuk berdiri pasrah. Menanti gergaji mesin memotong batangnya. Teman-temannya sudah lebih dulu naik ke atas truk pengangkat yang besar di kaki bukit. Mereka bersiap untuk melakukan sebuah perjalan panjang yang belum terbayangkan akan seperti apa nantinya.
Kemana mereka akan dibawa? Apa yang akan mereka lakukan? Akan jadi apa nanti mereka? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu menari-nari dalam pikiran mereka setiap melihat segerombolan pohon pinus ditebang dan dinaikkan ke dalam truk besar itu. Tak ada satu pun dari mereka yang datang kembali untuk menceritakan apa yang mereka alami setelah mereka dibawa pergi oleh truk pengangkut itu.
Pohon pinus terakhir ikut naik ke atas truk besar itu. Bergabung bersama teman-temannya. Bersama-sama mereka terguncang-guncang di atas truk itu. Memandang bukit yang gundul karena sudah tak ada lagi pohon yang tersisa di sana.

Sabtu, 12 Maret 2011

Tujuh Korban Rambutku

  4 comments    
categories: 

Rambutku adalah petualang. Aku tidak berlebihan. Sejak aku mengenal gunting, rambutku sudah memulai petualangannya. Usiaku tiga tahun saat petualangan perdana rambutku itu dimulai. Aku melihat gunting yang entah mengapa terlihat begitu lucu di mataku saat itu. Dua ujung tajamnya seperti sepasang tangan mungil dalam ruang imaginasi kanak-kanakku. Tangan-tangan mungil itu seperti mengajakku untuk menggandengnya. Kuraih dan kuselipkan jari-jari mungilku ke dalam dua lubang pegangnya. Lubang itu masih terlalu besar untuk jari-jari kecilku. Susah payah aku berusaha memantapkan kedudukan gunting itu di tanganku. Aku berusaha mengingat-ingat bagaimana Ibu dan Bapakku memegang gunting. Setelah mantap, mulailah aku beraksi. Tepatnya mulailah petualangan rambutku dimulai. Tak sampai dua menit rambut panjang, indah, lurus dan berkilau yang selalu dibangga-banggakan Ibuku itu sudah berserakan di lantai. Entah mengapa jeritan Ibuku saat itu justru membuatku terpekik girang. Aku memekik kegirangan sambil berusaha menghindar dari sergapan Ibuku. Aku berlari sambil mengacung-acungkan gunting di tangan dan tertawa gembira mengira Ibuku sedang mengajakku bermain 'tangkap aku'.
Itu dua puluh tahun yang lalu. Setelah kejadian itu aku seperti ketagihan untuk melakukan sesuatu dengan rambutku. Maka jadilah aku pelanggan salon depan rumah termuda saat itu. Aku selalu merengek-rengek kepada Ibuku untuk pergi ke salon untuk memotong rambutku. Ibuku tak pernah kuasa untuk menolak rengekan aku, bidadari kecil yang dipujanya ini. Akhirnya selama sebulan pertama sudah empat kali aku ke salon depan rumah untuk memotong rambutku. Takut dalam waktu sebulan lagi aku akan berkepala botak, akhirnya Ibu memberitahuku kalau banyak hal yang bisa dilakukan di salon selain memotong rambut.
Oww...sungguh sebuah penjelasan yang sangat mengagumkan bagiku. Ternyata aku bisa sekedar mencuci dan mengeringkan rambut di salon, mendapatkan layanan creambath bahkan meluruskan atau mengeriting rambutku. Wow!